Ngarsa Dalem Mangayubagya Penobatan Adipati Mangkunagoro X
- 14-03-2022
Raja ke-10 Kesultanan Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X bersama Permaisuri GKR Hemas menghadiri agenda penobatan Adipati Mangkunagoro X. Prosesi penobatan dilakukan di Pendapa Agung Puro Mangkunegaran, Keprabon, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu (12/03) pukul 10.00 WIB.
Pada agenda yang juga dihadiri oleh Presiden RI Joko Widodo, Gusti Pangeran Harya Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo dinobatkan sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunagoro X. Takhta resmi disandang Gusti Bhre setelah sang ibu, Gusti Kanjeng Putri Mangkunagoro IX sebagai Prameswari Dalem Mangkunagoro IX mengukuhkan sang putra dengan menyematkan keris Kanjeng Kiai Wangkingan. Penobatan ini dilakukan tujuh bulan setelah ayahanda, KGPAA Mangkunagoro IX wafat pada 13 Agustus 2021. Dengan demikian, KGPAA Mangkunagoro X merupakan pemimpin termuda dari Wangsa Mataram.
Seusai dinobatkan, KGPAA Mangkunagoro X membacakan Prasetya yang berisi lima janji serta Sabda Dalem. Dalam Sabda Dalem yang disampaikan, KGPAA Mangkunagoro X menyebutkan pentingnya sinergi antara Puro Mangkunegaran dan pemerintah. “Saya mengajak seluruh masyarakat Mangkunegaran dan Indonesia, khususnya Surakarta, untuk bersama-sama mengamalkan nilai-nilai luhur yang diajarkan kepada kita," ujar Kanjeng Gusti Mangkunagoro X.
Menurut Kanjeng Gusti Mangkunagoro X, melestarikan dan terus mengembangkan kebudayaan Mangkunegaran menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari perjalanan peradaban bangsa. “Tentunya kita harus bekerja dan memberikan kontribusi nyata dan bermakna bagi nusa dan bangsa Indonesia," lanjutnya.
Dalam pandangannya, Puro Mangkunegaran harus dapat bertransformasi dan tidak boleh terjebak kejayaan masa lalu. "Puro Mangkunegaran tidak boleh terlena dalam euforia kejayaan masa lalu. Warisan sejarah Puro Mangkunegaran bukan hanya suatu hal yang semata-mata harus dirayakan, melainkan harus diilhami pasang dan surutnya agar Puro Mangkunegaran dapat terus menjadi pelestari budaya dan sejarah yang kokoh dan tidak tergerus perkembangan zaman," ungkap Kanjeng Gusti Mangkunagoro X.
KGPAA Mangkunagoro X menyadari bahwa bahwa Puro Mangkunegaran memiliki warisan budaya luhur yang tidak serta merta dapat diturunkan secara biologis. “Namun, perlu usaha mlampahaken (menjalankan), sehingga dapat diwariskan untuk generasi yang akan datang," tutup Kanjeng Gusti Mangkunagoro X.
Selain membacakan Prasetya, KGPAA Mangkunagoro X juga berjanji untuk mengamalkan Tri Dharma Mangkunegaran meliputi mulat sarira hangrasawani, rumangsa melu handarbeni, dan melu hangrungkebi. Tiga semboyan ini merupakan beberapa upaya dalam mempertahankan dan melestarikan kebudayaan.
Adapun Sri Sultan, berharap agar KGPAA Mangkunagoro X dapat melaksanakan apa yang telah disampaikan pada pidatonya. "Tadi dalam pidato kan membahas tentang kebudayaan, semoga bisa dilaksanakan saja selanjutnya," jelas Sri Sultan.
Agenda penobatan ini juga dihadiri Putri, Menantu, serta Wayah Dalem Kesultanan Yogyakarta yakni GKR Mangkubumi, GKR Condrokirono, GKR Hayu, GKR Bendara, KPH Wironegoro, KPH Notonegoro, KPH Yudanegara, RM Gustilantika Marrel Suryokusumo serta RM Dhrastya Wironegoro. Hadir pula Adipati Puro Pakualaman, KGPAA Paku Alam X dan Permaisuri GKBRAA Paku Alam.