Beksan Tarunayuda

Jelang akhir tahun 2024, Keraton Yogyakarta kembali menggelar Uyon-Uyon Hadiluhung untuk memperingati Wiyosan Dalem (hari kelahiran Sri Sultan). Selain pertunjukan gamelan, Keraton Yogyakarta juga menampilkan pertunjukan Beksan Tarunayuda. Tarian putra gagah ini merupakan Yasan (prakarsa karya) Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 dan perdana dipertunjukan pada Senin Pon, 30 Jumadilawal Je 1958/2 Desember 2024.

009

Tarunayuda merupakan beksan sekawanan yang menceritakan pertarungan antara tokoh Sencaki/Setyaki dan Singamulangjaya. Perseteruan kedua tokoh ini menjadi bagian tak terpisahkan dari lakon cerita kondang Bedhah Dwarawati saat Narayana pada akhirnya bertakhta di Kerajaan Dwarawati dan bergelar Sri Bathara Kresna atau Prabu Kresna. 

006

Kisah Beksan Tarunayuda

Sebetbyar wauta, hanenggih ingkang kawiyosaken punika Beksan Tarunayuda. Hamethik saking cariyos Mahabharata, lampahan Bedhah Dwarawati. Katindakaken dening Kawedanan Kridhamardawa, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Wauta, para Abdi Dalem Punakawan, ingkang kakarsakaken caos beksa, dhasar sami agung, anem, gagah pratamaning beksa. Karengga hing busana, ambeg sami prakosing jurit, sareng majeng hing Ngarsa Dalem, yen cinandra lir Lelancuring Ngadilaga. 

(Alkisah, yang ditampilkan saat ini adalah Beksan Tarunayuda. Menukil cerita Mahabharata saat negeri Dwarawati kalah. Ditampilkan oleh Kawedanan Kridhamardawa, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

005

Lihatlah, para Abdi Dalem Punakawan yang ditunjuk untuk tampil, semuanya masih tampan, muda, gagah, serta lihai menari. Mereka berhiaskan busana indah, semuanya pemberani dalam peperangan. Jika diibaratkan, saat maju ke hadapan sang Raja, mereka tampak seperti lelaki sejati berperang di medan laga).

Beksan Tarunayuda mengisahkan pertarungan antara Raden Sencaki dan Raden Singamulangjaya saat keduanya bertemu di tengah pertempuran besar yang dikenal dengan Bedhah Dwarawati. Alkisah di Kerajaan Dwarawati, saat Prabu Narasingamurti belum selesai membicarakan keadaan negerinya, Raden Narayana dan Raden Sencaki mendadak datang dan meminta Kerajaan Dwarawati. Permintaan itu memancing amarah Raden Singamulangjaya, adik Prabu Narasingamurti. Namun, berkat kesaktian dan bantuan Raden Permadi (Arjuna), Raden Narayana berhasil menaklukan Prabu Narasingamurti. Pada saat bersamaan, Raden Sencaki bertarung melawan Raden Singamulangjaya. 

Setelah pertarungan sengit, akhirnya, Raden Sencaki berhasil mengalahkan Raden Singamulangjaya. Sukma Raden Singamulangjaya kemudian menyatu/menitis pada tubuh Raden Sencaki. Pusaka Gada Wesi Kuning milik Raden Singamulangjaya pun pada akhirnya menjadi milik Raden Sencaki. Penyatuan jiwa ini membuat Raden Sencaki juga dikenal dengan nama Raden Singamulangjaya. 

Wauta, Raden Singamulangjaya, bebetenging negeri Dwarawati, arsa majeng suramadilaga. Kapethuk Raden Harya Setiyaki, satriya Garboruci. Yen cinandra saking mandrawa, katon sinekti daya makantar-kantar.

004

(Alkisah, Raden Singamulangjaya sebagai benteng pertahanan negeri Dwarawati hendak maju ke medan perang. Ia berhadapan dengan Raden Setiyaki (Sencaki), kesatria dari Garbaruci. Jika diibaratkan dari kejauhan, kesaktian keduanya tampak menyala).

Kisah Sencaki dan Singamulangjaya terdapat dalam salah satu kumpulan manuskrip koleksi Kawedanan Widya Budaya Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat bernomor K.235 T.49 yang berjudul Serat Kandha Beksan Pethilan: Singamulangjaya Mengsah Sencaki. Teks kandha ini berisikan petikan naskah wayang wong yang menceritakan adegan perang antara Singamulangjaya dengan Sencaki.

003

Konsep dan Penyajian Tari

Sebagaimana khasnya beksan kakung gaya Yogyakarta, Beksan Tarunayuda digarap dengan konsep beksan sekawanan atau ditampilkan empat orang. Dua orang berperan sebagai tokoh Sencaki dan Singamulangjaya, sementara itu dua orang lainnya memerankan bayangan kedua tokoh itu. Ragam gerak dan pola lantai yang digunakan mengacu pada tari klasik gaya Yogyakarta. Tarian ini terdiri dari majeng gendhing (awal tarian), enjeran (persiapan perang), perang, dan mundhur gendhing (akhir tarian). 

