Hajad Dalem Labuhan Patuh Ehe 1956 Sebagai Wujud Hamemayu Hayuning Bawono
- 02-03-2023
Hajad Dalem Labuhan Tahun Ehe 1956 merupakan upacara tahunan yang diselenggarakan oleh Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat setiap tanggal 30 Rejeb menurut kalender Jawa. Pada 2023, upacara Labuhan yang digelar tergolong sebagai Labuhan Patuh (berbeda dengan Labuhan Ageng yang dilangsungkan hanya pada tahun Dal dan Wawu). Hajad Dalem ini menjadi penutup dari rangkaian peringatan Tingalan Jumenengan Dalem atau peringatan hari kenaikan takhta Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10.
Penghageng Kawedanan Widya Budaya KRT Rintaiswara, menerangkan bahwa ada empat fungsi Labuhan, yaitu sebagai upaya panyuwunan (permohonan), atur panuwun (ucapan terima kasih), napak tilas (mengenang kembali), dan memayu hayuning bawana (memperindah dunia).
Apem Mustaka dan ubarampe Labuhan yang telah diinapkan di Bangsal Srimanganti segera diberangkatkan pada Selasa Pon (21/02) atau 30 Rejeb, menuju ke tiga lokasi, yaitu Pantai Parangkusuma, Gunung Merapi, dan Gunung Lawu. Prosesi pemberangkatan dari keraton dilepas oleh Mantu Dalem, KPH Wironegoro, KPH Purbodiningrat, KPH Notonegoro dan KPH Yudanegara sekitar pukul 08.00 WIB. Terdapat sekitar 30 macam ubarampe yang disiapkan, dari perangkat pakaian hingga potongan rambut Ngarsa Dalem.
Prosesi Labuhan yang paling awal digelar yaitu Labuhan Parangkusuma (21/02). Sesampainya di Pendapa Kapanewon Kretek, Bantul, ubarampe diserahkan oleh Utusan Dalem, diwakili oleh KRT Wijaya Pamungkas selaku Wakil Penghageng Tepas Dwarapura, kepada Kepala Kundha Kabudayan Bantul, Mas Riya Praja Setyo, S.Sos., M.M. Ubarampe lantas diarak ke Pendapa Cepuri Parangkusuma dan diterima oleh Mas Wedana Surakso Jaladri selaku Juru Kunci Cepuri Parangkusuma. Setelah didoakan, ubarampe berupa kenaka (potongan kuku) dan rikma (potongan rambut) Sultan dipendam di dalam kompleks Cepuri Parangkusuma. Sementara perangkat pakaian Sultan dan ubarampe lainnya dibawa ke bibir pantai untuk dilabuh ke Samudra Hindia. Secara umum, ubarampe terdiri dalam 3 jenis ancak (wadah sesaji) yang disebut Pengajeng, Pendherek, dan Lorodan Ageman Dalem.
Malam sebelum dimulainya Hajad Dalem Labuhan Parangkusuma, dilaksanakan kegiatan Panuwunan Malam Midodareni dalam bentuk pembacaan Tahlil Hadiningrat yang diikuti oleh seluruh Abdi Dalem Pamancingan Parangkusuma Parangtritis. Turut menyemarakkan pementasan seni budaya yang melibatkan sekolah-sekolah dan kelompok karawitan di wilayah Parangtritis. Pementasan Wayang Kulit juga digelar oleh Dalang Ki Suradi Parangkusumo dengan lakon “Sesaji Raja Suya” yang berlangsung semalam suntuk.
Pada waktu yang bersamaan (21/02), rombongan pembawa ubarampe Labuhan ke Gunung Merapi singgah terlebih dahulu di Pendapa Kapanewon Depok, Sleman, kemudian rombongan berlanjut menuju Pendapa Kapanewon Cangkringan. Utusan Dalem KMT Widyawinata, selaku Wakil Penghageng KHP Widya Budaya, menyerahkan ubarampe kepada Bupati Sleman, Dra. Hj. Kustini Sri Purnomo, yang kemudian diterima oleh Abdi Dalem Juru Kunci Gunung Merapi, Mas Wedana Suraksa Hargo Asihono.
