Lima Putri Dalem Sebar Udhik-Udhik Jelang Prosesi Miyos Gangsa
Dalam agenda Hajad Dalem Sekaten Je 1958/2024, Keraton Yogyakarta mengawalinya dengan prosesi Miyos Gangsa. Prosesinya dimulai dengan miyos (keluarnya) dua perangkat Gangsa Sekati (Gamelan Sekaten) dari ruang penyimpanan di Bangsal Trajumas pada 5 Mulud atau Senin Wage (09/09) sore. Kedua perangkat Gangsa Sekati, Kiai Gunturmadu dan Kiai Nagawilaga, diletakkan terlebih dahulu di Bangsal Pancaniti dan Abdi Dalem Wiyaga Kawedanan Kridhamardawa membunyikannya secara bergantian mulai pukul 19.00 WIB hingga jelang tengah malam.
Berangsur-angsur, masyarakat mulai memadati kompleks Bangsal Ponconiti sembari mendengarkan alunan syahdu gendhing yang dibawakan dari Gangsa Sekati. Adapun gendhing yang dimainkan mula-mula Gendhing Rambu dan Gendhing Rangkung, keduanya melambangkan pujian keagungan Tuhan. Gendhing lain yang dimainkan jumlahnya mencapai 68 gendhing, namun lazim dimainkan sebanyak 16 gendhing.
Tak lama berselang, sekitar pukul 20.00 WIB, rombongan Utusan Dalem, yang pada malam itu diwakili oleh kelima Putra Dalem Putri, yaitu Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi, GKR Condrokirono, GKR Maduretno, GKR Hayu, GKR Bendara, serta Mantu Dalem Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Purbodiningrat keluar dari Regol Srimanganti. Para Putri Dalem kemudian berpencar untuk menyebar Udhik-udhik untuk Abdi Dalem dan masyarakat yang sudah berjejal di sekeliling Bangsal Ponconiti. Suasana syahdu berganti riuh antusias masyarakat yang sudah bersiap untuk menerima sebaran Udhik-udhik (campuran uang logam, kelopak bunga, beras dan biji-bijian), sebagai simbol sedekah, doa keselamatan, dan kesejahteraan dari raja kepada rakyatnya.
Tepat pukul 23.00 WIB, kedua perangkat Gangsa Sekati segera ditata di ancak (alat) untuk diangkut ke Bangsal Pagongan Masjid Gedhe oleh Narakarya (Kanca Abang). Rute yang dilalui melewati Sitihinggil Lor – Bangsal Pagelaran – Masjid Gedhe. Kedua Gangsa juga dikawal oleh Bregada Prawiratama dan Jagakarya. Perangkat gamelan Kiai Gunturmadu menempati Pagongan Kidul (sisi selatan Masjid Gedhe), sementara Kiai Nagawilaga menempati Pagongan Lor (sisi utara Masjid Gedhe). Gamelan Sekati ditabuh secara bergantian tiga kali sehari pukul 08.00 – 10.00, 14.00 –17.00 dan 20.00 – 23.00 WIB, selama seminggu (kecuali Kamis malam sampai Jumat siang) dari tanggal 6 – 11 Mulud atau 10 – 15 September 2024, selama kurun waktu tersebut itulah prosesi Sekaten.
Prosesi Miyos Gangsa senantiasa disambut dengan khidmat oleh masyarakat yang memadati pelataran Masjid Gedhe. Kedua Gangsa Sekati selalu menjadi elemen penting dalam perayaan Hajad Dalem Sekaten, dan hingga kini masih menjadi magnet perhatian masyarakat lokal maupun wisatawan dari berbagai daerah.
MOST READ
- Pentas Wayang Wong Gana Kalajaya, Perkuat Hubungan Diplomatik Indonesia-India
- Peringati Hari Musik Sedunia, Keraton Yogyakarta Gelar Royal Orchestra dan Rilis Album Gendhing Soran Volume 1
- Talk Show: Kendhangan Ketawang Gaya Yogyakarta dan Launching Kendhangan Ketawang
- Bojakrama, Pameran Jamuan di Keraton Yogyakarta Usai Digelar
- Tetap Patuhi Prokes, Pembagian Ubarampe Gunungan Garebeg Besar Digelar Terbatas