Malem Selikuran Jimawal 1957: Keraton Sambut 10 Hari Terakhir Ramadan
Suasana khidmat menyelimuti Kagungan Dalem Bangsal Srimanganti, pada Minggu (31/03). Sore itu, Keraton Yogyakarta melangsungkan Hajad Dalem Malem Selikuran yang diperingati setiap tanggal 20 Pasa/Ramadan. Agenda ini bertujuan untuk menyambut datangnya malam Lailatulqadar yang datang pada 10 hari terakhir bulan ramadan, utamanya pada malam ganjil.
Dalam bahasa Jawa, malem berarti waktu malam, dan selikur yang berarti dua puluh satu. Bagi umat Islam, malam ke-21 bulan ramadan merupakan waktu yang istimewa untuk berjuang memperoleh keberkahan dan ampunan dari Gusti Allah SWT. “Lailatulqadar itu artinya waktu malam yang penuh kemuliaan dan lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu, Jibril dan para malaikat turun untuk menata urusan serta memberi keselamatan. Sebetulnya Allah sudah menurunkan Al-Qur’an pada malam itu yang penuh keberkahan kepada manusia sebagai pengingat,” ungkap KRT Zhuban Hadiningrat saat memberikan risalah keutamaan dan kemuliaan Malam Selikuran.
Pukul 17.00 WIB, Mantu Dalem KPH Wironegoro telah hadir di tengah-tengah Abdi Dalem Carik dan Kahartakan serta perwakilan dari setiap kawedanan atau tepas yang ada di keraton sekaligus memimpin prosesi. Dilanjut dengan penyampaian tausiyah yang disampaikan oleh KRT Zhuban Hadiningrat dari Urusan Pengulon. Ayat-ayat suci Al-Qur'an dan syahadat tauhid juga dilantunkan selama prosesi yang dipimpin oleh Mas Lurah Ngabdul Abdul Ahmad Yusuf dari Kanca Kaji.
Selain buka puasa bersama, prosesi ini juga mengirimkan doa kepada para leluhur Keraton Yogyakarta. Doa kesejahteraan juga dipanjatkan untuk Sri Sultan, keluarga, para kerabat, Abdi Dalem, serta masyarakat Yogyakarta. Di sisi lain, Abdi Dalem Keparak bersiap menyalakan lilin-lilin jelang petang pada 21 Pasa dan berlanjut pada tanggal ganjil berikutnya. Cahaya lilin tersebut menerangi sudut-sudut tertentu dalam kompleks Kedhaton sebagai perlambang cahaya penuntun jiwa bagi arwah para leluhur yang datang berkunjung.
Untuk menghormati bulan puasa, seluruh perangkat gamelan milik Keraton Yogyakarta tidak dibunyikan alias di-suwuk. Sebagai gantinya diadakan pembacaan macapat di Kagungan Dalem Tratag Bangsal Kencana oleh Abdi Dalem Lebdaswara Kawedanan Kridhamardawa secara bergantian. Tahun ini lantunan tembang macapat diambil dari manuskrip Babad Tanah Jawi mulai pukul 19.00 WIB hingga purna pada tanggal 11, 14, 17, 21, 24, 28, 31 Maret, dan 1, 4, 7, 10 April 2024. “Tahun ini macapat yang dibaca berasal dari Kagungan Dalem Manuskrip Babad Tanah Jawi,” jelas KMT Projosuwasono dari Kanca Lebdaswara.
MOST READ
- Pentas Wayang Wong Gana Kalajaya, Perkuat Hubungan Diplomatik Indonesia-India
- Peringati Hari Musik Sedunia, Keraton Yogyakarta Gelar Royal Orchestra dan Rilis Album Gendhing Soran Volume 1
- Talk Show: Kendhangan Ketawang Gaya Yogyakarta dan Launching Kendhangan Ketawang
- Bojakrama, Pameran Jamuan di Keraton Yogyakarta Usai Digelar
- Tetap Patuhi Prokes, Pembagian Ubarampe Gunungan Garebeg Besar Digelar Terbatas