Sri Sultan Sambut Yang Mulia Kaisar Jepang Naruhito di Keraton Yogyakarta
- 22-06-2023
Raja Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10, bersama Permaisuri GKR Hemas menyambut kehadiran Yang Mulia Kaisar Jepang Hironomiya Naruhito di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, Rabu (21/06). Dengan mengenakan ageman (busana) takwa dilengkapi kuluk kanigara dengan jarik Parang Barong ceplok Babon Ngubluk, Sri Sultan bersama permaisuri menyapa Yang Mulia Kaisar ke-126 Jepang di Regol Danapratapa, Kompleks Pelataran Srimanganti, Keraton Yogyakarta dan dilanjutkan dengan sesi foto bersama. Lawatan ke luar negeri Yang Mulia Kaisar Jepang ini merupakan yang pertama dilakukan sejak dinobatkan pada 1 Mei 2019.
Sebelumnya, Yang Mulia Kaisar Jepang terlebih dahulu diterima putri sulung Sri Sultan, GKR Mangkubumi di Regol Kamandungan Lor (Keben) pukul 18.00 WIB. Saat memasuki kompleks Pelataran Srimanganti, 40 prajurit Bregada Wirabraja yang memakai seragam keprajuritan lengkap disertai senjata, bendera, dan alat musik berbaris memanjang dari utara ke selatan sembari memberikan penghormatan pada Yang Mulia Kaisar Jepang. Pada kesempatan ini, turut menyambut yakni Putra Dalem Putri GKR Condrokirono, GKR Maduretno, GKR Hayu, GKR Bendara, serta Mantu Dalem KPH Wironegoro, KPH Purbodiningrat, KPH Notonegoro, dan KPH Yudonegoro. Hadir pula cucu Ngarsa Dalem RM Gustilantika Marrel Suryokusumo, RAj Arti Ayya Fatimasari dan RM Drasthya Wironegoro.
Seusai penyambutan di Regol Danapratapa, alunan repertoar persembahan Abdi Dalem Musikan bergema di Kagungan Dalem Bangsal Mandalasana, mengiringi Sri Sultan, GKR Hemas, dan Yang Mulia Kaisar Jepang menuju Kagungan Dalem Tratag Bangsal Kencana. Selanjutnya Yang Mulia Kaisar bersama Ngarsa Dalem dan GKR Hemas menilik benda koleksi milik keraton di sisi utara Kagungan Dalem Tratag Bangsal Kencana.
“Dalam kunjungan Kaisar Jepang kali ini, Kawedanan Radya Kartiyasa memamerkan beberapa koleksi Keraton Yogyakarta berupa batik motif Parang Rusak Barong, batik motif Kawung, batik motif Purbanegara, batik motif Sidoluhur, pusaka keris, dan tentunya manuskrip,” imbuh Carik Kawedanan Radya Kartiyasa Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat Nyi RRy Noorsundari.
Dalam kesempatan ini, Keraton Yogyakarta memamerkan manuskrip bertajuk Serat Baratayuda yang disusun pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono VII-VIII. Serat ini bercerita tentang perang saudara Pandawa dan Kurawa, karena Kesultanan Yogyakarta bersendikan Islam, maka Pandawa melambangkan prinsip keislaman (Rukun Islam), Kurawa melambangkan 100 dosa yang harus dilawan manusia. Pada akhir peperangan, Pandawa yang menang, walaupun banyak sekali korban. Gambar dalam manuskrip tersebut sama dengan tokoh yang ada dalam wayang kulit, sehingga memerlukan waktu cukup lama untuk pembuatannya, juga konsentrasi dan keahlian dalam tata sungging wayang. Yang Mulia Kaisar Jepang juga melihat display pertunjukan wayang kulit persembahan Kawedanan Kridhamardawa di Tratag Bangsal Kencana sisi selatan.
Beksan Lawung Jajar juga menjadi sajian pergelaran dalam lawatan Yang Mulia Kaisar Jepang. “Tarian di keraton itu ada tingkatan-tingkatannya. Selain Bedhaya, Beksan Lawung ini termasuk yang memiliki strata tertinggi. Beksan ciptaan Sri Sultan Hamengku Buwono I ini adalah salah satu tarian tertua yang dimiliki Keraton Yogyakarta. Oleh karena itu, beksan ini kerap ditampilkan saat Keraton Yogyakarta menerima kepala-kepala negara sahabat seperti halnya Yang Mulia Kaisar Jepang,” tutur Penghageng Kawedanan Kridhamardawa KPH Notonegoro.
Beksan Lawung diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792) menggambarkan adu ketangkasan prajurit bertombak. Gerakan-gerakan dalam tarian ini mengandung unsur heroik, patriotik, dan berkarakter maskulin. Dialog yang digunakan dalam tarian merupakan campuran dari bahasa Madura, Melayu, dan Jawa. Dialog tersebut umumnya adalah perintah-perintah dalam satuan keprajuritan.
Seperti tari gaya Yogyakarta lainnya, Beksan Lawung juga mengandung falsafah hidup seperti nilai keberanian dan ketangkasan seorang prajurit keraton. Selama lebih dari dua abad, tari ini telah menjadi sarana pembentukan karakter jiwa seorang kesatria melalui kedisiplinan berolah fisik dan berolah batin.
Pada kesempatan ini pula, GKR Mangkubumi mengatakan lawatan ini merupakan kunjungan lanjutan dari orang tuanya (Kaisar Akihito) pada tahun 1991. “Beliau senang sekali, sekaligus melanjutkan kunjungan orang tuanya sebelumnya. Jadi tujuannya menjalin silaturahmi dengan generasi berikutnya dan menjaga hubungan baik. Suasana cukup hangat, beliau berdua banyak mengobrol,” ungkap GKR Mangkubumi yang juga menjabat sebagai Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Datu Dana Suyasa Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Sebelum mengakhiri lawatannya, Yang Mulia Kaisar Jepang bersantap malam di Kagungan Dalem Bangsal Manis bersama dengan Sri Sultan didampingi GKR Hemas, Putri Dalem, Mantu Dalem, dan Wayah Dalem. Beberapa menu yang disajikan seperti setup jambu, sop ayam galantin, sate ayam jeruk nipis, udang bakar madu, dan es teler cake. Yang Mulia Kaisar Jepang beserta rombongan beranjak meninggalkan keraton sekitar pukul 20.15 WIB. Sesuai rencana, Kaisar Jepang meneruskan agenda keesokan harinya untuk mengunjungi Candi Borobudur di Provinsi Jawa Tengah.