Golek Jangkung Kuning Ramaikan 24 Jam Menari di ISI Surakarta
- 15-05-2023
Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat melalui Kawedanan Kridhamardawa kembali berpartisipasi dalam peringatan Hari Tari Dunia 2023 yang digelar pada Sabtu (29/04) lalu. Perayaan 24 Jam Menari rutin digelar Institut Seni Indonesia Surakarta setiap tahunnya ini kembali mengundang Keraton Yogyakarta untuk berpartisipasi bersama dengan Kasunanan Surakarta, Kadipaten Mangkunegaran, dan Kadipaten Pakualaman. Tahun ini, Keraton Yogyakarta menampilkan Tari Golek Jangkung Kuning.
“Pada peringatan Hari Tari Dunia atau World Dance Day ke-17 di ISI Surakarta kali ini, kami dari Kawedanan Kridhamardawa kembali berpartisipasi dengan menampilkan Tari Golek Jangkung Kuning. Tarian ini diciptakan oleh seorang seniman besar di era Sri Sultan Hamengku Buwono VIII yaitu KRT Wiroguno pada tahun 1931. Golek Jangkung Kuning memang diciptakan dan berkembang di luar istana, namun pertama kali kami coba rekonstruksi itu pada momen Uyon-Uyon Hadiluhung 8 Maret 2021 lalu,” ungkap KPH Notonegoro selaku Penghageng Kawedanan Kridhamardawa.
Seperti tari Golek pada umumnya, Golek Jangkung Kuning menggambarkan tingkah laku (solah bawa) seorang gadis remaja yang senang merawat tubuh (ngadi salira) dan bersolek (ngadi busana). Golek Jangkung Kuning berasal dari kata jangkung dan kuning. Jangkung berarti tinggi, sedangkan kuning berarti warna kuning. Sebagaimana tari srimpi dan golek pada umumnya, Golek Jangkung Kuning mengambil nama dari gendhing pokok pengiringnya yaitu Gendhing Jangkung Kuning. Gendhing tersebut sudah ada sejak Sultan Agung memimpin Kerajaan Mataram, sehingga baik di Surakarta maupun Yogyakarta memiliki kesamaan nama gendhing, namun berbeda garap atau teknik yang digunakan. Gendhing Jangkung Kuning gaya Yogyakarta mulanya diciptakan sebagai Gendhing Klenengan (pentas karawitan). Seiring dengan kebutuhan, gendhing tersebut juga disajikan sebagai Gendhing Beksan (iringan tari).
“Sesuai tema peringatan 24 Jam Menari ISI Surakarta tahun ini yaitu Menari Imaji dan Relasi, kami rasa Golek Jangkung Kuning cukup mewakili pesan tersebut. Tarian ini hadir, menjadi penyambung antara dalam dan luar istana, hingga antar istana. Pertama, mengingat tari ini berkembang di luar tembok istana, namun telah dicoba direkonstruksi di dalam istana. Kemudian menjadi penyambung antar istana, di mana Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta sama-sama memiliki Gendhing Jangkung Kuning, tentu dengan garap gending yang berbeda sesuai kekhasan masing-masing,” papar Nyi MB Sarimatoyo selaku pangarsa palakerti atau pimpinan produksi dari Kawedanan Kridhamardawa untuk pementasan kali ini.
Tari Golek Jangkung Kuning juga memiliki daya tarik tersendiri karena beberapa ragam gerak yang khas dan jarang ditampilkan dalam tari golek lainnya. Beberapa diantaranya adalah ragam gerak adus (mandi) dan ragam gerak berdandan, seperti gelungan, pupuran, borehan, tapihan, kembenan, atrap jamang dan sumping, serta dolanan ali-ali. Selain itu terdapat ragam gerak khusus dalam Golek Jangkung Kuning yang tidak ada dalam tari golek lain, di antaranya gerak mlampah glewang-glewang dan mlampah obah lambung megol. Adapun kipas menjadi properti yang digunakan dalam tarian ini.
“Khusus pada pementasan kali ini, kami juga mencoba merekonstruksi busananya sesuai dengan gaya Wirogunan. Setelah berkonsultasi dengan narasumber, kostum Golek Jangkung Kuning yang kami pentaskan pada peringatan Hari Tari Dunia 2023 kemarin adalah busana mekak, dengan menggunakan jamang dan hiasan bulu. Lalu yang menjadi ciri khas yang membedakan adalah adanya hiasan berbentuk pita di dada yang pada zaman dahulu disebut dasi, serta menggunakan kacu abrit (sapu tangan berwarna merah) yang diletakkan di bawah sampur (selendang untuk menari),” ungkap Nyi MB Sarimatoyo lebih lanjut.
Dengan penari tunggal, Tari Golek Jangkung Kuning tampil di Pendapa Ageng GPH. Djojokusumo, ISI Surakarta sekitar pukul 21.30 WIB. Acara yang digelar secara luring penuh ini tampak dipenuhi antusiasme masyarakat pecinta seni, khususnya seni tari dan mendapat apresiasi yang meriah dari penonton.
“Kami dari Kawedanan Kridhamardawa berterima kasih atas antusiasme dan apresiasi masyarakat yang kemarin menyaksikan langsung di ISI Surakarta. Mengingat acara kemarin tidak disiarkan atau tidak ada live streaming dan ternyata banyak yang ingin menyaksikan juga secara daring, kami dari Keraton Yogyakarta berencana akan mengunggah pementasan Tari Golek Jangkung Kuning pada 24 Jam Menari yang memperingati World Dance Day kemarin di kanal YouTube Kraton Jogja dalam waktu dekat. Silakan pantau akun YouTube Kraton Jogja, dan selamat menyaksikan kembali secara daring di sana,” pungkas KPH Notonegoro.