Beksan Suryaputra
- 06-05-2024
Sri Sultan Hamengku Bawono Ingkang Jumeneng Ka 10, Suryaning Mataram, Senopati Ing Ngalogo, Langgenging Bawono Langgeng, Langgenging Tata Panotogomo, kembali memprakarsai tari putra (beksan kakung), yaitu Beksan Suryaputra.
Seminggu usai peringatan Hari Tari Sedunia 2024, tepatnya Senin Pon 6 Mei 2024, Beksan Suryaputra perdana dipertunjukan dalam Uyon-Uyon Hadiluhung untuk memperingati Wiyosan Dalem (hari kelahiran Sri Sultan). Setelah menghadirkan beragam kisah laga Panji maupun cerita pewayangan, Kawedanan Kridhamardawa (departemen kesenian di Keraton Yogyakarta) mempersembahkan Beksan Suryaputra dengan lakon populer Permadi-Suryatmaja yang dibalut dalam konsep beksan sekawanan.
Tarian tersebut disadur dari nama sang tokoh, Suryatmaja, putra (atmaja) Batara Surya. Tari ini menekankan kesaktian Suryatmaja yang bersifat kesatria. Meskipun begitu, lawannya, Permadi, dikisahkan sama-sama sakti dan kesatria. Suryatmaja merupakan nama kecil Adipati Karna, sementara Permadi adalah nama lain Arjuna. Dalam pewayangan, Karna dan Arjuna merupakan keturunan ibu yang sama dari ayah yang berbeda. Kisah pertarungan keduanya termuat dalam Serat Kandha Ringgit Tiyang: Lampahan Suryatmaja mengsah Permadi, koleksi Kagungan Dalem Kapustakan Widyabudaya bernomor T.35 dengan keterangan Surya Kaping Setu Pon, 5 Sapar Alip 1875/1945 M.
Kisah Beksan Suryaputra
Wauta! Kocapa Raden Permadi, hingkang nampi dhawuhira Nata nagari Mandaraka, inggih Sang Prabu Salyantaka, kinen nyepeng satunggaling duratmaka, ing saklebeting taman Mandaraka, hingkang lagya hanjampangi atmajanira putri, arum-arum Sang Dyah Dewi Surtikanthi, inggih puniku Raden Suryatmaja, sigra den papagaken, lah hing riku pepanggihanira risang kekalih, tinom rengu aplajengan!
(Tersebutlah, Raden Permadi menerima titah dari Raja Mandaraka, Sang Prabu Salyantaka. Ia diutus untuk menangkap penyusup di dalam Taman Mandaraka yang sedang mengincar putrinya, Dyah Dewi Surtikanthi. Penyusup tersebut adalah Raden Suryatmaja. Ia segera dihampiri oleh Permadi. Di situlah saat mereka berdua bertemu, keduanya berkejaran penuh amarah).
Dikisahkan Prabu Salya, raja Kerajaan Mandaraka, memiliki seorang putri bernama Dewi Surtikanthi. Kebaikan budi dan kecantikan Dewi Surtikanthi berhasil membuat Suryatmaja dari Kerajaan Petaperlaya terpikat. Prabu Salya merasa khawatir setelah mengetahui ada seseorang yang menyukai putrinya lalu meminta Permadi, kesatria dari Ngukiratawu/Wukirtawu, untuk menangkapnya. Berkat kesaktiannya, Permadi berhasil menemukan Suryatmaja. Terjadilah pertarungan antara keduanya. Tidak ada yang menang atau kalah dalam perkelahian itu karena keduanya sama-sama sakti.
Konsep dan Penyajian Tari
Sebelumnya, lakon populer ini pernah diangkat dalam Beksan Permadi Suryatmaja yang dibawakan oleh dua penari. Namun kali ini, momen historis pertemuan Suryatmaja dan Permadi diabadikan dengan konsep beksan sekawanan. Beksan sekawanan menampilkan empat penari putra dengan dua penari sebagai pemeran tokoh utama, sementara dua penari lainnya menjadi bayangan kedua tokoh tersebut. Sama seperti konsep garap beksan kakung lainnya, rangkaian beksan ini terdiri atas maju gendhing, tari pokok, dan mundur gendhing.
Wauta risang kalih, hingkang arsa mentaraken kawiraganira, dhasar sami prajurit pinunjul, wondene Raden Suryatmaja puniku, mula dhasar nyata atmajanira Sang Ywang Bathara Surya, kinasihing jawata mulya, mangkana risang kalih, alon-alonan sak-wiraganing sarira….
