Peringati Surud Dalem Sri Sultan HB IX, Keraton Gelar Upacara Khaul Ageng
- 20-09-2022
Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat baru saja menggelar upacara Khaul Ageng untuk memperingati Surud Dalem atau wafatnya Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Prosesi berlangsung pada Minggu Pahing (18/09) atau 21 Sapar Ehe 1956. Semenjak pukul 18.00 WIB, Darah Dalem Wayah (cucu raja) dan kerabat mendiang Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Abdi Dalem perwakilan kawedanan-tepas (kantor) di lingkungan Keraton Yogyakarta sudah mulai berdatangan di Tratag Gedhong Prabayeksa, tempat digelarnya acara. Hadirin kakung menempati Tratag Gedhong Prabayeksa sisi utara dan hadirin putri berada di sisi selatan. Protokol kesehatan dan penggunaan masker masih diterapkan selama prosesi Khaul Ageng.
Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 miyos (kehadiran) bersama GKR Hemas pada pukul 19.23 WIB. Turut hadir pula Putri Dalem dan Mantu Dalem yakni GKR Mangkubumi-KPH Wironegoro, GKR Condrokirono, GKR Maduretno-KPH Purbodiningrat, KPH Notonegoro, serta Wayah Dalem RM Gustilantika Marrel Suryokusumo dan RAj Nisaka Irdina Yudonegoro. Ngarsa Dalem kemudian mempersilakan Abdi Dalem Kanca Kaji untuk diwiwiti atau memulai acara dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh Mas Lurah Ngabdul Wahab. Doa bersama diawali dengan pembacaan Surah Al-Fatihah, Ayat-ayat suci Al-Qur’an, tahlil, dan zikir serta dilanjutkan dengan memanjatkan doa-doa pengampunan.
“Karena kewajiban Putra Wayah (Dalem) dan saudara, khususnya Putra Wayah (Dalem) (sebagai) wujud berbakti kepada orang tua itu (dengan cara) mendoakan. Menurut saya inilah (momentum) Ngarsa Dalem Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 memberikan contoh sekaligus mengajak kepada dzurriyah-nya, kepada keluarga, Putra Wayah (Dalem), dan kepada Abdi Dalem untuk mendoakan leluhur setiap tahun,” ungkap ML Ngabdul Wahab.
Melalui Khaul Ageng ini, diharapkan dapat mengingatkan kembali bagi Putra Wayah Dalem atas perjuangan-perjuangan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan leluhur-leluhur semasa hidupnya. ML Ngabdul Wahab juga menambahkan bahwa selain bagi Putra Wayah Dalem, Khaul Ageng ini sebagai wujud hormat dan tanda bakti bagi Abdi Dalem kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX, walaupun tidak mengabdi pada masa hidupnya, namun turut mendoakan beliau pada waktu surud. Tidak hanya itu, setiap acara yang digelar di Keraton Yogyakarta mengacu pada tiga esensi, yaitu sebagai wujud bersyukur Ngarsa Dalem atas nikmat dan karunia dari Tuhan, sebagai wujud sedekah Ngarsa Dalem melalui sesaji dan makanan yang dibagikan, serta sebagai sarana melantunkan doa untuk memohon segala kebaikan dan ampunan kepada Tuhan.
Jika masyarakat umumnya menggelar peringatan wafat seseorang sampai pada seribu hari, Keraton Yogyakarta selalu rutin menggelar peringatan Surud Dalem mendiang para raja pendahulu baik pada tanggal wafat maupun hari pasaran wafat sesuai kalender Jawa. Selain adanya Khaul Ageng mendiang Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang digelar setiap 21 Sapar, Keraton Yogyakarta melalui Abdi Dalem Kanca Kaji juga selalu menggelar Sugengan Surud Dalem mendiang Sri Sultan Hamengku Buwono IX setiap selapan dinten atau 35 hari sekali, tepatnya dilaksanakan setiap malam Senin Wage.
Setelah selesainya pembacaan doa, prosesi dilanjutkan dengan perjamuan bersama yang dihidangkan oleh Abdi Dalem Kanca Sewidak dan Abdi Dalem Keparak secara berurutan kepada Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10, GKR Hemas, keluarga, serta para hadirin. Jamuan yang disajikan merupakan Kersanan Dalem (makanan favorit) mendiang Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Pada pukul 20.40 WIB, Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 beserta GKR Hemas jengkar (meninggalkan tempat acara) dari Tratag Gedhong Prabayeksa, hal ini sekaligus menandai berakhirnya prosesi Khaul Ageng.