Hari Batik Nasional, Keraton Yogyakarta Teguh Merawat dan Mengembangkan Batik
Minggu (2/10), Museum Keraton Yogyakarta menggelar agenda peluncuran katalog digital Awisan Dalem Bathik dan wajah baru museum. Bertempat di Bale Raos, kegiatan ini diselenggarakan bertepatan dengan peringatan Hari Batik Nasional. Membawa semangat pelestarian dan pengembangan, dalam gelaran tersebut Keraton Yogyakarta menekankan informasi terkait dengan penggunaan motif batik larangan (Awisan Dalem) di keraton, sekaligus penciptaan motif batik baru bagi para edukator di museum.
Kegiatan pelestarian yang dimaksud oleh keraton didasarkan pada rujukan arsip-arsip busana sejak pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792) tetapi juga dokumentasi keraton sezaman dengan pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII (1921-1939) maupun Sri Sultan Hamengku Buwono IX (1940-1988). Katalog tersebut praktis menampilkan ornamen hias batik yang berkembang dari masa ke masa. Masyarakat dapat memperoleh informasi mengenai aturan motif, ornamen, hingga ukuran dari masing-masing ragam hias batik. Katalog juga memuat ukuran motif yang divisualkan melalui vektor, sehingga mempermudah masyarakat dalam memahami unsur-unsur stilistik yang berada dalam batik khas Yogyakarta. KPH Notonegoro sebagai penanggungjawab dari produksi katalog turut membuka kesempatan luas bagi para pemerhati batik, praktisi seni batik, maupun pecinta batik untuk memberi masukan agar katalog tersebut ke depannya mampu menjadi tolok ukur bagi masyarakat dalam berbusana, terutama berkain batik.
Menyoal pengembangan batik, Museum Keraton Yogyakarta di bawah Kawedanan Radyakartiyasa turut menjaga kelestarian tradisi wastra dengan meluncurkan motif batik baru. Motif batik tersebut digali dari ornamen hias flora yang ada di saka Regol Danapratapa. Dinamai Ceplok Sekar Radyakartiyasa, motif ini diciptakan dan diperuntukkan bagi para edukator museum. Motif berpola ceplok tersebut kemudian distilir menyerupai sekar atau bunga padma, dengan harapan menjadi sumber ilmu dari setiap pemakainya. GKR Bendara sebagai Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Nitya Budaya menyampaikan bahwa motif ini selaras digunakan oleh edukator museum yang bertugas untuk memandu tamu atau wisatawan, sebab mereka merupakan salah satu ujung tombak dari siar budaya yang berasal dari keraton.
Di sisi lain, peluncuran wajah baru Museum Keraton Yogyakarta juga disertai dengan hadirnya tiket baru serta tata ruang baru dari masing-masing museum. Di kompleks Kedhaton, setidaknya terdapat beberapa museum dengan tema-tema khusus, seperti Museum Daur Hidup, Gedhong Lukisan, serta living museum yang merupakan representasi dari kehidupan keseharian keraton. Masing-masing museum ini pada tahun depan akan diluncurkan kepada masyarakat secara bertahap. Dengan demikian Keraton Yogyakarta secara praktis mampu memberi sumbangsih kepada khazanah keilmuan sekaligus pelestarian budaya melalui ruang-ruang museum.
MOST READ
- Pentas Wayang Wong Gana Kalajaya, Perkuat Hubungan Diplomatik Indonesia-India
- Peringati Hari Musik Sedunia, Keraton Yogyakarta Gelar Royal Orchestra dan Rilis Album Gendhing Soran Volume 1
- Talk Show: Kendhangan Ketawang Gaya Yogyakarta dan Launching Kendhangan Ketawang
- Bojakrama, Pameran Jamuan di Keraton Yogyakarta Usai Digelar
- Tetap Patuhi Prokes, Pembagian Ubarampe Gunungan Garebeg Besar Digelar Terbatas