Nyi Mas Jajar Yosoasihhartaka: Kahartakan Reksa Suyasa yang Sepi ing Pamrih, Rame ing Gawe
Kawedanan Reksa Suyasa dibentuk pada Juni 2022. Dalam bahasa Jawa reksa berarti merawat, sementara suyasa berarti bangunan. Secara garis besar, kawedanan tersebut bertanggung jawab atas pemeliharaan bangunan di Keraton Yogyakarta. Sebelumnya tugas itu berada di lingkup KHP Wahana Sarta Kriya.
Awalnya, Kenanga Cendrawasih masuk sebagai karyawan KHP Wahana Sarta Kriya sejak Juni 2021. Selanjutnya ia menjalani proses menjadi Abdi Dalem.
“Selama di Wahana Sarta Kriya, saya membantu saja sifatnya. Membantu membereskan arsip,” tuturnya. Pekerjaannya di kawedanan tersebut lebih banyak berhubungan dengan administrasi. Tahun 2022, dilakukan perombakan struktur dan dibentuklah kawedanan baru yang bernama Kawedanan Reksa Suyasa di bawah Reh KHP Datu Dana Suyasa. Kenanga ditugaskan untuk menjadi kahartakan atau bendahara di sini. Setelah memenuhi syarat, pada November 2022, ia diwisuda menjadi Abdi Dalem dengan pangkat jajar dan dianugerahi Nama Paring Dalem Yosoasihhartaka.
“Pertama kali masuk sini, banyak diberi wejangan oleh Nyi RRy Yosopandansari. Sudah dikasih tahu kalau di sini kita yang ayem saja, nanti segala sesuatunya itu akan mengalir, rezeki itu akan mengikuti kita. Pokoknya, yang jujur, kerja yang baik, yang ikhlas. Dari situ saya udah madhep mantep, saya akan melaksanakan apa yang sudah diweling sama Nyi RRy Yosopandansari.”
Pemelihara
Reksa Suyasa menangani renovasi ringan dan pemeliharaan kebersihan. Abdi Dalem bekerja sesuai dengan laporan. “Semisal ada kerusakan pintu di Tamansari, kami meninjau ke sana, apa yang rusak dan apa yang harus diperbaiki,” jelas Nyi Mas Yosoasihhartaka. Bila perlu, mereka akan menghubungi pihak ketiga yang dapat melakukan perbaikan tersebut. Setelah nilai anggaran ditetapkan, Reksa Suyasa mengajukan permohonan ke Kawedanan Hageng Panitrapura yang kemudian mengeluarkan disposisi. Reksa Suyasa kemudian menindaklanjuti disposisi dan menyampaikan laporan bila pekerjaan selesai.
Sebagai kahartakan, setiap bulan Nyi Mas Yosoasihhartaka membuat proposal ngunduh ragad (mengajukan anggaran), membuat laporan, dan kekucah (imbalan) tenaga kebersihan. Selain itu, ia juga berbelanja kebutuhan operasional.
“Nanti kalau ada laporan tentang perbaikan ringan, saya ngundhuh lagi, ada ragad untuk itu. Atau kalau ada dhawuh dari Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi untuk yasa (membuat) kursi, meja, itu nanti kami yang yasa.”
Abdi Dalem di Reh Kawedanan Reksa Suyasa terdiri dari beberaga golongan seperti wimana (sopir), bebahu (pembantu umum), kanca rata (perawat kereta kuda), kanca taman, dan mergangsan (pandai besi). Ada pula sumatali yang dahulu bertugas merawat kuda. Kini karena keraton sudah tidak memiliki kuda, mereka bertugas memelihara sebagian lingkungan keraton.
Pohon-pohon beringin dan pohon besar lainnya di sekitar keraton juga menjadi tanggung jawab Abdi Dalem Reksa Suyasa. Bila ada laporan dari warga terkait beringin yang tumbang atau perlu dipangkas, Abdi Dalem Reksa Suyasa akan bertindak. “Tapi nanti kerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kota. Nanti yang berhubungan Reksa Suyasa dan pengerjaannya dari Dinas Lingkungan Hidup didampingi Abdi Dalem dari Reksa Suyasa supaya mangkasnya tidak terlalu botak,” jelas Nyi Mas Yosoasihhartaka.
Secara rutin ada kegiatan mapal ringin atau pemangkasan beringin. “Itu setiap Sura, supaya pohon beringinnya bagus semua,” lanjutnya. Kegiatan ini harus disetujui terlebih dahulu oleh GKR Mangkubumi selaku Penghageng I KHP Datu Dana Suyasa.
Mengenal Keraton Lebih Dalam
Setelah lulus dari SMA Santa Maria, Kenanga pernah menjadi SPG, lalu berganti pekerjaan sebagai kasir di toko oleh-oleh. Selanjutnya, ia bertahan lama menjadi staf keuangan di toko alat tulis dan kantor.
Ia termotivasi untuk menjadi Abdi Dalem karena ingin mengenal keraton lebih dalam. “Ingin tahu tentang keraton, bagaimana perputaran di keraton, kinerja di keraton, dan sejarah-sejarahnya.”
Ia merasa terharu saat akhirnya mendapat Nama Paring Dalem dan menerima kekancingan pengangkatan sebagai Abdi Dalem. Ia juga senang bisa keliling keraton hingga tempat-tempat yang tidak bisa dilihat oleh wisatawan. “Saya bisa tahu tempat-tempat bersejarah lainnya dan tahu ceritanya seperti apa, seru sih buat saya,” katanya. Saat berkeliling bersama Abdi Dalem senior, Nyi Mas Yosoasihhartaka sering mendapat cerita terkait tempat-tempat yang ia lihat.
