Peringati Hari Anak Nasional, Yogyakarta Royal Orchestra Luncurkan Album Tembang Dolanan
- 02-08-2022
Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional 2022, Yogyakarta Royal Orchestra di bawah naungan Kawedanan Kridhamardawa Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat meluncurkan Album Tembang Dolanan Anak. Peluncuran album bersamaan dengan Talkshow Launching Album Tembang Dolanan Yogyakarta Royal Orchestra: Peringatan Hari Anak Nasional 2022 pada Sabtu (23/07) pukul 10.00-11.30 WIB di Bangsal Srimanganti.
“Dibuatnya album tembang dolanan anak oleh Yogyakarta Royal Orchestra ini diawali dari keresahan bersama, tentang minimnya karya seni musik tradisi Indonesia, khususnya Jawa, untuk anak-anak yang ada di digital platform,” ungkap KPH Notonegoro.
Gelar wicara peluncuran album ini menghadirkan 3 narasumber yaitu Dr. Ayu Niza Machfaudzia, M.Pd (Ketua Jurusan Pendidikan Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta); Pardiman Djoyonegoro, S.Sn (Omah Cangkem Mataraman); dan ML Widyoyitnowaditro (Abdi Dalem Kridhamardawa dan Dosen Prodi Penciptaan Musik, ISI Yogyakarta); dengan moderator Nyi RB Erwitakartiutami.
Gelar wicara dibuka dengan penampilan anak-anak dari Studio Omah Cangkem Mataraman yang membawakan tembang ‘Bang Bang Wus Rahino’. Dilanjutkan diskusi yang terbagi dalam dua sesi, sesi pertama menghadirkan narasumber Dr. Ayu Niza Machfaudzia, M.Pd dan Pardiman Djoyonegoro, S.Sn. Sesi ini membahas pentingnya mengenalkan tembang dolanan anak sejak dini, berikut tantangan-tantangan dalam menjaga tembang dolanan agar tetap lestari.
“Tembang dolanan anak mungkin terasa asing, karena mungkin orang tua muda juga tidak tahu, jarang diperdengarkan juga tembangnya. Sehingga, melalui kesempatan saya penelitian dan pengabdian masyarakat, sangat memungkinkan menjadikan tembang dolanan menjadi materi pembelajaran musik yang kita berikan kepada anak-anak, untuk mendapatkan kolaborasi, kebersamaan, saling menghargai, sambil bernyanyi, sambil bermain. Juga di dalamnya terdapat metode sari swara dari Ki Hadjar Dewantara, yang terdiri atas pelajaran bahasa, lagu, dan cerita. Nah itu semua terkandung dalam tembang dolanan anak yang sangat luar biasa,” papar Ibu Ayu.
Ibu Ayu menambahkan bahwa perkenalan anak dengan tembang dolanan dapat dimulai sejak usia sedini mungkin. Bisa diperdengarkan secara langsung dengan dinyanyikan oleh orang tua, maupun memanfaatkan teknologi untuk memperdengarkan tembang dolanan.
Senada dengan ibu Ayu, bapak Pardiman Djoyonegoro juga menguraikan awal mula kecintaannya terhadap dunia anak-anak dan langkah-langkah untuk mendekatkannya dengan seni musik tradisi, khususnya gamelan. “Sebenarnya saya selalu bermasalah dengan anak-anak. Ternyata, setelah saya lihat-lihat lagi, masalahnya adalah saya memaksakan apa yang baik untuk saya kepada anak-anak. Nah hal ini yang akhirnya menantang saya untuk belajar menyelami dunia anak-anak, lalu malah jadi tuman (keterusan),” ungkap bapak Pardiman Djoyonegoro.
Dari situ bapak Pardiman tertantang untuk membawa dunia anak-anak yang penuh kegembiraan ke dalam permainan gamelan, agar mereka mau berbahagia bersama dengan gamelan. Beliau merasa anak-anak justru menjadi guru baginya, dan menjadi sumber inspirasi dalam berkarya.
Usai gelar wicara sesi pertama, anak-anak Studio Omah Cangkem Mataraman mempersembahkan dua tembang karya Pardiman Djoyonegoro, S.Sn yaitu ‘Dolanan atau Bermain’ dan ‘Nabuh Rasa’. Tembang ‘Dolanan’ diciptakan bapak Pardiman untuk menghibur anak-anak, mengembalikan suasana ceria dan optimis anak-anak pasca-gempa bumi melanda Yogyakarta pada 2006. Sedangkan “Nabuh Rasa’ merupakan tembang yang mengajak anak-anak usia remaja agar senang belajar apa saja, sesuai dengan minat dan bakatnya.
