Keraton Gelar Hajad Dalem Garebeg Besar Jimawal 1957/1445 H

Dalam memperingati hari Iduladha, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar puncak Hajad Dalem Garebeg Besar pada Selasa (18/06). Sebelum dimulainya Hajad Dalem Garebeg Besar, terdapat dua rangkaian pendukung yaitu Geladi Bersih Prajurit yang dilaksanakan mulai pukul 06.30 WIB di rute Kamandungan Kidul-Magangan-Pagelaran dan prosesi Numplak Wajik yang dilaksanakan pada pukul 15.00 WIB di Panti Pareden kompleks Magangan Keraton Yogyakarta. Kedua kegiatan tersebut dilakukan pada hari yang sama, Sabtu (15/06). Numplak Wajik merupakan upacara yang menandai dimulainya proses merangkai gunungan sebagai simbol sedekah raja kepada rakyat.

Desain Postingan 9

Desain Postingan 5

Desain Postingan 7

Desain Postingan 1

Selasa (18/06), sekitar pukul 07.00 WIB, berlangsung upacara Nyadhong Dwaja (penyerahan bendara korps prajurit) di Regol Kemagangan. Tak lama berselang, Mantu Dalem KPH Notonegoro bersama putra sulung GKR Mangkubumi, RM Drasthya Wironegoro memasuki pelataran Kamandungan Kidul untuk memimpin sepuluh bregada (prajurit) yang bertugas mengawal arak-arakan Gunungan Garebeg Besar.

Desain Postingan 6

Desain Postingan 7

Dalam Hajad Dalem Garebeg Besar tahun 2024, Keraton Yogyakarta mengeluarkan enam pareden gunungan yang kemudian dibagikan ke empat lokasi, yakni pelataran Masjid Gedhe, Pura Pakualaman, Kepatihan, dan Ndalem Mangkubumen. Enam gunungan tersebut terdiri atas dua Gunungan Kakung/Jaler (pria), satu Gunungan Estri/Wadon (perempuan), satu Gunungan Dharat, satu Gunungan Gepak, dan satu Gunungan Pawuhan.

Desain Postingan 2

Desain Postingan 5

Penghageng II Kawedanan Widyabudaya KRT Rintaiswara menyampaikan bahwa makna Garebeg sebagai bentuk sedekah dari raja kepada rakyat. “Gunungan merupakan perwujudan kemakmuran keraton atau pemberian dari raja kepada rakyatnya. Jadi makna Garebeg Besar secara singkatnya adalah perwujudan rasa syukur, mangayubgya Iduladha, yang diwujudkan dengan memberikan rezeki kepada masyarakat melalui ubarampe gunungan yang berupa hasil bumi dari tanah Mataram,” ungkap Kanjeng Rinta. 

Tepat pukul 10.00 WIB, setelah Manggalayudha memberikan aba-aba, tembakan salvo mengudara dan menandai keluarnya enam gunungan dari kompleks Pagelaran Keraton menuju halaman Masjid Gedhe. Di pelataran Masjid Gedhe, ratusan masyarakat telah antusias menunggu datangnya pareden gunungan. Kedatangan rangkaian gunungan diiringi oleh Abdi Dalem berpangkat bupati untuk selanjutnya didoakan terlebih dahulu. Setelah didoakan seluruhnya di Kagungan Dalem Masjid Gedhe, sebanyak 5 gunungan yakni Gunungan Kakung, Estri, Gepak, Darat, dan Pawuhan dibagikan Abdi Dalem kepada masyarakat di halaman Masjid Gedhe.

Desain Postingan 8

Sejalan dengan makna awal sedekah gunungan, pembagiannya dilakukan dengan nyadhong atau menunggu giliran untuk mendapatkannya. Perihal ini juga menjadi salah satu perbedaan dengan Garebeg sebelumnya, di mana gunungan yang biasanya bersifat rebutan, kali ini akan dibagikan untuk menghindari kericuhan. “Ini merupakan perlambang kesabaran manusia. Berbeda dengan merayah, karena kesannya yang kuat pasti yang akan mendapatkan dahulu,” jelas Carik Kawedanan Widyabudaya KRT Widyacandra Ismayaningrat. 

Selain di Masjid Gedhe, satu buah Gunungan Jaler diberikan kepada Pura Pakualaman dan selanjutnya dibagikan ke masyarakat sekitar. Sedangkan di kompleks Kepatihan, keraton membagikan 50 ubarampe gunungan berupa rengginang dan tlapukan bintang untuk para Aparatur Sipil Negara.  

Desain Postingan 1

Terdapat satu lokasi tambahan pembagian 50 ubarampe gunungan, yakni Ndalem Mangkubumen. “Ndalem Mangkubumen dulunya merupakan tempat tinggal KGPH Mangkubumi, adik Sri Sultan Hamengku Buwono VII. Pun pada masa pemerintah Sri Sultan Hamengku Buwono VI, Ndalem ini sebelumnya juga merupakan tempat tinggal Sri Sultan Hamengku Buwono VII sewaktu masih menjadi putra mahkota dengan nama Pangeran Hangabehi,” papar Penghageng Kawedanan Reksa Suyasa, KRT Kusumanegara. 

“Setelah melalui proses kajian dan dasar sejarah inilah yang menjadi alasan pembagian pareden di Ndalem Mangkubumen dilakukan kembali saat prosesi Garebeg pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10,” tambah KRT Kusumanegara. 

Pembagian pareden gunungan di Pendapa Ndalem Mangkubumen dihadiri oleh Putri Dalem GKR Mangkubumi, GKR Maduretno, dan GKR Bendara. Turut hadir Wayah Dalem RAj Artie Ayya Fatimasari Wironegoro serta RAj Nisaka Irdina Yudanegara, juga para perwakilan Abdi Dalem. 

Pada Iduladha tahun ini (1445 H), Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 menyumbangkan hewan kurban berupa satu sapi benggala dan satu sapi metal dengan berat sapi 300 kg. Kedua sapi tersebut dikirim ke Kagungan Dalem Masjid Plosokuning dan Kawedanan Pengulon. 

Desain Postingan 4