Khaul Ageng: Sarana Mengirim Doa dan Mengenang Keteladanan Sri Sultan HB IX
Suasana khidmat menyelimuti Kagungan Dalem Tratag Gedhong Prabayeksa pada Jumat Pahing malam (08/09) atau 21 Sapar Jimawal 1957, sesaat setelah Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 Miyos bersama Gusti Kanjeng Ratu Hemas.
Setiap 21 bulan Sapar dalam kalender Jawa, Keraton Yogyakarta melangsungkan upacara Hajad Dalem Khaul Ageng untuk memperingati Surud Dalem atau wafatnya mendiang Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Turut hadir para Putra Dalem Putri GKR Mangkubumi, GKR Condrokirono, GKR Maduretno, dan GKR Bendara serta Wayah Dalem RM Gustilantika Marrel Suryokusumo dan Mantu Dalem KPH Purbodiningrat. Undangan juga disebar untuk penghageng atau perwakilan tepas dan kawedanan di lingkungan keraton. Tampak juga beberapa Sentana dan Wayah Dalem dari Sri Sultan HB IX.
Upacara diawali dengan lantunan pembacaan doa yakni Surat Al Fatihah, zikir, tahlil, serta doa-doa pengampunan oleh Kanca Kaji Mas Penewu Ngabdul Wahab. Tujuannya adalah memberikan doa kepada mendiang Sri Sultan HB IX. Rangkaian prosesi ditutup dengan penyajian jamuan bersama. Berbagai menu hidangan Kersanan Dalem (kegemaran) Sri Sultan HB IX disajikan untuk semua hadirin.
Selain mendoakan dan memohon pengampunan, upacara Khaul Ageng sekaligus sarana mengenang keteladanan dan perjuangan-perjuangan Sri Sultan HB IX. Pada masa Sri Sultan HB IX inilah Keraton Yogyakarta memasuki babak baru sebagai bagian dari Republik Indonesia.
Tidak hanya mendukung secara finansial bagi Republik Indonesia yang baru saja berdiri, mendiang juga sempat mengabdikan diri sebagai Menteri Negara dari era Kabinet Syahrir (2 Oktober 1946 – 27 Juni 1947) hingga Kabinet Hatta I (29 Januari 1948 – 4 Agustus 1949). Pada masa kabinet Hatta II (4 Agustus 1949 – 20 Desember 1949) hingga masa RIS (20 Desember 1949 – 6 September 1950) mendiang menjabat Menteri Pertahanan dan menjadi Wakil Perdana Menteri di era Kabinet Natsir (6 September 1950 – 27 April 1951). Mendiang masih terus menjabat berbagai posisi di tiap periode hingga pada 1973 menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia yang kedua.
Selama 48 tahun menduduki takhta Kesultanan Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menghembuskan napas terakhir pada 2 Oktober 1988. Mendiang Sultan kemudian dimakamkan di kompleks Pemakaman Raja-raja di Imogiri tepatnya di kompleks Astana Saptarengga.
Melalui SK Presiden Republik Indonesia Nomor 053/TK/Tahun 1990 tertanggal 30 Juli 1990, atas jasa-jasa beliau kepada NKRI, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.
MOST READ
- Pentas Wayang Wong Gana Kalajaya, Perkuat Hubungan Diplomatik Indonesia-India
- Peringati Hari Musik Sedunia, Keraton Yogyakarta Gelar Royal Orchestra dan Rilis Album Gendhing Soran Volume 1
- Talk Show: Kendhangan Ketawang Gaya Yogyakarta dan Launching Kendhangan Ketawang
- Bojakrama, Pameran Jamuan di Keraton Yogyakarta Usai Digelar
- Tetap Patuhi Prokes, Pembagian Ubarampe Gunungan Garebeg Besar Digelar Terbatas