Hajad Dalem Jamasan Pusaka Be 1952
Terdapat dua ritual adat yang diselenggarakan di Keraton Yogyakarta tiap bulan Sura, Hajad Kawula Dalem Mubeng Beteng dan Hajad Dalem Jamasan Pusaka.
Hajad Kawula Dalem Mubeng Beteng yang menandai pergantian tahun Jawa diselenggarakan pada Selasa, 11 September 2018 atau 30 Besar 1951 J. Prosesi ini merupakan sarana intropeksi atas apa yang terjadi di tahun lalu sembari memohon kepada Yang Maha Kuasa agar tahun yang akan datang lebih baik dari pada tahun yang telah lalu. Rombongan masyarakat yang turut dalam Lampah Budaya Mubeng Beteng berangkat dari Plataran Kamandhungan Lor pada pukul 24.00, mereka dilepas oleh GKR Mangkubumi yang saat itu didampingi oleh KPH Purbodiningrat.
Prosesi Siraman atau Jamasan Pusaka dimulai pada Selasa Kliwon (02/10) tanggal 21 Sura 1952 J. Upacara ini diselenggarakan untuk membersihkan dan merawat pusaka-pusaka milik keraton. Selama prosesi Jamasan berlangsung, Selasa dan Rabu tanggal 2-3 Oktober, Keraton Yogyakarta tertutup bagi wisatawan.
Berbeda dengan Jamasan di dalam kompleks Kedhaton yang bersifat tertutup bagi khalayak umum, Jamasan Rata (kereta) di Museum Kereta terbuka bagi siapa saja yang ingin menyaksikan. Seperti tahun-tahun sebelumnya, terdapat dua kereta yang dibersihkan.
Abdi Dalem Kanca Rata Mas Wedana Rata Diwiryo selaku pemimpin prosesi Jamasan kereta menjelaskan, “Yang pertama (pokok) Kanjeng Nyai Jimat, lalu kereta pendampingnya Kanjeng Kiai Harsunaba, tapi setiap tahun harus diganti atau bergiliran sebagai pendherek.”
Kereta Kanjeng Nyai Jimat adalah kereta tertua yang dimiliki Keraton Yogyakarta, pernah digunakan pada penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono I sampai Sri Sultan Hamengku Buwono III. Kereta ini selalu mengikuti Jamasan tiap tahunnya. Sedangkan kereta Kanjeng Kiai Harsunaba merupakan peninggalan Sri Sultan Hamengku Buwono VI yang dibuat di pabrik G. Barendse Semarang dan masih dipergunakan sampai saat ini untuk upacara-upacara resmi keraton.
Sekitar pukul 10.30, kereta Kanjeng Nyai Jimat dibawa ke halaman selatan museum untuk dibersihkan dengan air bunga dan irisan jeruk nipis. Menyusul kemudian Kanjeng Kiai Harsunaba dibersihkan di halaman depan museum. Kedua kereta dibawa masuk kembali sekitar pukul 11.00.
Upacara Jamasan juga dilakukan pada dua pohon beringin pusaka yang berada di tengah Alun-Alun Utara Keraton Yogyakarta, Kiai Wijayadaru (juga disebut Kiai Janadaru) dan Kiai Dewadaru. Dimulai pukul 09.45, Jamasan dilakukan dengan cara memangkas dahan-dahan yang ada agar pohon rapi dan tampak seperti payung. Pemangkasan dimulai dari sisi timur Kiai Wijayadaru. Jamasan pohon beringin pada hari pertama selesai sekitar pukul 10.30. Proses Jamasan pada beringin akan diteruskan pada hari-hari selanjutnya sampai Kiai Wijayadaru, Kiai Dewadaru, dan pohon-pohon beringin di depan Pagelaran selesai dipangkas.
MOST READ
- Pentas Wayang Wong Gana Kalajaya, Perkuat Hubungan Diplomatik Indonesia-India
- Peringati Hari Musik Sedunia, Keraton Yogyakarta Gelar Royal Orchestra dan Rilis Album Gendhing Soran Volume 1
- Talk Show: Kendhangan Ketawang Gaya Yogyakarta dan Launching Kendhangan Ketawang
- Bojakrama, Pameran Jamuan di Keraton Yogyakarta Usai Digelar
- Tetap Patuhi Prokes, Pembagian Ubarampe Gunungan Garebeg Besar Digelar Terbatas