Memasuki Sepertiga Akhir Bulan Ramadan, Keraton Yogyakarta Selenggarakan Hajad Dalem Malam Selikuran
Setiap tanggal 20 bulan Pasa, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar Hajad Dalem Malem Selikuran guna menyambut datangnya malam Lailatulqadar. Tahun 2023, Malem Selikuran diperingati pada Selasa Pahing (11/04) atau 20 Pasa Ehe 1956 dalam kalender Jawa.
Tepat pukul 17.00 WIB, KPH Wironegoro dan KPH Purbodiningrat sudah hadir di Bangsal Srimanganti untuk memulai prosesi Malam Selikuran. Turut hadir perwakilan Abdi Dalem Carik serta Kahartakan tiap tepas atau kawedanan di keraton. Pada kesempatan ini Abdi Dalem Kanca Kaji dan Suranata juga hadir sebagai pelaksana kegiatan keagamaan.
Malem Selikuran diyakini telah diperingati sejak awal penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Ada yang mengartikan bahwa Malem Selikuran berarti sing linuwih ing tafakur atau ajakan untuk lebih giat mendekatkan diri pada Gusti Allah. Dalam bahasa Jawa, Malem Selikur berarti malam kedua puluh satu. Dua puluh satu yang dimaksud mengacu pada tanggal 21 Ramadan. Tanggal tersebut menjadi hari pertama dari sepertiga akhir bulan Pasa, atau awal penantian bagi malam Lailatulqadar yang akan tiba pada salah satu malam pada tanggal ganjil periode tersebut.
Usai KPH Wironegoro memberi aba-aba dimulainya acara, Raden Riyo Ngabdul Dipoharjoso segera mengawali prosesi Malam Selikuran dengan pembacaan tausyiah. Prosesi dilanjutkan dengan pembacaan doa oleh Mas Panewu Ngabdul Wahab. Doa kesejahteraan dipanjatkan untuk Sri Sultan, keluarga, kerabat, Abdi Dalem, serta masyarakat Yogyakarta.
Setibanya waktu berbuka, para Abdi Dalem menerima jamuan buka puasa berupa secangkir teh manis yang disajikan oleh Abdi Dalem Patehan. Prosesi Malem Selikuran telah berakhir, para Abdi Dalem membubarkan diri sembari menerima sedekah berupa nasi berkat yang sebelumnya telah didoakan.
Sementara itu, saat matahari mulai terbenam Abdi Dalem Keparak bersiap menyalakan lilin-lilin tepat pada tanggal 21 Pasa dan berlanjut pada tanggal ganjil selanjutnya. Lilin-lilin tersebut diletakkan di sudut-sudut tertentu dalam kompleks Kedhaton sebagai perlambang pelita bagi arwah para leluhur yang datang berkunjung. Tradisi ini diyakini telah ada sejak masa para Wali dan masih lestari sampai sekarang di pelosok-pelosok Yogyakarta.
Selama bulan Ramadan, Abdi Dalem Lebdaswara Kawedanan Kridhamardawa mengadakan pembacaan Macapat sebagai ganti kegiatan menabuh gamelan yang sementara dihentikan atau di-suwuk. Waosan Macapat berlangsung di teras Bangsal Kencana secara bergantian pada tanggal 22, 23, 26, 30 Maret dan 6, 9, 11, 13, 17, 20, 21 April 2023. KMT Prajasuwasana menuturkan pembacaan Macapat tahun ini dimulai pada pukul 20.00 WIB hingga tengah malam, “Setiap kali Waosan Macapat terdapat 10 Abdi Dalem yang ngayahi (bertugas). Adapun teksnya dari Kagungan Dalem Babad Matawis yang ditulis dalam aksara Jawa.” Tidak hanya mengisi malam-malam bulan Ramadan, tradisi Macapatan juga sebagai sarana untuk mengingat kembali sejarah para pendahulu dan mengambil nilai keteladanan.
MOST READ
- Pentas Wayang Wong Gana Kalajaya, Perkuat Hubungan Diplomatik Indonesia-India
- Peringati Hari Musik Sedunia, Keraton Yogyakarta Gelar Royal Orchestra dan Rilis Album Gendhing Soran Volume 1
- Talk Show: Kendhangan Ketawang Gaya Yogyakarta dan Launching Kendhangan Ketawang
- Bojakrama, Pameran Jamuan di Keraton Yogyakarta Usai Digelar
- Tetap Patuhi Prokes, Pembagian Ubarampe Gunungan Garebeg Besar Digelar Terbatas