Uyon-Uyon Hadiluhung Senin Pon 22 Januari 2024
Mengawali tahun 2024, Kawedanan Kridhamardawa Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar Uyon-Uyon Hadiluhung untuk memperingati hari kelahiran (Wiyosan Dalem) Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 yang rutin digelar setiap Senin Pon (malam Selasa Wage).
Berlangsung di Kagungan Dalem Bangsal Kasatriyan, Uyon-Uyon Hadiluhung 22 Januari 2024 atau 10 Rejeb 1957 Jimawal menyajikan serangkaian komposisi gendhing, selain itu terdapat pula pertunjukan Beksan Wirayuda. Pengunjung dapat menyaksikan secara luring dengan terlebih dahulu reservasi (kuota terbatas). Seluruh pengunjung wajib menggunakan busana sesuai pranatan atau ketentuan yang berlaku di lingkungan keraton. Pergelaran ini juga dapat disaksikan secara daring melalui siaran langsung (live streaming) di kanal YouTube Kraton Jogja mulai pukul 19.00 WIB.
Komposisi Gendhing
- Gendhing Pambuka: Ladrang Raja Manggala Laras Pelog Pathet Nem.
- Gendhing Soran: Gendhing Babat Laras Slendro Pathet Nem.
- Gendhing Lirihan I: Gendhing Remeng Laras Pelog Pathet Lima.
- Gendhing Lampah Beksan Wirayuda.
- Gendhing Lirihan II: Gendhing Kembang Gayam Laras Pelog Pathet Nem.
- Gendhing Lirihan III: Gendhing Mesem Laras Slendro Pathet Manyura.
- Gendhing Panutup: Ladrang Sri Kondur Laras Slendro Pathet Manyura.
Sinopsis Beksan Wirayuda
Beksan Wirayuda merupakan Yasan (karya) Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10. Tarian ini menghadirkan kisah pertarungan Raden Burisrawa dengan Raden Antareja dari wiracarita Mahabarata yang dibalut garap beksan sekawanan. Cerita ini terinspirasi dari lakon Sumbadra Larung, kala Raden Burisrawa dari Cindekembang yang begitu kasmaran dengan Dewi Sumbadra, istri Raden Arjuna, dan menggunakan beragam cara untuk mewujudkan cintanya. Dalam perjalanan merebut Dewi Sumbadra, Burisrawa sempat membuat Sumbadra ‘Larung’ hingga akhirnya ditemukan dan ditolong putra Raden Werkudara yakni Raden Antareja dari Jangkarbumi. Pertolongan Antareja ini sempat disalahpahami oleh Raden Gathotkaca yang ditugaskan mencari Dewi Sumbadra. Hingga akhirnya, ditemukan fakta bahwa Raden Burisrawa lah yang menyebabkan Dewi Sumbadra menderita. Perseteruan keduanya pun terjadi. Adegan perang tersebut yang kemudian dijadikan inspirasi Beksan Wirayuda ini.
Nama wirayuda diambil dari bahasa Sanskerta yang memiliki arti gagah berani dalam peperangan. Dalam beksan ini, tokoh Burisrawa menggunakan ragam gerak bapang, sedangkan tokoh Antareja menggunakan ragam gerak kambeng. Burisrawa menggunakan pedang sebagai senjata untuk berperang, sedangkan Antareja menggunakan gada.
Pendukung Tari
Paraga Patuh
- RB Putramatoyo
- MB Hastomatoyo
- Mg Andi Setiawan
- Mg Wibi
Paraga Bela
- Mg Caesar Jamal
- Mg Rizal Maulana
Pamucal Beksa: RW Dwijo Suwanto
Panata Gendhing Beksan: MRiyo Susilomadyo
Panata Gendhing Uyon-Uyon: MJ Morosebo
Kandha: KRT Suryoamiseso
Keprak: KMT Suryowaseso
Panata Busana: RW Ronosumekto
Produser: RB Pronomatoyo
MOST READ
- Pentas Wayang Wong Gana Kalajaya, Perkuat Hubungan Diplomatik Indonesia-India
- Peringati Hari Musik Sedunia, Keraton Yogyakarta Gelar Royal Orchestra dan Rilis Album Gendhing Soran Volume 1
- Talk Show: Kendhangan Ketawang Gaya Yogyakarta dan Launching Kendhangan Ketawang
- Bojakrama, Pameran Jamuan di Keraton Yogyakarta Usai Digelar
- Tetap Patuhi Prokes, Pembagian Ubarampe Gunungan Garebeg Besar Digelar Terbatas