Ragam gerak Beksan Tarunayuda bercorak kalang kinantang yang dinamis. Sifat gerakan ini disesuaikan dengan ragam perwatakan karakter tokoh Sencaki dan Singamulangjaya yang sama-sama keras, temperamental, dan angkuh. Namun, Singamulangjaya memiliki postur tubuh yang lebih besar dan watak yang lebih keras. Berbeda dari beksan kakung gagah pada umumnya, Beksan Tarunayuda juga menyuguhkan ragam gerak nggrudha ala tari putra gagah. Gerakan tersebut tampak jelas pada bagian persiapan perang saat majeng gendhing ketika penari dalam posisi berhadap-hadapan. Dalam Beksan Sekawanan, ragam gerak nggrudha jarang digunakan. Para penari juga membentuk pola berputar, diagonal, dan garis lurus. Tari lain yang menggunakan ragam gerak nggrudha adalah Beksan Sekar Madura.

Beksan Tarunayuda juga menyuguhkan adegan menitis melalui gerakan. Pada bagian ini, Singamulangjaya bergerak dalam posisi berdiri sementara itu Sencaki bergerak dalam posisi jengkeng (rendah). Atmosfer wingit yang diciptakan terasa makin kuat karena proses penyatuan dua jiwa ini diiringi oleh Gendhing Ketawang Kemanak. Bagian ini khas karena dalam beksan pethilan, proses menitis hanya dijelaskan dalam kandha (alur cerita yang dibacakan oleh dalang). Setelah adegan menitis, para penari mengundurkan diri diiringi Gendhing Gati.

002

Iringan Gendhing

Iringan Beksan Tarunayuda menggunakan Laras Pelog Pathet Barang. Lagon Wetah digunakan sebagai gendhing pembuka, sementara Ladrang Gati Priya digunakan sebagai iringan untuk majeng gendhing, dilanjutkan dengan Kawin Sekar Pangkur Dhudhukasmaran, Ladrang Buntar Gebengan, Kawin Sekar Durma Kakawin, Ladrang Bala Kuswa, Gendhing Kalaganjur, Gendhing Ayam Sepinang, Gangsaran, Kemanakan, Ladrang Gati Kondur, dan ditutup dengan Lagon Jugag.

Ciri Khas Gendhing

Rangkaian iringan Beksan Tarunayuda menjadi lebih istimewa karena banyak kekhasan di dalamnya. Ladrang Gati Priya yang dimainkan saat majeng gendhing biasanya digunakan untuk mengiringi beksan putri srimpi dan bedhaya. Iringan tersebut menambah keserasian dan estetika pada tarian ini. Selain itu, gendhing-gendhing ciptaan baru juga dimunculkan. Dua di antaranya adalah Ladrang Buntar Gebengan yang dimainkan dalam adegan persiapan perang dan Ladrang Bala Kuswa yang digarap dengan Kendhangan Ladrang Gangsaran dan dimainkan pada bagian Mentaraken Kawiragan.

Gendhing ciptaan baru lainnya, Ketawang Manitis, mengiringi adegan Raden Singamulangjaya menyatu ke dalam raga Raden Sencaki. Iringan ini menggunakan gendhing kemanak sebagai penguat suasana magis dan sakral, dilengkapi paduan suara pria dan wanita. Kekhasan selanjutnya terdapat pada bagian akhir tarian, yakni dalam adegan mundhur gendhing yang menggunakan Ladrang Gati Kondur. Jenis gendhing ini biasanya juga dijumpai dalam beksan putri srimpi dan bedhaya untuk mengiringi bagian awal dan akhir tarian.

001

Tata Busana

Pada Uyon-Uyon Hadiluhung kali ini, para penari menggunakan busana gladhen (latihan). Kelengkapannya antara lain: celana panji polos berwarna merah, nyamping (jarik) dengan corak Seling Gandasuli, lonthong polos berwarna merah, kamus timang, sondher gendala giri, dan udheng/iket. Properti senjata yang digunakan adalah bindi dan gada. Bindhi digunakan oleh tokoh Sencaki, sementara senjata gada digunakan oleh Singamulangjaya.

Beksan Tarunayuda yang ditampilkan perdana untuk memperingati Wiyosan Dalem (hari kelahiran) Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 merupakan bukti kontinuitas produktif Keraton Yogyakarta dalam mengembangkan beksan-beksan kakung pada masa kini dengan segala bentuk kekhasannya. Tak hanya menambah ragam kekayaan tak benda di dunia seni budaya, beksan kakung dengan segala aspek yang mendasarinya akan terus lestari, menghidupi kebudayaan yang melingkupinya. 


Daftar Pustaka

Serat Kandha “Beksan Pethilan: Singamulangjaya Mengsah Sencaki” (K.235 T.49). Koleksi Kawedanan Widya Budaya Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat

Serat Kandha “Kalangenan Dalem Beksan Lawung Ringgit” (MSS Jav 4). Yasan Sri Sultan Hamengku Buwono I. Koleksi British Library

M.Ry Susilomadyo.2024. Naskah Iringan Yasan Dalem Beksan Singamulangjaya Laras Pelog Pathet Barang kangge Ayahan Selasa Wagen 2 Desember 2024. Yogyakarta: Kawedanan Kridhamardawa Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat

Daftar Wawancara

Wawancara dengan KMT Suryawasesa (Pamucal Beksa) pada 22 November 2024

Wawancara dengan MRy Susilomadyo (Panata Gendhing) pada 23 November 2024

Wawancara dengan MRy Dirjomanggolo (Panata Busana) pada 24 November 2024

Wawancara dengan MB Kayunsumekto (Panata Busana) pada 24 November 2024