Masih bersama dengan Pardiman Djoyonegoro S.Sn, sesi kedua berlanjut. Turut bergabung ML Widyoyitnowaditro yang berada di balik aransemen lagu-lagu Yogyakarta Royal Orchestra. Pengajar Jurusan Penciptaan Musik ISI Yogyakarta yang memiliki nama lengkap Joko Suprayitno, S.Sn, M.Sn ini banyak berbagi cerita tentang proses di balik aransemen tembang dolanan yang diluncurkan.
“Ada 9 tembang yang saya aransemen dan diluncurkan hari ini; Gundul-Gundul Pacul, Jaranan, Padang Bulan, Pitik Walik Jambul, Jamuran, Pitik Tukung, Kidang Talun, Sluku-Sluku Bathok, dan Kupu Kuwi. Secara pribadi, saya merasa tertantang untuk melakukan aransemen tembang-tembang dolanan ini karena core atau inti musiknya kan gamelan ya, berbeda dengan musik-musik barat yang cenderung lebih mudah karena saya sudah lebih terbiasa mengaransemennya. Menyatukan rasa dan mencari rasa aransemen yang pas, itu yang menjadi tantangan,” ungkap ML Widyoyitnowaditro.
Sementara itu, terkait keterlibatannya bersama dengan anak-anak dari Studio Omah Cangkem yang menjadi pengisi suara dalam 9 tembang dolanan, Pardiman mengaku sempat merasa takut dan tidak percaya diri. “Saya sempat takut tidak bisa memenuhi ekspektasi, karena dengar istilah orkestra kan bayangannya sudah, wah harus menyanyi dengan bagus secara profesional. Sementara anak-anak kami ini, ya masih dalam tahap bermain sambil belajar. Namun begitu mendengar bahwa KPH Notonegoro ngersakake (mengharapkan) bahwa justru rasa bermain, ceria, lugu, dan polosnya anak-anak itu yang dicari. Wah, kami langsung percaya diri,” ungkap bapak Pardiman.
Para peserta diskusi baik yang hadir secara langsung di Kagungan Dalem Bangsal Srimanganti maupun yang mengikuti secara daring melalui kanal YouTube Kraton Jogja pun tampak antusias. Selain terhibur dengan penampilan anak-anak dari Studio Omah Cangkem Mataraman, materi diskusi pun memantik rasa penasaran.
Salah satu pertanyaan muncul mengenai cara atau metode agar anak-anak masa kini tidak lupa diri sejak dini atas budaya leluhur. Semua narasumber setuju bahwa kita tidak bisa memaksakan kehendak anak untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh orang tua. Namun sebagai orang tua, kita berkewajiban untuk membersamai anak belajar dan bergembira, serta membawa nuansa bahagia pada proses belajar anak mengenal budaya leluhurnya. Agar anak bisa merasa dekat dan akhirnya bangga akan jati dirinya.
Tembang ‘Jaranan’ dan ‘Baris Rampak Bregada Nuswantara’ hadir menutup gelar wicara peluncuran album tembang dolanan. Usai gelar wicara, tepat pukul 12.00 WIB, video klip tembang ‘Gundul-Gundul Pacul’ resmi rilis di kanal YouTube Kraton Jogja sebagai penanda diluncurkannya Album Tembang Dolanan Yogyakarta Royal Orchestra. Video pertama berdurasi 2 menit 20 detik menghadirkan tokoh animasi Raka dan Nimas, sedangkan 8 video lainnya akan dirilis berkala.
“Total ada 9 video klip, ada yang animasi, ada juga yang berbentuk video shooting dengan talent anak-anak dari Studio Omah Cangkem. Nantikan penayangan video klip dari tembang lainnya setiap hari Sabtu pukul 17.00 WIB di kanal YouTube Kraton Jogja. Adapun untuk bisa dinikmati di platform musik digital seperti iTunes dan Spotify, akan kami rilis bersamaan dengan rilisnya video klip terakhir pada 17 September 2022 mendatang,” tutup KPH Notonegoro.