Peringatan Hajad Dalem Sekaten Ehe 1956
- 10-10-2022
Setelah ditiadakan selama dua tahun karena pandemi, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat kembali menggelar Hajad Dalem Sekaten dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Perayaan ini dimulai pada hari Sabtu (1/10) malam dengan prosesi Miyos Gangsa, yaitu keluarnya dua perangkat Gamelan Sekati, yakni Kanjeng Kiai Gunturmadu dan Kanjeng Kiai Nagawilaga dari keraton.
Miyos Gangsa
Sekitar pukul 20.00 WIB, GKR Mangkubumi, GKR Condrokirono, GKR Maduretno, dan GKR Bendara selaku Utusan Dalem menyebar udhik-udhik di area Bangsal Pancaniti. Udhik-udhik terdiri dari bunga, uang logam, beras, dan biji-bijian sebagai lambang sedekah raja bagi rakyatnya.
Pukul 23.00 WIB, iring-iringan Miyos Gangsa mulai bergerak dengan dikawal barisan paling depan adalah para Narpacundaka Dalem, lalu perwakilan sepuluh bregada prajurit, Utusan Dalem Wedana dari kawedanan dan tepas, Kanca Kaji, Abdi Dalem Musikan, disusul oleh Bregada Jagakarya dan Bregada Prawiratama, Kanca Bekaken, Wiyaga, serta yang paling belakang ialah Kanca Gladhak yang bertugas mengusung gamelan. Sekitar pukul 23.30 WIB, arak-arakan tiba di Pelataran Masjid Gedhe. Gamelan Kanjeng Kiai Gunturmadu diarak terlebih dahulu ke Pagongan Kidul (selatan), kemudian gamelan Kanjeng Kiai Nagawilaga ditempatkan di Pagongan Lor (utara).
Wakil Penghageng Tepas Keprajuritan, KRT Wiraningrat menerangkan terkait rute, baik Miyos maupun Kondur Gangsa tidak akan melewati Alun-alun Utara. “Iring-iringan Miyos Gangsa dimulai dari Bangsal Pancaniti, lalu ke utara menuju Sitihinggil, Pagelaran lalu ke barat hingga ke Masjid Gedhe.”
Penghageng Pengulon KRT Jayaningrat menambahkan, “Meskipun persiapan agak mepet, Miyos Gangsa berjalan dengan lancar dan baik, tanpa ada kendala apa pun.” Lebih lanjut beliau juga menambahkan bahwa Pengajian Sekaten sudah dimulai pada hari yang sama, Sabtu (1/10) setelah magrib di Masjid Gedhe, sedangkan Gamelan Sekati akan ditabuh setiap hari selama seminggu (6-12 Mulud), kecuali malam Jumat, mulai pukul 10.00 WIB sampai 22.00 WIB. Rentang waktu sepekan inilah yang disebut dengan Sekaten.
Kondur Gangsa
Setelah seminggu ditabuh, Gamelan Sekati dikembalikan ke keraton melalui prosesi Kondur Gangsa pada Jumat (07/10) malam. Sejak pukul 18.00 WIB, terlihat antusiasme masyarakat, tak hanya warga Yogyakarta saja namun juga pelancong dari luar kota yang berbondong-bondong memadati pelataran Masjid Gedhe, menunggu momen penyebaran udhik-udhik oleh Ngarsa Dalem.
Pukul 19.30 WIB, iring-iringan prajurit mulai memasuki pelataran Masjid Gedhe. Pada prosesi Miyos Gangsa ini ada lima bregada yang menjadi pengiring saat gamelan diusung, yaitu Bregada Wirabraja, Ketanggung, Mantrijero, dengan tambahan prajurit dari Bregada Patangpuluh dan Nyutra. Setelah para prajurit menempatkan diri, sekitar lima belas menit kemudian, Ngarsa Dalem miyos (hadir) dengan diiringi oleh Kanca Pengulon yang membawa bokor berisi udhik-udhik, lalu berjalan menuju Pagongan Kidul (selatan). Ngarsa Dalem berdiri di depan pintu pagongan lalu menyebar udhik-udhik untuk para Wiyaga yang sedang menabuh gamelan Kanjeng Kiai Gunturmadu. Setelah itu, Ngarsa Dalem menyebar udhik-udhik kepada warga masyarakat yang sudah ramai menanti di depan pagongan. Setelah beberapa menit, Ngarsa Dalem kemudian berjalan menuju Pagongan Lor (utara), menyebar udhik-udhik untuk para Wiyaga yang sedang menabuh gamelan Kanjeng Kiai Nagawilaga, lalu menyebar udhik-udhik kepada warga masyarakat.
Pak Pardo seorang warga yang datang berombongan dari Wonosobo, momentum penyebaran udhik-udhik ini sangat ditunggu-tunggu. Ia mengaku bersemangat sekali saat ngrayah (memperebutkan) udhik-udhik dan mendapatkan beberapa keping uang logam dan beras. Sedangkan Ibu Daryati dan Ibu Wati dari Magelang memperlihatkan udhik-udhik yang berhasil didapat, yaitu beras, bunga melati, uang logam, dan bunga mawar. “Kami ke sini untuk ngalap berkah,” jelas kedua ibu tersebut sesaat setelah penyebaran udhik-udhik.
Arak-arakan kemudian berjalan memasuki Masjid Gedhe. Di dalam masjid, Ngarsa Dalem juga menyebar udhik-udhik untuk para Abdi Dalem. Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 kemudian berpindah ke serambi masjid untuk mendengarkan pembacaan riwayat Nabi Muhammad SAW, yang dibacakan dalam bahasa Jawa oleh Raden Riyo Ngabdul Dipoharjoso. Saat tiba riwayat kelahiran Nabi Muhammad SAW, Sri Sultan menerima persembahan Sumping Melati untuk dikenakan di telinga kiri. Hal ini bermakna bahwa Sultan senantiasa mendengar aspirasi dan pendapat rakyat serta melaksanakan harapan tersebut. Setelah pembacaan riwayat selesai, Sri Sultan jengkar bersama rombongan kembali ke keraton. Tepat pukul 23.00 WIB, Gamelan Sekati diusung kembali (kembali) oleh para Kanca Gladak ke keraton diiringi oleh bregada dan Abdi Dalem Musikan.
KRT Jayaningrat juga menambahkan bahwa prosesi Garebeg Mulud dilaksanakan Minggu (8/10). “Akan tetapi karena tahun ini masih percobaan Sekaten, maka acara Garebeg Mulud diganti dengan pembagian pareden gunungan khusus untuk para Abdi Dalem,” jelas Kanjeng Jaya.
Rangkaian Sekaten ditutup dengan upacara Bedhol Songsong di Bangsal Ponconiti pada malam harinya pukul 20.00 WIB. Upacara ini berupa pergelaran wayang kulit semalam suntuk. Lakon yang dibawakan adalah Rama Tambak dengan dalang Mas Bekel Cermo Wignyoutomo dari Kawedanan Kridhamardawa.