Srimpi Pramugari
- 10-06-2024
Kandha
Sabetbyar wauta, anenggih ingkang kawiyosaken punika Lelangen Dalem Srimpi, Yasan Dalem Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengku Buwana, Ingkang Jumeneng Kaping VII ing Ngayogyakarta Hadiningrat.
Karsa Dalem ingkang kalaras, kapethikaken cariyosipun Kagungan Dalem Serat Babat, nalikanipun Eyang Dalem Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengkubuwana, ingkang Jumeneng Kaping Sapisan (I); teksih angersakaken lelanan andon yuda, karsa nglurug dhateng tanah pasisir, ngrabaseng kitha Ngastina, saha bala sakuswala. Risang Jayengingalaga wus daut sawadyanira, rawuh aneng ing tempuran, tandya amasanggrahan saha wadya sadaya. Wondene sasaniskaranira sampun kocap wonten Kagungan Dalem Serat Pasindhen Sadaya.
Wauta, ingkang winayenging kandha, dhasar samya endah ingkang warni, wimbuh karenggeng busana, yen sinawang teka pantes ywan dadya Pramugarining ngalaga.
Terjemahan
Syahdan, adapun yang ditampilkan saat ini, tarian srimpi kegemaran raja, ciptaan Sultan Hamengku Buwono VII.
Atas kehendak Raja, dinukil dan diselaraskan sebuah kisah dari Serat Babad, pada saat kakek beliau, Sultan Hamengku Buwono I masih berkeinginan berkelana untuk bertempur, berniat menaklukkan wilayah pesisir, menyerang Kota Ngastina bersama bala pasukannya. Alkisah Sultan Hamengku Buwono I telah berangkat bersama pasukannya dan tiba di tempuran sungai. Segera beliau singgah bersama semua pasukannya. Adapun cerita yang lebih lengkap termuat dalam Serat Pasindhen.
Semua penari tampak gemilang berhias busana. Jika diperhatikan, memang pantas menjadi pemimpin pertempuran.
Sejarah
Srimpi Pramugari yang kisahnya diambil dari Serat Babad merupakan Yasan Dalem (karya) Sri Sultan Hamengku Buwono VII (1877-1921). Tari ini menceritakan perjalanan perang kakek beliau, Sri Sultan Hamengku Buwono I, yang kala itu masih menyandang nama Pangeran Mangkubumi. Tari ini tercatat dalam Serat Kandha Bedhaya Utawi Srimpi Yasan Dalem Kaping VII, yang kini berada di Perpustakaan Kawedanan Widya Budaya Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Tarian ini pernah direkonstruksi pada tahun 1984 oleh Dra. Daruni, M. Hum, seorang dosen Institut Seni Indonesia Yogyakarta (dahulu ASTI Yogyakarta), pada masa kuliahnya. Nama “Pramugari” diambil dari judul gendhing utama iringan tari tersebut dan tidak ada hubungannya dengan profesi pramugari masa kini.
Berdasarkan manuskrip Ngayogyakarta Pagelaran karya Sri Sultan Hamengku Buwono I, Srimpi Pramugari menceritakan lelampahan salira dalem (kisah pribadi) perjalanan perang Sri Sultan Hamengku Buwono I sebelum terjadinya Perjanjian Giyanti atau Paliyan Nagari. Perjalanan itu mengarah ke pesisir utara Jawa yang dalam cerita disebutkan sebagai Kabupaten Pekalongan dan Kota Semarang. Perjalanan Sri Sultan kala itu dimaknai sebagai perlambang seorang pemimpin.
Tujuan perjalanan itu adalah menaklukan Bupati Pekalongan, Adipati Jayaningrat. Ini menjadi langkah awal Pangeran Mangkubumi untuk mengendalikan pesisir utara Jawa sebagai strategi mengurangi pengaruh VOC di bumi Mataram kala itu.
Namun, ternyata Adipati Jayaningrat sedang ditahan di Loji pesisir Semarang dan dijaga oleh 40 prajurit kompeni Belanda serta 50 Prajurit Bugis. Pasukan tersebut dipimpin oleh Gulingsong yang diperintah oleh Gubernur VOC Semarang. Adipati Jayaningrat ditahan karena tidak percaya lagi dengan Belanda. Sebagai upaya penaklukan, Pangeran Mangkubumi menyerang pasukan kompeni Belanda demi menyelamatkan Adipati Jayaningrat.
Dalam peperangan tersebut Pangeran Mangkubumi dikhianati dan dicurangi oleh Patih Pringgoloyo yang pro VOC. Akibatnya, Pangeran Mangkubumi menemui jalan buntu. Namun, di akhir cerita, dikisahkan Pangeran Mangkubumi meminang adik dari Adipati Jayaningrat.
