Peringatan 270 Tahun Hadeging Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat
Pada 13 Maret 1755 (29 Jumadil Awal, Jimawal 1680), atau sebulan setelah ditandatanganinya Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755), Pangeran Mangkubumi atau Sri Sultan Hamengku Buwono I pindah dari Pesanggrahan Ambarketawang ke Keraton Yogyakarta yang baru saja dibangun dan meresmikan Hadeging Nagari Ngayogyakarta Hadininingrat. Untuk memperingati 270 tahun peristiwa yang jatuh pada 26 Februari 2017 (29 Jumadil Awal, Jimawal 1950) tersebut, Keraton Yogyakarta mengadakan serangkaian kegiatan.
Rangkaian kegiatan dimulai pada hari Sabtu pagi, tanggal 25 Februari, dengan ziarah ke Makam Imogiri. Ziarah ini diikuti oleh para Abdi Dalem dan keluarga Sultan. Sore harinya sekitar pukul 16.00 WIB, Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 bersama dengan GKR Bendara dan GKR Mangkubumi menggelar dialog dengan seluruh Takmir Masjid Kagungan Dalem di Bangsal Sri Manganti. Acara tersebut turut dihadiri oleh KPH Pujaningrat, KRT Purwodiningrat, KRT Hastononingrat, dan KRT Jati Hadiningrat.
Dalam agenda tersebut, Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 memaparkan bahwa peringatan sejarah Hadeging Nagari berperan sebagai upaya menjaga tradisi leluhur sekaligus sebagai wahana silaturahmi bagi seluruh Takmir Masjid Kagungan Dalem.
Pada sesi tanya jawab, seorang takmir menyinggung perihal suksesi di Keraton Yogyakarta. Sultan menanggapi sambil memberi penekanan bahwa siapa pun yang akan menjadi penerusnya tetap harus berproses laku lakon, "Saya tidak tahu yang tinitik itu siapa, saya tidak tahu apakah penerus saya itu laki-laki atau wanita. Kita sama-sama istiqarah. Saya hanya menunggu petunjuk."
Acara kemudian ditutup karena sudah menjelang waktu sholat Maghrib. Malam harinya, mulai pukul 19.00 WIB, diadakan Pengajian/Mujahadah di Kagungan Dalem Masjid Gedhe. Kegiatan ini dihadiri oleh masyarakat umum.
Pada Minggu, 26 Februari, sejak pukul 05.00 WIB digelar Sema`an Al-quran yang diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat di Bangsal Pagelaran Keraton Yogyakarta. Puncak acara berupa Mujadahan Akbar digelar malam harinya mulai pukul 19.30 WIB, acara tersebut dihadiri pula Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10. Hadir pula KPH. Wironegoro, KPH. Purbodiningrat, KPH. Yudahadiningrat, KPH. Suryohadiningrat, dan para Abdi Dalem Pengulon.
Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 berpesan hendaknya kegiatan seperti Mujadahan tetap dilestarikan sebagai upaya untuk tetap tatag (tidak merasa was-was) di era gempuran zaman dan globalisasi. Acara ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh KMT. H Abdul Ridwan selaku Penghageng Abdi Dalem Pengulon dan ulama dari Pondok Pesantren Krapyak. Masyarakat tampak antusias, bagi mereka kegiatan seperti ini dapat menjadi sarana untuk bertemu raja secara langsung.
MOST READ
- Pentas Wayang Wong Gana Kalajaya, Perkuat Hubungan Diplomatik Indonesia-India
- Peringati Hari Musik Sedunia, Keraton Yogyakarta Gelar Royal Orchestra dan Rilis Album Gendhing Soran Volume 1
- Talk Show: Kendhangan Ketawang Gaya Yogyakarta dan Launching Kendhangan Ketawang
- Bojakrama, Pameran Jamuan di Keraton Yogyakarta Usai Digelar
- Tetap Patuhi Prokes, Pembagian Ubarampe Gunungan Garebeg Besar Digelar Terbatas