Antusias masyarakat memadati selama proses Labuhan Merapi berlangsung. “Sekarang yang ikut Labuhan tidak dibatasi, namun tetap menjaga kewaspadaan mengingat Gunung Merapi dalam kondisi status siaga 3,” ungkap MW Suraksa Hargo Asihono.
Ubarampe Labuhan di Gunung Merapi terdiri dari antara lain, yaitu Sinjang Cangkring, Sinjang Kawung Kemplang, Semekan Gadhung Mlathi, Semekan Gadhung, Semekan Banguntulak, Kampuh Poleng Ciyut, Dhestar Doromuluk, Peningset Udaraga, Sela Ratus, Lisah Konyoh, Yatra Tindhih, dan Ses Wangen.
Sebelum diberangkatkan menuju Petilasan Srimanganti di Alas Bedengan, terlebih dahulu dilaksanakan upacara Sugengan pada pukul 19.00 WIB di kediaman Juru Kunci. Pada Rabu Wage (22/02) atau 1 Ruwah, pukul 06.00 WIB, rombongan yang dipimpin oleh Juru Kunci Merapi bertolak menuju Petilasan Srimanganti, Gunung Merapi untuk melaksanakan upacara Labuhan Merapi.
Di lokasi ketiga, Desa Nano, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, rombongan pembawa ubarampe Labuhan yang dipimpin oleh KRT Rintaiswara selaku Penghageng Kawedanan Widya Budaya, tiba di kediaman Juru Kunci Gunung Lawu pukul 10.30 WIB, Selasa (21/02). Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang diterima di Kantor Pemda Karanganyar, ubarampe Labuhan di Gunung Lawu tahun ini diserahterimakan di kediaman Abdi Dalem Juru Kunci. KRT Rintaiswara menyerahkan ubarampe Labuhan kepada Sekretaris Wilayah Kecamatan Tawangmangu, Bapak Danang Abimanyu, SIP, MA. Selanjutnya, ubarampe diterimakan oleh Mas Bekel Suraksa Hargo Lawu. Ubarampe Labuhan di Gunung Lawu terdiri dari dua macam, yaitu Kasepuhan dan Kaneman.
Malam harinya, pukul 19.00 WIB, sebelum diberangkatkan menuju Hargo Dalem, terlebih dahulu dilaksanakan upacara Sugengan. Tepat tengah malam, Juru Kunci beserta pengiring berangkat menuju Hargo Dalem melalui jalur Cemara Sewu. Setibanya di Hargo Dalem, upacara Labuhan Lawu dilaksanakan pada Rabu (22/02). Prosesi Labuhan Lawu ditutup dengan upacara lorodan ubarampe, yaitu upacara penggantian ubarampe tahun lalu dengan ubarampe baru tahun ini.
Pada hari Sabtu Pahing (25/02) atau 4 Ruwah pukul 09.00 WIB, berlangsung upacara serah terima Pisungsun Labuhan di Ndalem Kilen. Pisungsun berupa hasil laut dan tumbuh-tumbuhan gunung, sebagai bukti bahwa pelaksanaan Labuhan telah ditunaikan. Dengan demikian, seluruh rangkaian Hajad Dalem Tingalan Jumenengan Dalem berakhir.
Sejatinya, upacara Labuhan merupakan perwujudan filosofi Hamemayu Hayuning Bawono. Ini dimaknai sebagai upaya memelihara keseimbangan, keserasian, dan keselarasan alam serta lingkungan. Tempat-tempat yang dituju dalam prosesi memiliki kaitan erat dengan asal usul Kerajaan Mataram dan Keraton Yogyakarta sebagai penerusnya.