Sri Narendra tandya tata, masanggrahan wus sapeken, ngambar kongas, teja maya, laminya, kanjeng Sang Aji, palakrama mundhut rinya.
Sang Raja segera bersiap, setelah sepekan singgah, semerbak wangi, bersinar terang, (Beberapa) lamanya (berselang) Sang Raja, menikah dengan adik Jayaningrat.
Perjuangan Pangeran Mangkubumi melawan Belanda kini diabadikan dalam relief di sekitar kompleks Bangsal Pagelaran Keraton Yogyakarta.
Komposisi Tari
Seperti Srimpi Kagungan Dalem lainnya, Srimpi Pramugari diawali dengan kapang-kapang majeng (maju), diteruskan dengan tarian pokok yang menggambarkan inti cerita, dan diakhiri kapang-kapang mundur. Dalam tarian ini, tidak ada kubu yang menang ataupun kalah. Keduanya memiliki kekuatan seimbang.
Salah satu ciri tersendiri dari Srimpi Pramugari adalah beberapa komposisi tari yang lakunya mirip dengan tari bedhaya, yaitu gendhing ageng, ndhawah kethuk sekawan, ladrang, ketawang dan ayak-ayak. Sementara srimpi pada umumnya langsung dimulai dengan gendhing, dilanjutkan ladrang, dan diakhiri dengan ayak-ayak. Perbedaan ini menjadikan rangkaian gerak dan komposisi tari Srimpi Pramugari tergolong rumit.
Komposisi Iringan
Iringan Srimpi Pramugari berlaras pelog pathet barang yang terdiri dari Lagon Wetah, Kapang-kapang Majeng Ladrang Gati Pujabrangta, Lagon Jugag, Kandha, Bawa Swara Sekar Tengahan Mahesalangit, Gendhing Pramugari, Ladrang Rangu-Rangu, Ketawang Sri Malela, Ayak-Ayak, Srepeg, Lagon Jugag, Kapang-Kapang Mundur Ladrang Gati Tresweli dan diakhiri dengan Lagon Jugag.
Busana dan Properti Tari
Secara umum, busana Srimpi Pramugari memiliki kesamaan dengan srimpi-srimpi lain yang para penarinya memakai baju rompi dan kain seredan, dilengkapi hiasan jamang dan bulu-bulu di kepala. Pada pementasan Uyon-Uyon Hadiluhung 10 Juni 2024, keempat penari putri mengenakan busana gladhen (busana latihan) yakni sanggul ukel tekuk, semekan ubed-ubed motif Sri Katon berlatar hitam yang dipadukan dengan embong merah cabai. Untuk bawahan, para penari mengenakan nyamping dengan pola seredan dan motif Parang Centhung Gurdha. Mereka juga memakai sondher gendala giri berwarna kuning kunyit, ditambah aksesori subang, cincin, serta tleseban praja cihna pada ukel tekuk.
Ciri lain Srimpi Pramugari adalah adanya dua properti sekaligus yang diselipkan pada sondher tiap penari, yakni pistol dan duwung (keris). Kedua properti tersebut sama-sama digunakan dalam adegan peperangan. Pistol merupakan bentuk pengaruh budaya Eropa yang diadaptasi di Keraton Yogyakarta. Properti ini digunakan karena sejalan dengan cerita yang diusung. Penggunaan pistol tersebut juga disebut dalam sindhenan, sebagai berikut:
Ki Mas Rangga Jayadirja, Kaji Tabsir Udin, Magang Jayengrana, ngamuk ngampak, kumpeni ingkang tinrajang, peteng ndhedhet, dening kukusing sandawa.
Ki Mas Rangga Jayadirja, Kaji Tabsir Udin, Magang Jayengrana, membabi buta, menerjang para kumpeni, udara gelap gulita, dipenuhi asap bubuk mesiu.
Daftar Pustaka
Jennifer Lindsay, dkk. 1994. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 2 Kraton Yogyakarta. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Kagungan Dalem Serat Kandha Bedhaya utawi Srimpi (B/S 8), Koleksi Kapustakan Kawedanan Widya Budaya, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.
MRiyo Susilomadya. 2024. Serat Pasindhen Srimpi Pramugari (Jugag). Yogyakarta: Kawedanan Kridhomardowo Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Sir Thomas Stamford Raffles. 1830. The History of Java Volume 2. Inggris: J Murray.
Daftar Wawancara
Wawancara dengan MB Ronggojati 31 Mei 2024
Wawancara dengan MRiyo Pramudita 31 Mei 2024
Wawancara dengan Nyi RB Lukitaningrumsumekto 31 Mei 2024
Wawancara dengan MB Kayunsumekto 1 Juni 2024