Tujuh Gunungan Keluar dalam Prosesi Garebeg Besar Ehe 1956
- 18-07-2023
Sebanyak tujuh buah gunungan dikeluarkan dari Keraton Yogyakarta, melalui Bangsal Pagelaran, Kamis (29/06) tepat pukul 11.00 WIB dalam prosesi Hajad Dalem Garebeg Besar. Gunungan tersebut terdiri dari Gunungan Kakung (3 buah), Gunungan Estri (1 buah), Gunungan Gepak (1 buah), Gunungan Dharat (1 buah) dan Gunungan Pawuhan (1 buah). Garebeg Besar merupakan Hajad Dalem yang dilaksanakan guna memperingati perayaan Iduladha 1444 H/Ehe 1956..
Adapun gunungan tersebut selanjutnya dibagikan ke tiga tempat berbeda yakni Kagungan Dalem Masjid Gedhe, Pura Pakualaman, dan Kompleks Kepatihan. Kompleks Kepatihan dan Pura Pakualaman masing-masing mendapatkan satu Gunungan Kakung. Untuk lima buah gunungan lainnya dirayah di Pelataran Kagungan Dalem Masjid Gedhe.
Utusan Dalem yang mengantarkan gunungan ke Kompleks Kepatihan adalah KRT Widyachandra Ismayaningrat dan Mas Riya Yudahadiparwoto. Sementara Gunungan yang diberikan ke Pura Pakualaman disampaikan oleh Utusan Dalem KRT Wiraguna dan KMT Puraprojowinoto. Utusan Dalem yang mengantar Gunungan ke Masjid Gedhe yakni KMT Widyawinata dan Mas Penewu Yudasutrisno.
Pelaksanaan Garebeg Besar tahun ini tetap dengan iring-iringan bregada, namun tujuh gunungan tidak melintasi Alun-alun Utara. Gunungan yang berada di Bangsal Pancaniti, kompleks Kamandungan Lor, dibawa Kanca Abang/Narakarya melalui Regol Brajanala-Sitihinggil Lor-Pagelaran-keluar lewat barat Pagelaran menuju Masjid Gedhe.
Penghageng Kawedanan Kaprajuritan KPH Notonegoro, menyampaikan bahwa di sisi lain, terdapat 10 Bregada Prajurit Keraton yang akan mengawal Gunungan. “Sepuluh bregada tersebut yakni yakni Wirabraja, Dhaeng, Patangpuluh, Jagakarya, Prawiratama, Ketanggung, Mantrijero, Nyutra, Bugis, dan Surakarsa. Bregada Bugis akan mengawal Gunungan hingga Kepatihan. Sementara gunungan untuk Pura Pakualaman akan dikawal oleh Prajurit Pura Pakualaman yakni Dragunder dan Plangkir,” jelas Kanjeng Noto.
Seperti Garebeg Sawal lalu, sekelompok Abdi Dalem Mataya (penari) Kridhamardawa juga dilibatkan menjadi bagian dari Prajurit Nyutra Towok. “Keterlibatan ini merupakan sebuah pengingat bahwasanya prajurit Nyutra dahulunya beranggotakan para penari keraton yang mengawal Sultan dengan menari tayungan selama prosesi,” tambah Kanjeng Noto yang pada Garebeg Besar kali ini juga bertindak sebagai Manggala Yuda. Manggala Yuda merupakan pemimpin dari seluruh bregada prajurit yang turut mengawal jalannya prosesi defile prajurit sejak dari Kamandungan Kidul hingga Bangsal Pagelaran. Kehadirannya selalu didampingi Abdi Dalem dan Pandego yang berjalan di belakangnya.
Berkaitan dengan upaya regenerasi prajurit, Kanjeng Noto mengupayakan adanya keterlibatan masyarakat. “Kami berusaha sebisa mungkin menggandeng generasi muda. Terutama teman-teman yang senang dengan seni keprajuritan dari bregada rakyat, kalau memang memiliki aspirasi, bisa bergabung dengan Keraton Yogyakarta melalui seleksi yang ketat. Kalau memang berhasil, bisa kita terima,” tutup menantu Ngarsa Dalem ini.
Tiga hari sebelum pelaksanaan Garebeg Besar, Senin (26/06), telah dilaksanakan prosesi Numplak Wajik di Panti Pareden, Kompleks Magangan, Keraton Yogyakarta. Inti dari prosesi ini adalah pembuatan badan calon Gunungan Estri yakni dengan menumplakkan wajik sebagai isinya. Prosesi tersebut dipimpin oleh Penghageng Urusan Keputren Nyi KRT Hamong Tedjonegoro. “Terdapat tujuh buah gunungan dalam Garebeg Besar tahun ini. Seluruhnya diarak menuju Masjid Gedhe Keraton Yogyakarta pada Kamis (29/06). Sebelum diperebutkan warga, Gunungan akan didoakan dahulu,” ujar Ibu Kanjeng, sapaan akrabnya.
Ibu Kanjeng menambahkan bahwa gunungan merupakan simbol pemberian dari raja kepada rakyatnya. “Sri Sultan paring shadaqah,” jelasnya. Adapun sedekah yang dimaksud terdiri dari hasil bumi, demikian halnya jajanan tradisional seperti wajik. “Setahun ada tiga kali pelaksanaan Garebeg yakni Garebeg Sawal (Idulfitri), Garebeg Besar (Iduladha), dan Garebeg Mulud (peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW),” tutupnya.