Jamasan Kereta Pusaka dan Pohon Beringin
Setiap tahun di bulan Sura, Keraton Yogyakarta menggelar Hajad Dalem Siraman Pusaka. Siraman Pusaka atau disebut juga Jamasan Pusaka. Siraman Pusaka dilaksanakan selama dua hari pada 12 – 13 Juli 2024, baik di dalam dan di luar keraton. Pusaka yang dibersihkan dalam jamasan di luar keraton adalah Kagungan Dalem Rata (kereta) dan vegetasi pohon beringin.
Prosesi Siraman Pusaka Rata mulai dilaksanakan pada Jumat (12/07) atau 6 Sura Je 1958 mulai pukul 10.00 WIB. Mas Riyo Ratadiwiryo selaku pengirid Kanca Rata memimpin jalannya prosesi Siraman Pusaka Rata. Prosesi dilaksanakan di Kagungan Dalem Wahanarata (Museum Kereta). Setiap tahun ada dua kereta pusaka yang akan dijamas. Kereta utama yang selalu dijamas setiap tahun adalah Kanjeng Nyai Jimat, kereta tertua milik Keraton Yogyakarta. Kereta ini pernah digunakan pada penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono I hingga Sri Sultan Hamengku Buwono III. Kanjeng Nyai Jimat dijamas di halaman selatan Kagungan Dalem Wahanarata.
Selain kereta utama, terdapat satu rata pandherek (kereta pendamping yang dijamas) yang turut dijamas setiap tahun. Berbeda dengan Kanjeng Nyai Jimat, lokasi yang digunakan untuk jamasan berada di halaman timur Kagungan Dalem Wahanarata. Kereta pandherek yang dijamas adalah Kiai Wimanaputra, kereta peninggalan Sri Sultan Hamengku Buwono VI. Usai jamasan kedua kereta, masyarakat yang sudah menunggu sejak pagi berbondong-bondong mengambil air sisa yang digunakan untuk membersihkan kereta. Tidak hanya mengambil dengan botol, beberapa warga terlihat membasuh tangan dan kaki secara langsung.
Pada waktu yang bersamaaan, pusaka berwujud pohon beringin (Ficus benjamina) yang terdapat di tengah Alun-Alun Utara, Kiai Dewadaru dan Kiai Jayadaru, dijamas dengan cara dipangkas sehingga tajuknya berbentuk bundar seperti payung. Bentuk payung ini melambangkan pengayoman yang diberikan keraton pada rakyat Yogyakarta. Setelah kedua pohon beringin tersebut selesai dipangkas, pemangkasan dilanjutkan terhadap pohon-pohon beringin lain yang mengelilingi Alun-alun Utara. Sementara, Siraman Pusaka hari kedua dipusatkan di dalam kompleks Kedhaton.
Secara umum, tujuan dari upacara rutin ini adalah menghormati dan membersihkan benda-benda pusaka milik Keraton Yogyakarta dengan air bunga dan jeruk nipis agar bersih dan terawat. Dengan dibersihkan secara teratur tiap tahun, maka segala tanda kerusakan dapat diketahui sejak dini sehingga dapat ditangani segera. Upacara Siraman memiliki setidaknya dua aspek, teknis dan spiritual. Secara teknis bertujuan untuk merawat benda-benda warisan sejarah dan budaya, sedang secara spiritual merupakan sikap manusia Jawa dalam menyambut datangnya tahun baru Jawa.
MOST READ
- Pentas Wayang Wong Gana Kalajaya, Perkuat Hubungan Diplomatik Indonesia-India
- Peringati Hari Musik Sedunia, Keraton Yogyakarta Gelar Royal Orchestra dan Rilis Album Gendhing Soran Volume 1
- Talk Show: Kendhangan Ketawang Gaya Yogyakarta dan Launching Kendhangan Ketawang
- Bojakrama, Pameran Jamuan di Keraton Yogyakarta Usai Digelar
- Tetap Patuhi Prokes, Pembagian Ubarampe Gunungan Garebeg Besar Digelar Terbatas