Hajad Dalem Garebeg Besar Be 1952 J/2019 M
Senin Wage (12/8), Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar Hajad Dalem Garebeg Besar Be 1952 J/2019 M sebagai peringatan Hari Raya Idul Adha. Pada pelaksanaan Garebeg Besar ini, terdapat tujuh gunungan yang dibagikan ke tiga tempat berbeda. Lima gunungan yang terdiri atas Gunungan Kakung, Gunungan Estri, Gunungan Gepak, Gunungan Darat, dan Gunungan Pawuhan dibagikan di Masjid Gedhe, sedangkan dua Gunungan Kakung lainnya masing-masing dibagikan di Pura Pakualaman dan Kompleks Kepatihan. Ketujuh gunungan ini selalu muncul pada pelaksanaan Garebeg setiap tahun. Khusus Garebeg Maulud di tahun Dal terdapat satu tambahan, yakni Gunungan Bromo.
Pembuatan gunungan dikerjakan secara bertahap, kurang lebih selama satu bulan sebelum pelaksanaan Garebeg. Seluruh gunungan yang dibagikan saat Garebeg terbuat dari berbagai macam sayuran, buah-buahan, serta yang paling utama, yaitu olahan ketan. Sifat ketan yang lengket mempunyai makna bahwa melalui tradisi gunungan saat Garebeg diharapkan hubungan antara Raja dan rakyatnya akan semakin erat serta harmonis.
Gunungan-gunungan ini kemudian diusung beramai-ramai oleh petugas pembawa gunungan yang disebut sebagai narakarya, yaitu para sukarelawan yang berasal dari desa-desa di seluruh penjuru DIY, dan dikawal oleh sepuluh bregada dari Tepas Keprajuritan, antara lain Wirabraja, Dhaeng, Patangpuluh, Jagakarya, Prawiratama, Nyutra, Ketanggung, Mantrijero, Bugis, dan Surakarsa. Prajurit Surakarsa mengawal lima gunungan ke Masjid Gedhe. Prajurit Bugis mengawal satu Gunungan Kakung ke Kepatihan, sedangkan satu Gunungan Kakung yang dibagikan di Pura Pakualaman dikawal oleh Prajurit dari Pakualaman, yakni Dragunder dan Plangkir. Delapan prajurit lainnya membentuk pagar betis di Alun-Alun Utara, berjejer rapi dari Selatan ke Utara. Selain para prajurit, ketujuh gunungan ini juga dikawal oleh rombongan gajah dari Kebun Binatang Gembira Loka.
Terdapat dua jenis langkah yang dilakukan oleh para bregada prajurit, yakni Lampah Mars (jalan cepat) yang dilakukan saat berada di luar kedhaton, serta Lampah Macak yang dilakukan saat berada di dalam kedhaton. Setiap kesatuan prajurit memiliki musik pengiring yang berbeda-beda dalam mengiringi langkah saat berbaris.
Kesepuluh bregada prajurit keraton ini telah menggelar Gladhi Resik Prajurit pada Minggu (4/8) pukul 15.30. Gladhi Resik ini merupakan simulasi dan latihan terakhir sebelum melaksanakan tugas mengawal gunungan.
Tiga hari sebelum pelaksanaan Garebeg Besar, digelar pula Hajad Dalem Numplak Wajik pada Jumat (9/8) pukul 15.30 di area Pelataran Kemagangan. Inti dari prosesi ini adalah menumpahkan wajik ke bakal calon Gunungan Estri. Prosesi Numplak Wajik tersebut berlangsung dengan iringan irama gejog lesung yang dimainkan oleh para Abdi Dalem Keparak.
MOST READ
- Pentas Wayang Wong Gana Kalajaya, Perkuat Hubungan Diplomatik Indonesia-India
- Peringati Hari Musik Sedunia, Keraton Yogyakarta Gelar Royal Orchestra dan Rilis Album Gendhing Soran Volume 1
- Talk Show: Kendhangan Ketawang Gaya Yogyakarta dan Launching Kendhangan Ketawang
- Bojakrama, Pameran Jamuan di Keraton Yogyakarta Usai Digelar
- Tetap Patuhi Prokes, Pembagian Ubarampe Gunungan Garebeg Besar Digelar Terbatas