Keraton Yogyakarta Jamu Delegasi R20, Hadirkan Edukasi Budaya dan Agama
- 15-11-2022
Sebagai bentuk partisipasi edukasi budaya dan agama, Keraton Yogyakarta menerima delegasi Religion of Twenty (R20) dalam jamuan makan malam di Kagungan Dalem Bangsal Srimanganti, Kompleks Keraton Yogyakarta, Jumat (04/11) malam. GKR Mangkubumi, putri sulung Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10, didampingi GKR Hayu, bertindak sebagai tuan rumah menyambut para tamu.
Kehadiran rombongan R20 dipimpin oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Ketum PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya). Turut hadir pada agenda tersebut yakni Waketum PBNU Habib Hilal Al-Aidid, Katib Aam PBNU KH A Said Asrori, Katib PBNU H Aunullah A’la Habib, serta Kepala Liga Muslim Dunia atau Muslim World League (MWL) untuk Asia Tenggara dan Australia Syekh Abdurrahman Al-Khayyat.
Kunjungan ini berlangsung usai para delegasi mengikuti konferensi R20 di Nusa Dua, Bali, Selasa (02/11) dan Rabu (03/11), sebagai bagian dari rangkaian agenda G20. Para delegasi ini terdiri dari tokoh berbagai agama yang berasal dari 32 negara.
Dalam sambutannya, GKR Mangkubumi menyambut baik kehadiran para delegasi. "Selamat datang di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang sejak Eyang Hamengku Buwono I telah menjadi pusat budaya," ungkap GKR Mangkubumi.
Lanjut Gusti Mangku, sapaannya, beberapa tahun ini, keraton tengah belajar untuk membangun Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Warisan Dunia. "Kita tidak kalah dengan Edinburgh. Kita juga tidak kalah dengan Kyoto, dan kota lain," ujar Gusti Mangku.
Gusti Mangku juga menjelaskan, Yogya merupakan pusat budaya yang mencakup juga pusat pembelajaran agama. Ia berharap, kehadiran pemuka agama pada kesempatan tersebut dapat menumbuhkan toleransi dan perdamaian. "Mudah-mudahan ke depan agama semakin baik, toleransi semakin tinggi, dan selalu ada kedamaian di hati," harap Gusti Mangku.
Sementara, Gus Yahya menyampaikan bahwa hadirnya tokoh agama sebagai pembicara forum R20 di Yogyakarta bertujuan memberikan pemahaman, pengalaman, sekaligus perasaan secara langsung di jantung budaya dan peradaban Indonesia.
"Mereka di sini untuk merasakan dan mengerti inisiatif masyarakat negara mayoritas muslim dan negara dengan budaya luar biasa di sini. Anda sekalian berada di jantung budaya dan peradaban di negara ini," ucap Gus Yahya.
Imbuhnya, Keraton Yogyakarta menempati posisi unik di Indonesia, baik dilihat dari sisi sejarah, maupun dinamika masyarakat Indonesia. "(Keraton Yogyakarta) Mewarnai mentalitas karakter dan keseluruhan jalan hidup bangsa Indonesia untuk 300 tahun," tutur Gus Yahya.
Ketika kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, Keraton Yogyakarta masih efektif sebagai institusi politik. Keraton bersama Kadipaten Pakualaman selanjutnya bergabung dengan NKRI pada 5 September 1945. Menurut Gus Yahya, hal itu merupakan pengorbanan dan kepercayaan luar biasa. "Republik Indonesia tidak pernah lupa Keraton Yogyakarta akan kontribusi yang luar biasa untuk bangsa ini," tutup Gus Yahya.
Setelah agenda jamuan makan malam, hadiri menyaksikan penampilan tari Bedhaya Genjong persembahan Kawedanan Kridhamardawa Keraton Yogyakarta. Tarian ini diciptakan pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII. Bedhaya Genjong mengisahkan pernikahan Wong Agung Jayengrana dengan Dewi Marpinjung. Kisah tersebut bersumber dari Serat Menak Kandhabumi yang secara umum memuat kisah munculnya agama Islam melalui tokoh Wong Agung Jayengrana.