Ragam Busana Adat Abdi Dalem Estri
- 20-08-2019
Seperti halnya Abdi Dalem jaler, Abdi Dalem estri (perempuan) juga mengenakan busana adat dalam menjalankan tugas dan kewajiban untuk Keraton Yogyakarta. Pengangge atau busana ini memiliki beberapa ragam, baik untuk melaksanakan tugas harian maupun upacara. Masing-masing memiliki aturan baik dalam penggunaan maupun cara pemakaian.
Tata Rias
Abdi Dalem estri mengenakan gelung tekuk atau rikma ukel tekuk polos tanpa hiasan apapun. Gelung tekuk sendiri merupakan gaya penataan rambut khas Keraton Yogyakarta yang dipakai oleh semua wanita, baik Abdi Dalem estri, kerabat Sultan, maupun Permaisuri.
Busana sehari-hari Abdi Dalem Keparak.
Penutup Badan Bagian Atas
Semekan
Semekan atau ubet-ubet tanpa tambahan pakaian luar (lukar rasukan) adalah busana harian para Abdi Dalem Keparak. Semekan berfungsi sebagai penutup dada, terbuat kain panjang berukuran sekitar 250 cm x 60 cm. Lebarnya separuh dari kain jarik biasa. Motif semekan yang dikenakan harus gagrak (gaya) Yogyakarta. Kain tersebut dililitkan mengelilingi badan dari arah kiri ke kanan, di bawah ketiak hingga di atas pinggul. Bagian pinggang ditata membentuk garis lurus rapi tanpa sisa kain. Sebelum dikenakan, garis tepi ubet-ubet, yang disebut kemada, dilipat sedikit ke arah dalam sehingga tidak terlihat dari luar. Setelah itu, di bagian luar semekan dikaitkan udet, yaitu seutas tali dari kain yang diikat melingkar di bawah dada.
Udet juga digunakan sebagai penanda pangkat melalui pemakaian warna yang berbeda-beda. Ketentuan penggunakan warna udet adalah sebagai berikut :
- Abdi Dalem Keparak berpangkat Magang/Jajar mengenakan udet warna putih polos.
- Abdi Dalem Keparak berpangkat Bekel Enem mengenakan udet warna biru polos muda.
- Abdi Dalem Keparak berpangkat Bekel Sepuh mengenakan udet warna biru polos tua.
- Abdi Dalem Keparak berpangkat Lurah mengenakan udet warna merah polos.
- Abdi Dalem Keparak berpangkat Penewu dan Wedana mengenakan udet warna merah tua.
- Abdi Dalem Keparak berpangkat Riya mengenakan udet warna merah dengan motif cinde.
Abdi Dalem Keparak Berkalung Samir Apabila Sedang Bertugas
Janggan Hitam
Janggan merupakan baju dengan model menyerupai surjan yang dilengkapi kancing hingga menutup leher. Warna kain yang digunakan harus hitam. Boleh polos ataupun bermotif kembang batu, namun tidak diperkenankan berbahan brokat. Sebelum mengenakan atasan janggan, Abdi Dalem estri terlebih dahulu mengenakan pakaian semekan secara lengkap.
Janggan dikenakan oleh Abdi Dalem estri untuk waktu dan acara tertentu seperti Hajad Dalem atau pun caos bekti bagi Abdi Dalem Estri Punakawan. Pada dasarnya semua Abdi Dalem Keparak boleh mengenakan janggan tanpa melihat pangkat saat diberi tugas khusus. Namun, khusus Hajad Dalem Ngabekten, Abdi Dalem Keparak berpangkat magang dan jajar belum boleh mengenakan janggan karena hanya duduk sowan bekti dan tidak melakukan sungkem pada Ngarsa Dalem.
Tangkeban
Tangkeban merupakan model baju kebaya tanpa bef (kutubaru). Tangkeban sering disebut juga dengan baju ‘kartinian’ karena wujudnya seperti kebaya yang dikenakan oleh RA Kartini. Ketentuan tangkeban sama seperti janggan. Berwarna hitam polos atau motif kembang batu, dan tidak berbahan brokat. Sebelum mengenakan tangkeban, Abdi Dalem estri juga diharuskan memakai pakaian semekan secara lengkap. Tangkeban termasuk baju Abdi Dalem yang memiliki ketentuan khusus, sehingga tidak semua diperkenankan memakainya. Yang diperbolehkan mengenakan tangkeban adalah Abdi Dalem estri golongan keprajan yang berada di tepas dan masih memiliki kedudukan Darah Dalem, tanpa minimal pangkat.
Kebaya Janggan yang Menutup Leher Dikenakan pada Saat Bertugas dalam Upacara Besar
Penutup Badan Bagian Bawahan
Bawahan yang digunakan untuk seluruh busana Abdi Dalem estri adalah sinjang/nyamping/bebed. Untuk Abdi Dalem estri, cara pemakaiannya adalah dari arah kiri ke kanan atau bagian kanan di dalam dan kiri di luar. Motif menggunakan gagrak Yogyakarta yang tidak termasuk motif awisan atau larangan. Nyamping tersebut di wiru dengan ketentuan wiron berjumlah ganjil dengan menyesuaikan ukuran tubuh, misalnya 5, 7, atau 9 lipatan. Nyamping kemudian diikat dan dikuatkan dengan pemakaian stagen.
Kelengkapan dan Atribut
Beberapa kelengkapan dan atribut yang berfungsi sebagai penanda pangkat bagi Abdi Dalem estri dalam menjalankan tugasnya antara lain adalah wedhung, senjata semacam belati atau golok kecil yang memiliki gagang pengait di salah satu sisi sarungnya. Sesuai peraturan kepangkatan, Wedhung dikenakan oleh Abdi Dalem estri dengan pangkat lurah ke atas.
Wedhung dikenakan menggunakan sisa dari tali udet di bagian depan dada. Tali tersebut disimpul hingga membentuk sebuah lubang yang disebut jengil. Gagang pengait wedhung kemudian dimasukan ke jengil. Selanjutnya, ujung kepala wedhung diselipkan ke dalam udet di bawah dada sebelah kiri. Wedhung hanya dikenakan secara terbatas di dalam lingkungan keraton.
Selain itu terdapat kelengkapan lain berupa samir, yaitu sebuah atribut berupa kain atau pita yang dikalungkan di leher hingga dada. Samir merupakan atribut penanda tugas bahwa Abdi Dalem tersebut tengah menjalankan tugas (ayahan) dari Sultan. Dalam kesehariannya, Samir senantiasa diselipkan di tali udet sisi bawah dada sebelah kanan, agar Abdi Dalem selalu siap dan bisa langsung mengenakan jika sewaktu-waktu menerima tugas.
Abdi Dalem Keparak Mengenakan Ubed-Ubed sebagai Penutup Badan