Sumakala, Pameran Tentang Dasawarsa di Yogyakarta 1812-1822
- 03-11-2022
Keraton Yogyakarta kembali menggelar pameran akhir tahun bertajuk SUMAKALA, Dasawarsa Temaram Yogyakarta. Pameran ini merupakan kali ketiga yang diselenggarakan sejak tahun 2019. Merekonstruksi pameran-pameran sebelumnya, pada 2019, keraton menyelenggarakan pameran dengan tema Sri Sultan Hamengku Buwono I. Pada 2020, pameran dengan tajuk Sang Adiwira digelar untuk menarasikan ulang masa perjuangan Sri Sultan Hamengku Buwono II. Sementara pada 2021, penyelenggaraan pameran harus tertunda dikarenakan pandemi covid. Tahun 2022, pameran kembali digelar oleh keraton dengan tema Sri Sultan Hamengku Buwono III dan Sri Sultan Hamengku Buwono IV.
Agenda pembukaan pameran dilakukan di Kagungan Dalem Bangsal Sri Manganti, dengan menyuguhkan pertunjukan Wayang Wong lakon Rama Nitik pada Jumat malam (28/10). Lebih dari 200 penonton hadir dari kalangan masyarakat umum. Sementara 50 penonton berasal dari para pamucal beksa di Kawedanan Kridhamardawa. Dengan nuansa refleksi sejarah dan rasa khidmat, Pameran Sumakala secara resmi dibuka langsung oleh Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10, yang didampingi oleh GKR Bendara selaku Ketua Penyelenggara Pameran. GKR Maduretno dan Wayah Dalem RAj Nisaka Irdina Yudanegara serta RM Radityo Mandhala Yudo juga tampak hadir menemani Ngarsa Dalem.
Penarasian kedua Sultan dalam satu waktu pameran didasarkan pada pendeknya periode pemerintahan. Sultan ketiga hanya bertakhta selama 29 bulan (1812-1814), sedangkan Sultan keempat bertakhta selama 8 tahun (1814-1822). Kedua Sultan praktis memenuhi 10 tahun masa pemerintahan di Yogyakarta. Dalam berbagai sumber sejarah, tahun-tahun tersebut dimaknai sebagai masa berbenah pascaperistiwa Geger Sepehi. Kondisi yang tidak stabil hingga pasang surut situasi politik menjadi persoalan yang dihadapi selama kurun waktu tersebut. Di sisi lain, pascaperistiwa Geger Sepehi, peninggalan budaya material dari kedua Sultan pun begitu minim. Bahkan dalam konteks pembangunan kebudayaan, Sultan pada periode tersebut cenderung berkonsentrasi dalam pembangunan mental daripada pembangunan fisik.
“Masa-masa 10 tahun di Yogyakarta, semasa Sultan Hamengku Buwono III dan Sultan Hamengku Buwono IV memang menjadi tahun berbenah. Peristiwa Geger Sepehi menjadi awal mula keraton harus kehilangan banyak produk budayanya. Tidak hanya keris, perhiasan, dan arsip, manuskrip, tetapi keraton harus mendapati pemerintahannya carut-marut oleh Inggris. Dikarenakan banyak harta yang hilang, pada pameran ini keraton menampilkan berbagai arsip sejarah yang divisualkan,” ungkap GKR Bendara.
Upaya visualisasi arsip merupakan salah satu kerja historis dalam penyusunan pameran kali ini. Pasalnya, berbagai arsip yang tersimpan di Inggris, Belanda, maupun arsip yang berada di keraton harus disandingkan. Pembacaan antar arsip kemudian diejawantahkan dalam bentuk visual. Harapannya, para pengunjung mampu merekam memori yang pernah terjadi di Yogyakarta, lebih dari 200 tahun yang lalu.
GKR Bendara menargetkan bahwa pameran ini menjadi sarana bagi Keraton Yogyakarta untuk membaca ulang pemerintahan sultan-sultan sebelumnya. Berbagai pengalaman sejarah serta pembelajaran dari pemerintahan sultan terdahulu seyogianya dapat dipetik dan diterapkan pada kondisi sekarang. Pameran ini pun menjadi ruang bersama untuk membaca segala kemungkinan sejarah berelasi kuasa terhadap kedua Sultan.
Pameran Sumakala selanjutnya dapat dikunjungi oleh masyarakat mulai 29 Oktober 2022 hingga 29 Januari 2023, di Kompleks Bangsal Pagelaran pukul 08.30 – 14.00 WIB (hari Senin tutup). Ada pula berbagai kegiatan pendukung pameran seperti tur kuratorial, napak tilas peristiwa Geger Sepehi, hingga berbagai kelas seni pertunjukan yang digawangi oleh Kawedanan Kridhamardawa seperti kelas macapat, kelas karawitan, dan kelas pedalangan. Seluruh rangkaian pameran yang digelar selama 3 bulan mendatang dapat disimak melalui akun media sosial Instagram @kratonjogja dan @kratonjogja.event, Facebook Kraton Jogja, serta Twitter @kratonjogja.