“Imajinasi saya flashback, oh jadi dahulu kerajaan kayak begini. Kayak nonton drama Korea kerajaan itu kan. Ternyata Yogyakarta punya yang kayak begini, pangeran punya tempat sendiri, istri-istri juga punya gedhong sendiri, putri-putri di mana (tinggalnya).”
Pengalaman menarik lainnya adalah bertemu langsung dengan permaisuri GKR Hemas. Waktu itu ia masih berstatus sebagai Abdi Dalem baru dan mendapat tugas untuk mengantar dokumen ke Ndalem Kilen. Sontak ia berdebar dan sungkan karena tak yakin bagaimana harus bersikap. “Untungnya beliau bertanya siapa saya. Saya cuma bisa jawab saya staf baru dari KHP Wahana Sarta Kriya. Oh, ya sudah.” Menyaksikan tarian Aji Saka dalam rangkaian event Lenggahing Harjuna bersama Ngarsa Dalem juga menjadi momen yang menorehkan kesan mendalam.
Berkah terbesar yang ia dapatkan adalah perasaan tenteram dan tenang. “Merasa lebih ayem, lebih positive thinking.” Menurutnya, hal itu terjadi karena ia berada dalam lingkaran sosial yang positif pula. Secara batiniah, ia lebih hati-hati dan panjang pikir. “Kalau saya melakukan saya nanti bagaimana ya efeknya.”
Berkah lainnya adalah rezeki yang mengalir lancar. Pandemi Covid-19 menghantam sebelum Nyi Mas Yosoasihhartaka menjadi Abdi Dalem. Seperti masyarakat pada umumnya, ia dan keluarganya mengalami kesulitan ekonomi. “Ketika saya di sini, syukurnya apa yang dulu hilang, kembali sedikit demi sedikit. Walau hasilnya tidak banyak, kebutuhan kami tercukupi tanpa kami sadari. Jadi rezeki itu benar-benar mengikuti kami.”
Baginya, rezeki tidak selalu berwujud materi. Kesehatan dan teman yang baik juga rezeki. “Asal kita ikhlas, kita jujur, kita menjalani dengan baik itu, rezeki ada saja berkahnya. Jujur saya sangat bersyukur bisa bekerja di sini.”
Kebanggaan Keluarga
Senin hingga Jumat ibu satu anak ini bekerja dari pukul 09.00-16.00 WIB, sementara pada hari Sabtu jam kerjanya berakhir pukul 14.00 WIB. Berhubung ia tinggal di Minggir, Sleman yang jauhnya sekitar 23 km dari keraton, ia harus berangkat dari rumah 45 menit sebelum waktunya bekerja. Perjalanan jauh ia tempuh ringan hati dengan sepeda motor.
Di rumah, selain mengurus keluarga, Nyi Mas Yosoasihhartaka gemar membaca buku fiksi. Ia juga senang berolahraga seperti lari, berenang, dan zumba toning. Di sela-sela kesibukannya, ia menyempatkan diri untuk ikut dalam kegiatan kegerejaan lingkungan.
Beruntung, ia mendapat dukungan dari keluarganya. Sang Ayah selalu bercerita pada siapa pun yang bahwa anaknya memiliki Nama Paring Dalem, sementara suaminya yang bekerja sebagai karyawan di unit pariwisata Tamansari mengerti dan senang dengan pilihan hidup yang ia ambil.
“Waktu itu ada kesempatan saya foto bersama Kanjeng Ratu Mangkubumi. Saya tunjukkan (pada Ayah) ini lho Pak saya foto bersama Kanjeng Ratu Mangku. Bapak saya jadi agak mellow,” katanya sambil tertawa kecil.
Sedikit demi sedikit ia menularkan kecintaan terhadap budaya kepada putri kecilnya. Ia mengajak anak tersebut berjalan-jalan ke keraton serta menunjukkan foto-foto keluarga raja dan upacara Hajad Dalem. “Oh, berarti kita punya raja ya. Iya, kita punya raja namanya Ngarsa Dalem Sri Sultan HB Ka10. Ya mulai mengenalkan sedikit-sedikit, pelan-pelan biar dia juga tahu,” tuturnya mengenai cara mengenalkan keraton kepada generasi penerus.
Ia mengajak semua orang untuk mencintai budaya lokal dan lebih ikhlas dalam berkarya. “Jangan kemrungsung mengejar sesuatu. Pokoknya segala sesuatu harus dijalankan dengan ikhlas dan pasrah. Pasrah itu bukan berarti kita tidak melakukan apa-apa. Kita berusaha sekuat tenaga dan hasilnya kita serahkan pada Tuhan.
Untuk Keraton Yogyakarta, ia menyematkan harapan agar pusat budaya ini eksis dan berjaya tanpa tergerus kemajuan zaman.
PERISTIWA POPULER
- Pentas Wayang Wong Gana Kalajaya, Perkuat Hubungan Diplomatik Indonesia-India
- Peringati Hari Musik Sedunia, Keraton Yogyakarta Gelar Royal Orchestra dan Rilis Album Gendhing Soran Volume 1
- Talk Show: Kendhangan Ketawang Gaya Yogyakarta dan Launching Kendhangan Ketawang
- Bojakrama, Pameran Jamuan di Keraton Yogyakarta Usai Digelar
- Tetap Patuhi Prokes, Pembagian Ubarampe Gunungan Garebeg Besar Digelar Terbatas