Uyon-Uyon Hadiluhung Senin Pon 23 Maret 2020
Setiap Senin Pon malam Selasa Wage, secara rutin Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar Uyon-Uyon Hadiluhung untuk memperingati hari kelahiran (Wiyosan Dalem) Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Untuk menjaga keamanan dan kenyamanan bersama, kami informasikan bahwa Uyon-Uyon Hadiluhung kali ini dapat diapresiasi secara virtual, melalui siaran langsung (live streaming) pada kanal Youtube dan Periscope Kraton Jogja, serta siaran RRI Yogyakarta (Pro 1 & Pro 4) mulai pukul 21.00 WIB
Selain menyajikan komposisi gendhing, Uyon-Uyon Hadiluhung Senin Pon tanggal 23 Maret 2020 juga menyajikan tari Srimpi Pandhelori.
Komposisi Gendhing:
- Gendhing Pambuka: Ladrang Raja Manggala Laras Pelog Pathet Nem.
- Gendhing Soran: Gendhing Lokasari Laras Slendro Pathet Nem, Kendhangan Mawur, Jangkep Sadhawahipun.
- Srimpi Pandhelori
- Gendhing Lirihan I: Gendhing Madukumolo Kendhangan Candra - Ketawang Dhendha Sekar Laras Slendro Pathet Sanga.
- Gendhing Lirihan II: Gendhing Ganggong Kendhangan Sarayuda - Ladrang Genggong - Bubaran Genggong, Laras Pelog Pathet Nem.
- Gendhing Lirihan III: Gendhing Parangkusuma - Ladrang Surengrana - Playon Manyura - Rambangan Dhandhanggula - Sinom Laras Slendro Pathet Manyura.
- Panutup: Ladrang Sri Kondur Laras Slendro Pathet Manyura.
Sinopsis Srimpi Pandhelori
Srimpi Pandhelori yang dipentaskan kali ini adalah Yasan Dalem (karya) Sri Sultan Hamengku Buwono VIII. Pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Srimpi Pandhelori mengalami interpretasi ulang dan digunakan sebagai salah satu materi pembelajaran tari putri di KHP. Kridhomardowo Keraton Yogyakarta.
Penamaan Srimpi Pandhelori diambil dari nama gendhing pengiringnya, yaitu Gendhing Pandhelori. Srimpi Pandhelori mengambil cuplikan dari Serat Menak yang bercerita tentang peperangan Dewi Kadarwati dari negeri Koparman melawan Dewi Ngumyumadikin dari negeri Ambarkustub. Cerita tersebut disampaikan melalui syair sindhenan.
Srimpi Pandhelori dibawakan oleh empat penari putri, dengan tata rias dan busana yang sama. Empat penari umumnya menggambarkan empat arah mata angin dan empat unsur alam (tanah, air, api dan angin).
Pada umumnya dalam komposisi tari Srimpi terdapat adegan perang. Adegan ini memvisualisasikan peperangan antar tokoh dalam cerita yang dibawakan. Secara simbolis, adegan ini juga merupakan perang dan konflik batin yang selalu ada dalam diri manusia. Peperangan berakhir seimbang, tidak ada yang menang maupun kalah. Keadaan ini dimaknai pula sebagai penyatuan keempat unsur demi terwujudnya keseimbangan dan keharmonisan.
Penampilan Srimpi Pandhelori kali ini didukung oleh:
Paraga Srimpi:
- Nyi RJ. Widyaninghayumatoyo
- Djati Yudhaningtyas
- Jeannie Park
- Wulansari
Dhudhuk:
- R. Aj. Chiara Ramya Pradnyacita
- R. Aj. Fayola Kusuma Maheswari
- Dominique Candi Listia Tyasika
- Aulia Dhamaee Lalitanaya
Pemucal Beksa:
- Titik Agustin
- M. Heni Winahyuningsih
Panata Gendhing: MB. Madukumolo & MJ. Puspokawedar
Pengendhang: RP. Ngeksibrongto
Pengeprak: RW Rogomurti
Pemaos Kandha: R.Riyo Suryoamisesa
Panata Busana: KRT. Suryoamiseno
Produser: MB. Fitriantorenggomatoyo
MOST READ
- Pentas Wayang Wong Gana Kalajaya, Perkuat Hubungan Diplomatik Indonesia-India
- Peringati Hari Musik Sedunia, Keraton Yogyakarta Gelar Royal Orchestra dan Rilis Album Gendhing Soran Volume 1
- Talk Show: Kendhangan Ketawang Gaya Yogyakarta dan Launching Kendhangan Ketawang
- Bojakrama, Pameran Jamuan di Keraton Yogyakarta Usai Digelar
- Tetap Patuhi Prokes, Pembagian Ubarampe Gunungan Garebeg Besar Digelar Terbatas