(Alkisah, kedua kesatria hendak mengerahkan kekuatannya. Memang keduanya prajurit unggul. Sementara Raden Suryatmaja merupakan putra Sang Hyang Batara Surya, dikasihi oleh para dewata mulia. Demikianlah kedua kesatria tersebut perlahan-lahan bergerak).
Tokoh Suryatmaja dan Permadi memiliki karakter luruh (halus) tanpa kumis. Oleh karenanya, beksan kakung ini menggunakan ciri gerakan impur (halus). Ragam gerak ditampilkan antara lain, ulap-ulap, tawing encot, tawing kicat, nggrudha, ongkek mlampah gedruk ngracik, pudhak mekar, imbal suku, asta tinting, atrap jamang, atrap sumping, dan ningseti paningset. Di bagian pokoknya, terdapat adegan perang. Adegan perang ini terbagi dua, yaitu yaitu perang alusan (lawaran) atau tangan kosong dan perang nyata yang menggunakan senjata, berupa keris.
Perseteruan antara Suryatmaja dan Permadi menjadi ciri khas dalam tarian ini karena tidak menitikberatkan siapa yang menang atau kalah. Hal ini ditunjukkan dengan penahanan diri Suryatmaja maupun Permadi untuk tidak menyerang saat lawan lengah. Ini dimaknai sebagai cara seorang kesatria menghargai lawannya.
Tata Iringan Gendhing
Tarian ini diiringi gamelan berlaraskan Slendro Pathet Manyura. Adapun rangkaian iringannya adalah Lagon Wetah, Lagon Ngelik, Kandha, Ladrang Manis (maju gendhing), Kawin Sekar Tengahan Lonthang (capeng), Kandha, Playon/Plajaran Wetah, Ayak-Ayak, Ayak-Ayak Kinanthi Mangu, Sekar Macapat Kinanthi Mangu, Ada-Ada Jugag, Pocapan, Kandha, Srepeg, Playon/Plajaran, Ladrang Manis (mundhur gendhing), dan Lagon Jugag.
Terdapat beberapa sentuhan yang menambah kekhasan gendhing Beksan Suryaputra tersebut. Meski tergolong beksan alus, iringan majeng gendhing menggunakan Ladrang Manis Slendro Manyura yang digarap dengan imbal demung dan saron pancer barang, iringan ini biasa digunakan untuk beksan gagah. Pada bagian Ayak-Ayak Slendro Manyura, terdapat adegan “jeglong” yang diiringi khusus dengan Ayak-Ayak Kinanthi Slendro Manyura. Selain itu, Ayak-Ayak Kinanthi Mangu Slendro Manyura ditimpali oleh vokal tunggal pria dengan garap kagok sindhenan. Iringan srepegan yang biasanya disajikan setelah ayak-ayak, justru disajikan sejak buka kendhang. Buka kendhang-srepegan yang dimainkan secara berturutan ini menjadi iringan adegan plajaran/playon (berkejaran).
Tata Busana
Para penari Beksan Suryaputra yang tampil dalam Uyon-Uyon Hadiluhung 6 Mei 2024 menggunakan busana gladhen (busana latihan), antara lain jarik motif Larasati, lonthong abrit (merah), kamus bordir untuwalang, blangkon, dan sondher sutra gendhalagiri abrit (merah). Sementara, senjata yang dimainkan adalah dhuwung/keris.
Kisah Suryatmaja dan Permadi menjadi representasi perilaku sportif dalam kehidupan. Pagelaran seni bernilai tinggi semacam ini merupakan salah satu upaya Keraton Yogyakarta untuk mendokumentasikan peninggalan teks lawas, namun dalam karya yang dapat dinikmati masyarakat luas.
Daftar Pustaka
Serat Kandha Ringgit Tiyang: Lampahan Suryatmaja mengsah Permadi (T 35). Koleksi Kagungan Dalem Kapustakan Widyabudaya.
Mas Riyo Susilomadyo. 2024. Naskah Iringan Yasan Dalem Beksan Suryaputra Laras Slendro Pathet Manyura kangge Ayahan Selasa Wagen 06 Mei 2024. Yogyakarta: Kawedanan Kridhomardowo Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Daftar Wawancara
Wawancara dengan RRy Rogomurti (Panata & Pamucal Beksa) pada 25 April 2024
Wawancara dengan MRy Dirjomanggolo (Penata Busana & Rias) pada 25 April 2024
Wawancara dengan Mg Dhenny Listyantoro pada 25 April 2024
Wawancara dengan MRy Susilomadyo (Panata Iringan) pada 03 Mei 2024