Memasuki Masa Remaja, RAj Nisaka Irdina Yudanegara Jalani Upacara Tarapan
Pada Sabtu Wage (30/9), Keraton Yogyakarta secara khusus menggelar upacara Tarapan bagi putri pertama GKR Bendara dan KPH Yudanegara di Pendapa Ndalem Kilen. Menjelang pukul 10.00 WIB, Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 didampingi GKR Hemas miyos ke Pendapa Ndalem Kilen guna merestui upacara Tarapan sang cucu. Turut hadir pula para Putri Dalem, Mantu Dalem, Wayah Dalem, Sentana Dalem, dan segenap tamu undangan.
Seremoni dimulai dengan pembacaan doa oleh Kanca Kaji. Tidak lama kemudian, prosesi inti upacara Tarapan dilaksanakan. Jeng Nisaka melakukan Sungkem Bakti kepada Eyang Sinuwun dan Eyang Putri kemudian berlanjut kepada kedua orang tuanya. Selanjutnya, Jeng Nisaka bergegas mengganti busana.
Selagi Jeng Nisaka berganti busana, GKR Hemas meracik air siraman (ngracik toya) yang berasal dari tujuh sumber mata air. Setelah air diracik di dalam gentong, GKR Bendara memasukkan bunga sritaman dan juga sebutir kelapa muda. Selanjutnya alas duduk untuk Jeng Nisaka ditata (nata lemek lenggah).
Jeng Nisaka yang telah berganti busana keluar menuju tempat siraman dengan diapit oleh kedua orang tuanya. Tidak berselang lama, siraman dimulai. GKR Hemas yang pertama kali menyirami, lalu secara berturut-turut GKR Mangkubumi, GKR Condrokirono dan yang terakhir GKR Bendara. Usai disiram, sang ibu, GKR Bendara memberikan konyoh kepada Jeng Nisaka. Kemudian dilanjutkan dengan bersuci dari air kendi yang dikucurkan oleh kedua orangtuanya. Usai digunakan untuk bersuci, kendi kemudian dipecah untuk menandai bersih dan sucinya lahir batin dari Jeng Nisaka. Setelahnya Jeng Nisaka dihanduki oleh GKR Condrokirono dan dipakaikan jarik motif nitik untuk menuju ke tempat ganti busana.
Jeng Nisaka kembali ke tempat upacara usai berganti busana. Prosesi dilanjutkan dengan ratus rikma (menguapi rambut dengan ratus), ngunjuk loloh (minum jamu beras kencur dan kunir asem), dan minum teh. Sesudahnya, Jeng Nisaka kembali berganti busana. Kali ini mengenakan busana pinjung yang terdiri dari kain cindhe, sabuk (lonthong), ikat pinggang (kamus bludiran), slepe, dan selendang tritik. Jeng Nisaka juga mengenakan gelang kana, kalung, giwang, dan peniti renteng pada sanggulnya.
Untuk keempat kalinya, Jeng Nisaka kembali ke tempat prosesi. Selanjutnya melakukan Sungkem Bakti kepada Eyang Sinuwun, Eyang Putri, dan juga kedua orang tuanya. Sungkem Bakti ini menjadi penutup dari rangkaian prosesi dalam upacara Tarapan.
Dengan dilaksanakannya upacara ini diharapkan Jeng Nisaka bisa mendapatkan keselamatan dalam memasuki tahapan kehidupan selanjutnya. “Upacara Tarapan merupakan salah satu upacara daur hidup yang penting bagi seorang perempuan. Selain untuk memohon keselamatan, upacara ini juga untuk memberitahukan kepada khalayak jika Jeng Nisaka kini sudah memasuki masa remaja/dewasa,” ungkap GKR Bendara.
MOST READ
- Pentas Wayang Wong Gana Kalajaya, Perkuat Hubungan Diplomatik Indonesia-India
- Peringati Hari Musik Sedunia, Keraton Yogyakarta Gelar Royal Orchestra dan Rilis Album Gendhing Soran Volume 1
- Talk Show: Kendhangan Ketawang Gaya Yogyakarta dan Launching Kendhangan Ketawang
- Bojakrama, Pameran Jamuan di Keraton Yogyakarta Usai Digelar
- Tetap Patuhi Prokes, Pembagian Ubarampe Gunungan Garebeg Besar Digelar Terbatas