RAj Nisaka Irdina Yudanegara Jalani Upacara Tetesan
RAj Nisaka Irdina Yudanegara, buah hati pertama dari GKR Bendara dan KPH Yudanegara, baru saja menjalani upacara Tetesan pada Minggu Kliwon (05/03). Sekitar pukul 10.15 WIB, Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 beserta GKR Hemas miyos di tengah-tengah Pendapa Ndalem Kilen, Keraton Yogyakarta, untuk melihat secara langsung prosesi Tetesan sang cucu kelima. Turut hadir dalam upacara tradisional ini para Putri Dalem, Mantu Dalem, Wayah Dalem, dan segenap tamu undangan.
Mengawali prosesi Tetesan, Jeng Nisaka menghaturkan Sungkem Bakti kepada Eyang Sinuwun dan Eyang Putri, dilanjutkan kepada kedua orangtuanya. Setelahnya, dengan diiringi Gendhing Kodhok Ngorek, Jeng Nisaka memasuki krobongan (bilik kecil nonpermanen), guna menjalani prosesi gres. Inti dari prosesi ini adalah pembersihan organ kewanitaan dengan cairan pembersih sebagai simbol beranjaknya seorang gadis menuju fase remaja.
Sesaat kemudian, GKR Hemas didampingi GKR Bendara segera menyiapkan air untuk prosesi siraman Jeng Nisaka. Air siraman diambil dari tujuh sumber mata air di lingkungan Keraton Yogyakarta. Air tersebut kemudian dicampur dengan sekar sritaman, antara lain bunga mawar, melati, kantil, dan kenanga. Alas duduk untuk siraman Jeng Nisaka juga disiapkan, yang terdiri dari aneka dedaunan. GKR Hemas yang mula-mula menyirami, kemudian GKR Mangkubumi selaku Lurah Putri. Prosesi siraman ditutup dengan wudu, Jeng Nisaka menerima air dari sebuah kendi kecil yang dikucurkan oleh GKR Mangkubumi. Kendi tersebut kemudian dipecah di depan tempat siraman, menandai bersih dan suci lahir batinnya Jeng Nisaka.
Usai siraman, Jeng Nisaka segera berganti busana untuk menjalani tahap selanjutnya, yaitu ratus rikma (menguapi rambut dengan ratus) dan ngunjuk loloh (minum jamu). Jeng Nisaka berganti busana lagi. Kali ini mengenakan ageman sabukwala dan mulai diperkenalkan dengan sanggul. Menutup prosesi Tetesan, Jeng Nisaka kembali menghaturkan Sungkem Bakti kepada Eyang Sinuwun dan Eyang Putri.
Dalam upacara ini, keraton juga memberi kesempatan kepada 5 bela, anak perempuan dari Sentana Dalem (kerabat) untuk ikut serta menjalani upacara Tetesan. Bedanya, bela dari kerabat tidak mengikuti upacara sungkem, siraman, dan prosesi gres dilakukan di krobongan terpisah.
Tetesan merupakan upacara daur hidup bagi anak perempuan sebagai penanda peralihan masa kanak-kanak menuju masa remaja. Senada dengan yang disampaikan oleh GKR Bendara, “Upacara Tetesan merupakan sebuah perjalanan hidup, sebagai salah satu ritual daur hidup seorang perempuan, sehingga upacara ini perlu dilakukan.” Upacara ini juga sarat makna sebagai ungkapan rasa syukur dan harapan agar anak dapat tumbuh menjadi remaja putri yang luhur. Selain itu, upacara ini juga bertujuan untuk memohon keselamatan bagi sang anak dalam mengarungi dinamika hidup kedepan nantinya.
PALING BANYAK DIBACA
- Pentas Wayang Wong Gana Kalajaya, Perkuat Hubungan Diplomatik Indonesia-India
- Peringati Hari Musik Sedunia, Keraton Yogyakarta Gelar Royal Orchestra dan Rilis Album Gendhing Soran Volume 1
- Talk Show: Kendhangan Ketawang Gaya Yogyakarta dan Launching Kendhangan Ketawang
- Bojakrama, Pameran Jamuan di Keraton Yogyakarta Usai Digelar
- Tetap Patuhi Prokes, Pembagian Ubarampe Gunungan Garebeg Besar Digelar Terbatas