Kunjungan Keraton Yogyakarta ke Tanah Pasundan, Bina Bersama Kreativitas dan Inovasi
- 16-12-2021
Sri Sultan Hamengku Buwono X, Raja Kesultanan Yogyakarta sekaligus Gubernur DIY, mengatakan bahwa pada dasarnya Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki satu kesamaan yakni inovasi dan kreativitas. Sehingga, sangat memungkinkan jika dilakukan peningkatan kerja sama antara kedua belah pihak.
“Kerja sama “G to G” antara Jawa Barat dan Yogya, saya harapkan bisa berkembang secara organis dan berjaringan menjadi “P to P”, antar-elemen masyarakat sendiri. Karena, berdasarkan fakta dan data yang ada, kedua kelompok masyarakat, memiliki kesamaan talenta, yakni inovasi dan kreativitas,” jelas Sri Sultan, Selasa (07/12) malam.
Pernyataan tersebut disampaikan Ngarsa Dalem yang hadir bersama GKR Hemas, dalam agenda Gempita Budaya: Muhibah Budaya Jawa Barat-DIY di halaman Gedung Sate, Bandung yang didampingi Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil beserta istri Atalia Praratya. Agenda kunjungan budaya Keraton Yogyakarta ini merupakan tindak lanjut kegiatan perjanjian kerja sama Pengembangan Potensi Daerah dan Pelayanan Publik antara Jawa Barat dan DIY di Panggung Kinara-Kinari, Kompleks Candi Prambanan, Rabu (01/12) malam.
Sri Sultan lantas menjelaskan mengenai sejarah pohon beringin kembar di Alun-alun Utara Yogyakarta sebagai representasi akulturasi kekerabatan Jawa dan Sunda. “Dua beringin kembar di Alun-Alun Utara yang bernama Kiai Janandaru berasal dari Pajajaran ditanam di sebelah timur, dan Kiai Dewandaru dari Majapahit di sebelah barat,” ujar Sri Sultan. Di sisi lain, Sri Sultan menilai bahwa kolaborasi digitalisasi aksara Sunda-Jawa sangat penting dilakukan untuk mendukung program UNESCO tentang mother language.
Sementara, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyampaikan bahwa agenda Gempita Budaya ini menjadi simbol tertinggi persahabatan antara dua provinsi. Sekaligus menjadi representasi kolaborasi dalam balutan budaya Jawa dan Sunda yang adiluhung. “Bahkan di Bandung sudah ada Jalan Hayam Wuruk dan Jalan Majapahit sebagai bentuk harmonisasi budaya. Sebagaimana di Jogja juga ada Jalan Pajajaran dan Jalan Siliwangi,” imbuhnya.
Pada kunjungan kali ini, Keraton Yogyakarta mempersembahkan dua repertoar Yasan Dalem (karya) Sri Sultan Hamengku Buwono IX, yakni Bedhaya Sapta dan Menak Umarmaya-Umarmadi. Bersumber dari Babad Pasundhan, Bedhaya Sapta mengisahkan tentang dua punggawa Sultan Agung yaitu Ki Tumenggung Lirbaya dan Ki Tumenggung Nampabaya yang diutus untuk membuat tapal batas antara tanah Mataram dan Pasundan.
Penghageng KHP Kridhamardawa Keraton Yogyakarta KPH Notonegoro menuturkan pada Senin (06/12), bahwa Bedhaya Sapta yang ditarikan 7 penari ini memiliki akhir cerita terjalinnya hubungan utusan Mataram dan Pasundan. “Penampilan Bedhaya Sapta ini secara simbolis harapannya mampu menjadi jembatan hubungan kerja sama dan pertukaran budaya yang baik antara Jogja dan Jawa Barat,” urai Kanjeng Noto.
Sementara, Beksan Menak Umarmaya-Umarmadi mengambil inspirasi gerak tari dari Wayang Golek yang populer di Jawa Barat. “Tarian ini menceritakan pertemuan Adipati Umarmaya dengan Prabu Umarmadi yang ingin melawan dan mengambil kekuasaan Tiyang Ageng Jayengrana. Usaha ini gagal dan akhirnya Umarmadi tunduk pada Umarmaya. Semoga agenda budaya ini dapat menjadi jembatan antara kebudayaan tanah Pasundan dengan Mataram, sehingga terjalin hubungan harmonis antara Jawa Barat dan DIY,” pungkasnya.
Agenda Gempita Budaya dilaksanakan secara terbatas dengan pembatasan tamu undangan. Seluruh tamu undangan dan pendukung acara yang hadir secara luring telah menjalani tes antigen dengan hasil negatif. Selain Kepala Daerah dua provinsi, agenda Gempita Budaya juga dihadiri oleh Sekretaris Daerah kedua provinsi, beberapa Kepala OPD dua provinsi, serta seniman dan budayawan. Tidak hanya penampilan dua tarian dari DIY, pementasan kesenian Jawa Barat yakni Saung Angklung Mang Udjo dan Rampak Kendang juga memeriahkan acara. Rangkaian agenda ini dapat disaksikan kembali melalui kanal YouTube Kraton Jogja.