Bersama Komunitas, Keraton Yogyakarta Menyosialisasikan Kawasan Sumbu Filosofi
Pada Kamis (9/6), Keraton Yogyakarta melalui Kawedanan Tandha Yekti menggelar agenda temu komunitas Yogyakarta di Bale Raos. Bekerja sama dengan Komunitas Malam Museum, kegiatan ini digelar dalam rangka untuk menyosialisasikan kawasan sumbu filosofi kepada generasi muda. Pasalnya, upaya Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dalam mengusulkan kawasan ini sebagai warisan dunia telah dirintis sejak tahun 2014. Proses panjang dalam penyusunan kajian hingga penataan kawasan terkait cagar budaya terus dilakukan secara bertahap. Di sisi lain, kerja sama yang melibatkan pemerintah, akademisi, komunitas, hingga masyarakat diperlukan dalam upaya menyukseskan pengusulan kawasan sumbu filosofi kapada UNESCO.
Dibuka oleh Penghageng II Kawedanan Tandha Yekti, GKR Hayu, seluruh peserta yang berasal dari pegiat komunitas maupun media sosial begitu antusias. Dalam sambutan beliau, GKR Hayu menyatakan bahwa sumbu filosofi merupakan buah karya dari Pangeran Mangkubumi, yang tidak lain merupakan Sri Sultan Hamengku Buwono I. Generasi muda saat ini berkewajiban menjaga dan melestarikan bukan meninggalkannya.
“Pembangunan tata ruang di Yogyakarta mengetengahkan konsep selaras dengan alam. Eyang Sinuwun Kapisan menanamkan hal tersebut melalui filosofi Hamemayu Hayuning Bawono, Golong Gilig, serta Sangkan Paraning Dumadi,” ungkap GKR Hayu di awal sambutan.
Gusti Hayu juga menambahkan bahwa sumbu filosofi dan berbagai elemen yang membentang di antara Panggung Krapyak, Keraton Yogyakarta, hingga Tugu tidak sekadar dimaknai sebagai simbol budaya. Akan tetapi perlu dimaknai sebagai tuntunan hidup dan dimanifestasikan dalam gaya hidup. Falsafah inilah yang kemudian menjelma dalam budaya material maupun non-material, seperti wayang, tari, gamelan, hingga sopan santun dan perilaku keseharian.
Usai sambutan, agenda temu komunitas dilanjutkan paparan materi dari Dinas Kebudayaan DIY (Kundha Kabudayan) yang disampaikan oleh Kepala Balai Pengelolaan Kawasan Sumbu Filosofi (BPKSF), Dwi Agung Hernanto, S.S., M.M. Dalam hal ini, Dinas Kebudayaan DIY menyampaikan kemajuan kerja saat ini tentang pengusulan kawasan sumbu filosofi sebagai warisan budaya dunia. Sementara materi dari Keraton Yogyakarta disampaikan oleh Nyi Raden Wedana Noorsundari. Keraton berfokus pada pengenalan vegetasi yang berada di sekeliling kawasan Alun-alun Selatan hingga Alun-alun Utara, termasuk yang tumbuh di area Kedhaton. Kegiatan ini kemudian diakhiri dengan diskusi antara peserta dengan narasumber.
Menutup rangkaian agenda, seluruh peserta diajak berkeliling keraton untuk melihat vegetasi yang berada di dalam Kedhaton hingga kompleks Kamandungan Lor. Seluruh peserta juga berkesempatan menikmati fasilitas bus Jogja Heritage Track dari Dinas Kebudayaan untuk mengelilingi kawasan sumbu filosofi.
MOST READ
- Pentas Wayang Wong Gana Kalajaya, Perkuat Hubungan Diplomatik Indonesia-India
- Peringati Hari Musik Sedunia, Keraton Yogyakarta Gelar Royal Orchestra dan Rilis Album Gendhing Soran Volume 1
- Talk Show: Kendhangan Ketawang Gaya Yogyakarta dan Launching Kendhangan Ketawang
- Bojakrama, Pameran Jamuan di Keraton Yogyakarta Usai Digelar
- Tetap Patuhi Prokes, Pembagian Ubarampe Gunungan Garebeg Besar Digelar Terbatas