Jelang Bulan Puasa, Keraton Yogyakarta Menggelar Kuthomoro
Lebih dari 200 tahun berdiri, Keraton Yogyakarta senantiasa menjaga kewibawaan dan menghormati para leluhur. Hal tersebut diwujudkan melalui tradisi ziarah Kuthomoro. Kuthomoro berlangsung selama tiga hari pada bulan Ruwah dalam kalender Jawa, sebelum memasuki bulan puasa.
Awalnya Abdi Dalem Keparak mempersiapkan ubarampe atau sarana Kuthomoro sejumlah 400 buah. Ubarampe terdiri dari minyak wangi (lisah konyoh), uang untuk membeli bunga tabur (yatra tindih), dan serbuk kayu cendana (ratus). Selanjutnya ubarampe diinapkan semalam di Gedhong Prabayeksa.
Pada tanggal 13 Ruwah atau Kamis (17/03), Abdi Dalem Keparak menyerahkan seluruh ubarampe kepada Abdi Dalem Kanca Kaji dan Suranata di Bangsal Pengapit. Selanjutnya, ubarampe dibawa ke Kawedanan Pengulon dan disisihkan sedikit untuk kerabat keraton yang hendak berziarah setelah prosesi Kuthomoro selesai.
Keesokan harinya, 14 Ruwah atau Jumat (18/03), sejumlah Abdi Dalem Pengulon mengantar ubarampe ke pemakaman Kotagedhe dan dilanjutkan ke Kantor Bupati Puralaya Imogiri. Selain itu, terdapat kurang lebih 58 makam Kagungan Dalem di luar DIY yang memperoleh kintunan (kiriman) ubarampe melalui paket pos.
Mas Riyo Sari Hartoko menyampaikan, “Untuk ubarampe Kuthomoro makam di luar Yogyakarta akan dikirim melalui paket pos pada tanggal 13 Ruwah. Sementara, kami (Kawedanan Pengulon) mengantar ubarampe ke Kotagedhe dan Imogiri pada keesokan harinya (14 Ruwah).” Sementara Abdi Dalem juru kunci makam Kagungan Dalem di wilayah Yogyakarta (kecuali Kotagedhe dan Imogiri) akan mengambil ubarampe langsung ke Kawedanan Pengulon.
Pada Sabtu pagi (19/03) atau 15 Ruwah, prosesi ziarah dilangsungkan. Di makam Imogiri, sejumlah Abdi Dalem Puralaya membawa ubarampe ziarah dengan menggunakan jodhang. Arak-arakan Abdi Dalem berjalan kaki mulai dari Kabupaten Puralaya hingga menaiki tangga makam Imogiri. Sesampainya di Bangsal Srimanganti, sebuah pendapa di pintu masuk makam Sultan Agung, digelar doa bersama sebelum dimulainya prosesi ziarah. Prosesi ziarah kemudian dipusatkan di makam Sultan Agung. Mas Wedana Rekso Jogowasito Danarto bertugas memimpin doa serta pembacaan tahlil yang ditujukan untuk Sultan Agung, raja-raja Kesultanan Yogyakarta, dan kerabat yang telah wafat.
Setelah prosesi ziarah makam Kotagedhe dan Imogiri selesai digelar, ziarah makam Kagungan Dalem lainnya baru bisa dilaksanakan. “Ziarah makam Kagungan Dalem lainnya baru akan diselenggarakan setelah ziarah makam Kotagedhe dan Imogiri selesai, yakni keesokan harinya,” tambah Mas Riyo Sari Hartoko.
Prosesi Kuthomoro bermaksud sebagai sarana mengirim doa dan memohonkan ampunan untuk para leluhur yang dikebumikan di makam Kagungan Dalem (Kotagedhe, Imogiri, dan makam-makam leluhur lainnya). Selain itu, seluruh ubarampe yang digunakan merupakan benda-benda beraroma harum, hal ini melambangkan keluhuran, keharuman, dan menjunjung tinggi nama-nama leluhur yang telah tiada.
MOST READ
- Pentas Wayang Wong Gana Kalajaya, Perkuat Hubungan Diplomatik Indonesia-India
- Peringati Hari Musik Sedunia, Keraton Yogyakarta Gelar Royal Orchestra dan Rilis Album Gendhing Soran Volume 1
- Talk Show: Kendhangan Ketawang Gaya Yogyakarta dan Launching Kendhangan Ketawang
- Bojakrama, Pameran Jamuan di Keraton Yogyakarta Usai Digelar
- Tetap Patuhi Prokes, Pembagian Ubarampe Gunungan Garebeg Besar Digelar Terbatas