Ngarsa Dalem: Living Tradition Sebagai Penguatan Identitas Global
- 03-10-2022
Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 menerima peserta Third G20 Sherpa Meeting, Senin (26/09) malam dalam jamuan Gala Dinner Welcoming Reception of Third G20 Sherpa Meeting di Bangsal Srimanganti, Kompleks Keraton Yogyakarta. Sri Sultan memandang bahwa kegiatan pertemuan Sherpa Presidensi G20 Indonesia ketiga yang berlangsung di DIY diliputi antusiasme dalam berbagi pemikiran dan ide-ide cemerlang, untuk memajukan dunia dalam bingkai persahabatan, inklusivitas, serta perdamaian global.
“Kehormatan teramat besar bagi saya dan Keraton Yogyakarta, atas penyelenggaraan Third G20 Sherpa Meeting, yang diawali melalui resepsi pada malam hari ini. Momentum ini kian bermakna, karena menjadi agenda penting bagi Sherpa G20, untuk memandu sekaligus membuka jalan menuju Konferensi Tingkat Tinggi. Menjadi tepat saatnya, jika malam ini saya informasikan sekilas tentang Daerah Istimewa Yogyakarta,” tutur Sri Sultan.
Lanjut Ngarsa Dalem, DIY saat ini tengah mengalami transformasi sosial yang cepat yakni perubahan dari sektor agraris ke semi industri. “Terutama industri kreatif yang core competence-nya berbasis pada soft capital yang berpusat di dimensi rasa, cipta, dan karya manusia,” ujar Sri Sultan.
Sri Sultan menambahkan, sebagai kota budaya, warisan seni budaya seperti monumen dan artefak seperti candi, istana, dan museum jumlahnya sangat banyak dan tersebar di Yogyakarta. Pada provinsi yang 40,22% penduduknya adalah suku Jawa ini, living tradition dan atraksi budaya maupun berbagai produk budaya pun masih mudah ditemui.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Republik Indonesia dan negara-negara anggota G20, karena telah mempercayakan Yogyakarta sebagai sebagai ajang pelaksanaan berbagai event G20 melalui agenda Pertemuan Tingkat Menteri dan Deputi, Kelompok Kerja, dan Sherpa Meeting,” imbuh Sri Sultan. Selain menjadi ajang promosi potensi daerah, Yogyakarta menurut Sri Sultan, telah menjadi saksi terjalinnya kerja sama dan persahabatan antarnegara, menuju harmonisasi orkestrasi peradaban dunia, tanpa ada satu pihak yang ditinggalkan.
Suguhan Beksan Punggawa
Tak hanya dijamu dengan sajian makan malam, para tamu juga disuguhkan pertunjukan Beksan Punggawa. Tarian ini merupakan beksan kakung (tari putra) Yasan Dalem (karya) kelima Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10. Tarian bernuansa kisah Panji ini pertama kali dipentaskan pada pergelaran Uyon-Uyon Hadiluhung Selasa Wage 19 September 2022 untuk memperingati Wiyosan Dalem (hari kelahiran) Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10.
Beksan Punggawa mengisahkan peperangan antara Raden Jaya Wiruta dan Kiai Patih Jaya Surangga. Babak tersebut diambil dari naskah Wayang Gedhog manuskrip Serat Kandha “Kalangenan Dalem Beksan Lawung Ringgit” yang ditulis pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792).
Kata punggawa berarti prajurit, hal ini berkaitan dengan kisah Raden Jaya Wiruta sebagai senapati dari Kerajaan Kediri, sementara Kiai Patih Jaya Surangga sebagai patih dari Kerajaan Parangkencana. Peperangan antara keduanya bermuara dari penolakan Dewi Sekartaji yaitu istri Panji Asmarabangun/ ibu Panji Laleyan dari Kediri untuk menikah dengan raja dari Parangkencana, yaitu Prabu Dasakusuma. Oleh sebab itu, raja dari masing-masing kerajaan memerintahkan senapati dan patihnya untuk berperang. Peperangan tersebut kemudian dimenangkan oleh Raden Jaya Wiruta.