Tumbuk Tahun Tingalan Jumenengan Dalem ke-32
Sri Sultan Hamengku Buwono X resmi bertakhta selama 32 tahun pada 29 Rejeb, Wawu 1953 J. Tahun ini sangat istimewa karena menjadi siklus windu ke-4 dari peringatan Tingalan Jumenengan Dalem. Sehingga, perhitungan hari dan tahun peringatan akan tepat terjadi pada hari Selasa Wage pada Tahun Wawu seperti 32 tahun lalu. Peristiwa ini disebut juga dengan istilah Tumbuk.
Secara tradisional, Tingalan Jumenengan Dalem di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat ditandai dengan upacara Ngebluk, Ngapem, dan Sugengan. Upacara Ngebluk dilaksanakan tertutup pada Minggu (22/03) di Bangsal Sekar Kedhaton, Keputren. Ngebluk kali ini didahului dengan doa bersama oleh sembilan orang Abdi Dalem Kanca Kaji di Bangsal Pengapit. Acara dimulai sekitar pukul 10.00 dan selesai pada 10.45 WIB. Prosesi tersebut dipimpin langsung oleh Prameswari Dalem, GKR Hemas, dan diikuti oleh GBRAy Riyokusumo, GKR Mangkubumi, serta para Abdi Dalem Keparak. Jladren (adonan apem) yang dibuat dalam prosesi ini dimasukan ke dalam gentong besar yang disebut enceh dan dibiarkan mengembang hingga esok paginya.
Pada Senin (23/03), rangkaian Hajad Dalem dilanjutkan dengan Ngapem. Prosesi Ngapem digelar pula di Bangsal Sekar Kedhaton sejak pukul 09.00 WIB hingga sore hari. Prosesi Ngapem dipimpin langsung oleh GKR Hemas dan turut dihadiri oleh kelima Putri Dalem, GKR Mangkubumi, GKR Condrokirono, GKR Maduretno, GKR Hayu, dan GKR Bendara. Upacara Ngapem dihadiri pula oleh Sentana Dalem Putri. Setiap tahunnya, terdapat 2 jenis apem yang dibuat dalam Hajad Dalem ini, yaitu apem mustaka dan apem alit. Apem mustaka berukuran dua kali lebih besar dari pada apem alit, dan hanya dibuat oleh Sentana Dalem Putri yang telah suci atau menopause. Nantinya, apem mustaka secara khusus diperuntukkan sebagai ubarampe dalam upacara Labuhan.
Puncak acara peringatan kenaikan takhta Sri Sultan Hamengku Buwono X berdasarkan Tahun Jawa digelar secara tertutup pada Selasa (24/03) di Tratag Bangsal Kencana. Prosesi Sugengan dimulai sekitar pukul 11.30 WIB, dipimpin oleh GKR Mangkubumi dan dihadiri GKR Condrokirono, Abdi Dalem Kanca Kaji, Abdi Dalem Suranata, dan Abdi Dalem Pengulon. Pada prosesi sugengan, KRT Yuban Hadiningrat bertindak untuk memimpin doa memohon kesehatan dan kecemerlangan takhta Sultan serta kesejahteraan warga Yogyakarta.
Bersamaan dengan prosesi Sugengan, dilakukan proses pemindahan ubarampe Labuhan dari Bangsal Manis menuju Bangsal Kencana untuk kemudian dibawa menuju Bangsal Sri Manganti. Ubarampe ini kemudian diinapkan selama satu malam sebelum keesokan harinya dibawa menuju empat lokasi Labuhan, yaitu di Parangkusuma, Merapi, Lawu, dan Dlepih.
MOST READ
- Pentas Wayang Wong Gana Kalajaya, Perkuat Hubungan Diplomatik Indonesia-India
- Peringati Hari Musik Sedunia, Keraton Yogyakarta Gelar Royal Orchestra dan Rilis Album Gendhing Soran Volume 1
- Talk Show: Kendhangan Ketawang Gaya Yogyakarta dan Launching Kendhangan Ketawang
- Bojakrama, Pameran Jamuan di Keraton Yogyakarta Usai Digelar
- Tetap Patuhi Prokes, Pembagian Ubarampe Gunungan Garebeg Besar Digelar Terbatas