Digelar Terbatas, Prosesi Labuhan Patuh Tahun Alip 1955 Berjalan Lancar
- 11-03-2022
Keraton Yogyakarta menggelar Hajad Dalem Labuhan Patuh sebagai penutup rangkaian peringatan Tingalan Jumenengan Dalem. Labuhan berasal dari kata labuh yang artinya membuang, meletakkan, atau menghanyutkan. Maksud dari labuhan ini adalah sebagai doa dan pengharapan untuk membuang segala macam sifat buruk. Hajad Dalem Labuhan Patuh dilaksanakan di tiga tempat, yakni Pantai Parangkusuma, Gunung Merapi, dan Gunung Lawu. Mantu Dalem KPH Wironegoro, KPH Purbodiningrat, KPH Notonegoro dan KPH Yudanegara mengawali prosesi labuhan dengan pemberangkatan ubarampe di Bangsal Srimanganti pada Jumat (04/03) atau (30 Rejeb, tahun Alip 1955) pukul 08.00 WIB. Selanjutnya, rombongan Abdi Dalem yang ngayahi (bertugas) dibagi menjadi tiga untuk menuju lokasi labuhan.
Labuhan Parangkusuma
Labuhan yang dilaksanakan paling awal adalah Labuhan Parangkusuma, pada Jumat (04/03). Utusan Dalem KRT Wijoyopamungkas menyerahkan ubarampe labuhan kepada perwakilan Abdi Dalem juru kunci Cepuri Parangkusuma, Mas Penewu Surakso Jaladri, dan Pemerintah Kabupaten Bantul di kantor Kapanewon Kretek.
Dari Kapanewon Kretek, ubarampe dibawa menuju kompleks petilasan Cepuri Parangkusuma untuk dicek kembali kelengkapan dan kemudian didoakan. Menjelang tengah hari, ubarampe labuhan dibawa ke bibir pantai dan kemudian dilabuh ke Samudra Hindia.
Labuhan Merapi
Prosesi Labuhan Merapi dimulai pada Jumat (04/03) dengan penyerahan ubarampe dari keraton yang dipimpin KRT Widyawinata ke Kapanewon Depok dan dilanjutkan ke Kapanewon Cangkringan, Sleman. Ubarampe kemudian diterima oleh Camat Cangkringan, Djaka Suparmono, dan diserahkan kepada Abdi Dalem juru kunci Merapi, Mas Wedana Surakso Hargo, di Desa Kinahrejo. Ubarampe lantas diinapkan satu malam. Sejak pandemi, pergelaran wayang kulit semalam suntuk, arak-arakan gunungan dan prajurit ditiadakan. Keesokan harinya, Sabtu (05/03) sekitar pukul 07.00 WIB, juru kunci Merapi memimpin pelaksanaan labuhan dengan membawa seluruh ubarampe menuju Srimanganti, Alas Bedengan. Lokasi tersebut dijangkau dengan 1,5 jam perjalanan.
Labuhan Lawu
Hampir bersamaan dengan prosesi Labuhan Merapi, digelar pula prosesi Labuhan Lawu yang dimulai pada Jumat (04/03). Sekitar pukul 10.30 WIB, Utusan Dalem KRT Rintaiswara dan KRT Widyacandra Ismayaningrat, tiba di kediaman Abdi Dalem juru kunci Lawu, Mas Bekel Surakso Himawan. Berbeda dari tahun sebelumnya, ubarampe tahun ini tidak diserahterimakan di Rumah Dinas Bupati Karanganyar karena sedang ada proses renovasi, melainkan di rumah juru kunci. Selepas salat Jumat, KRT Rintaiswara menyerahkan ubarampe labuhan kepada Asisten Pemerintahan dan Kesra Kabupaten Karanganyar, Rusmanto, S.Sos., MM. Selanjutnya, ubarampe diserahterimakan kepada juru kunci Lawu.
Selepas Isya, dilaksanakan Sugengan Labuhan Lawu di rumah juru kunci. Tepat pada pukul 23.00 WIB, juru kunci memimpin prosesi labuhan dengan melakukan pendakian melalui jalur Mongkongan. Jalur ini sejatinya bukan jalur pendakian, melainkan jalur napak tilas Brawijaya V untuk menuju Hargo Dalem. Pelaksanaan Labuhan Lawu baru dimulai pada Sabtu (05/03) pukul 10.30 WIB, karena adanya kendala medan yang berat. Sebagai penutup prosesi Labuhan Lawu, pada Minggu (06/03) dilakukan prosesi lorodan ubarampe. Lorodan ini merupakan prosesi penggantian ubarampe yang dilabuh tahun lalu dengan ubarampe yang dilabuh pada tahun ini.
Prosesi Labuhan Lawu menandai selesainya rangkaian peringatan Tingalan Jumenengan Dalem. Meski dilaksanakan dengan penyesuaian dan keterbatasan karena pandemi, pelaksanaan Hajad Dalem ini merupakan wujud konsistensi keraton dalam melestarikan tradisi dan adat istiadat. Sekaligus sebagai perwujudan untuk mengingat asal usul Kerajaan Mataram Islam, permohonan akan keselamatan Sri Sultan dan kesejahteraan masyarakat Yogyakarta, mengejawantahkan filosofi Hamemayu Hayuning Bawono atau turut memperindah keindahan dunia.