Uyon-Uyon Hadiluhung Senin Pon 31 Juli 2023
- 29-07-2023
Mengawali tahun baru Jawa Jimawal 1957, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat kembali menggelar Uyon-Uyon Hadiluhung. Agenda ini diadakan dalam rangka memperingati Wiyosan Dalem (hari kelahiran) Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 setiap malam Selasa Wage, bertepatan dengan Senin Pon, 12 Sura Jimawal 1957 di Kagungan Dalem Bangsal Kasatriyan.
Pada 31 Juli 2023, Uyon-Uyon Hadiluhung menyajikan beragam komposisi gendhing dan pertunjukan Beksan Jayengkusuma. Adapun penari yang membawakan tarian merupakan siswa-siswa SMK Negeri 1 Kasihan, Bantul (SMKI Yogyakarta). Mereka tengah menjalani Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Kawedanan Kridhamardawa Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Acara dapat dihadiri masyarakat secara langsung dengan melakukan reservasi dan dapat disimak melalui siaran langsung (live streaming) kanal YouTube Kraton Jogja mulai pukul 19.00 WIB. Uyon-Uyon Hadiluhung juga dapat disimak melalui siaran RRI Pro 4 Yogyakarta. Meskipun PPKM tidak diberlakukan lagi, seluruh tamu dan Abdi Dalem dan tamu undangan yang hadir tetap diimbau untuk menjaga protokol kesehatan.
Komposisi Gendhing:
- Gendhing Pambuka: Ladrang Raja Manggala Laras Pelog Pathet Enem.
- Gendhing Soran: Gendhing Renyep Laras Slendro Pathet Sanga, Kendhangan Mawur, jangkep sadhawahipun.
- Gendhing Lirihan I: Gendhing Pramugari Laras Pelog Pathet Barang, Kendhangan Sarayuda, jangkep sadhawahipun.
- Gendhing Lampah Beksan Jayengkusuma.
- Gendhing Lirihan II: Bawa Swara katampen Gendhing Randhu Sari Mangunsih Laras Pelog Pathet Enem, Kendhangan Sarayuda, jangkep sadhawahipun.
- Gendhing Lirihan III: Bawa Swara Sekar Ageng Puspanjana katampen Gendhing Gendiyeng Laras Slendro Pathet Manyura, Kendhangan Candra.
- Gendhing Panutup: Ladrang Sri Kondur Laras Slendro Pathet Manyura.
Sinopsis Beksan Jayengkusuma
Beksan Jayengkusuma merupakan tari putra Yasan Dalem (karya) kesembilan Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10. Dasar cerita Beksan Jayengkusuma menyadur kisah pertempuran antara Jaya Wiruta dan Jayengrana melawan Jaya Surangga dan Pancakusuma. Pertempuran ini diakibatkan oleh perebutan wilayah kekuasaan antara Jaya Wiruta dan Jayengrana dari Kerajaan Kediri dengan Jaya Surangga dan Dasakusuma dari Kerajaan Parangkencana. Parangkencana ingin memperluas kekuasaan hingga Kediri. Namun, Kediri berusaha membatalkan rencana tersebut dengan terlebih dahulu menyerang Parangkencana.
Berbeda dari penciptaan beksan kakung yang telah ada sebelumnya, Beksan Jayengkusuma memiliki konsep garap dengan perpaduan unsur dari Beksan Lawung Ringgit dan beksan sekawanan. Perpaduan dua konsep beksan kakung ini menjadi sebuah percikan istimewa dalam sajian tari kali ini. Pola garap Beksan Lawung Ringgit terletak pada tokoh dan karakterisasinya. Sementara pola garap beksan sekawanan terdapat dalam pola lantai dan komposisi tarian. Tarian ini juga memadukan dua unsur karakter beksan kakung yaitu gagah dan alus. Gaya gagah ditarikan oleh tokoh Jaya Wiruta dan Jaya Surangga. Sedangkan gaya alus ditarikan oleh tokoh Jayengrana dan Dasakusuma.
Pertunjukan Beksan Jayengkusuma kali ini didukung oleh:
Paraga Patuh
- Alusan Gawang kiri: Nabil Izza Leksono, Raihan Arfiansyah
- Gagahan Gawang kiri: Rizal Maulana, Rizal Nurohman
- Alusan Gawang kanan: Abimanyu Jalu Sasmito, Lutfan Rino Areza
- Gagahan Gawang kanan: Idopati Tanaya Wicaksana Radite, Tegar Surya Armanda
Paraga Bela: Afzal Fazle Rabbi, Fareza Naufal Toriq
Pamucal Beksa: MW Dwijosuwanto, RW Widodomondro
Panata Gendhing Beksan: MRy Susilomadyo
Panata Gendhing Uyon-Uyon: MJ Turirowo
Kandha: KMT Dwijosupadmo
Keprak: KMT Suryoamiseso
Panata Busana: MRy Dirjomanggolo
Produser: RB Pronomatoyo