Yogyakarta Royal Orchestra Sukses Gelar Konser Bertajuk Raré Rumpaka
- 07-08-2023
Memperingati Hari Musik Dunia 2023 setiap tanggal 21 Juni sekaligus merayakan ulang tahun kedua Yogyakarta Royal Orchestra, Kawedanan Kridhamardawa Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar Konser Tahunan Yogyakarta Royal Orchestra bertajuk Raré Rumpaka. Konser telah digelar pada Sabtu (24/06) di Panggung Terbuka Nglanggeran, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pukul 19.30 WIB dan disiarkan langsung melalui kanal YouTube Kraton Jogja.
“Kami mengambil tajuk Raré Rumpaka yang artinya kira-kira adalah lagu anak-anak. Raré adalah bahasa Jawa kuno dari kata Laré yang artinya anak, kemudian Rumpaka artinya kidungan atau tembang. Jadi dalam konser ini, repertoar yang kami usung adalah tembang dolanan atau lagu anak-anak. Pemilihan tema kali ini juga didasari pada waktu pementasan menjelang bulan Juli yang erat kaitannya dengan Hari Anak Nasional, diperingati setiap tanggal 23 Juli. Konser ini harapannya jadi pembuka serangkaian kegiatan ramah anak di keraton pada bulan Juli,” papar KPH Notonegoro, Penghageng Kawedanan Kridhamardawa.
Dalam menghadirkan tembang dolanan anak, Raré Rumpaka – Yogyakarta Royal Orchestra juga berkolaborasi dengan beragam kesenian yang ada di Kalurahan Nglanggeran seperti Paduan Suara Anak Purba Laras Manunggal dan Gejog Lesung Mugyo Laras. Kelompok vokal Icipili Mitirimin Omah Cangkem pun turut meramaikan konser. Tak hanya itu, Yogyakarta Royal Orchestra juga menghadirkan Trio Violin, Cello, dan Flute oleh Bonfilio Shyallom Rezandy Bangun, Gian Nugra Adanta, dan Bintang Arya Kusuma. Salah satu repertoar –Padhang Bulan– yang dibawakan oleh trio ini bahkan telah telah dirilis pada Minggu (11/06) di kanal YouTube Kraton Jogja.
“Dalam video klip, dapat disaksikan petualangan 3 anak yang menemukan harta karun. Kemudian menuntun jalan hidup mereka bertiga menuju masa depan. Dalam mewujudkan mimpinya, ketiganya harus terpisah ketika dewasa, namun lagu Padhang Bulan menghadirkan kembali memori masa kecil mereka dan membawa kembali ke tempat mimpi mereka berasal yaitu desa tempat tinggal mereka,” ungkap ML Widyotantomardowo yang pada konser kali ini mengemban tugas sebagai pimpinan produksi.
Sementara itu, pemilihan lokasi untuk pembuatan video klip lagu Padhang Bulan tentunya disesuaikan dengan lokasi konser Raré Rumpaka yang digelar di area Panggung Terbuka Nglanggeran. “Beruntung sekali bentang alam di area Kalurahan Nglanggeran ini sangat indah dan pas sekali untuk menggambarkan garis cerita yang berusaha kami hadirkan dalam video klip,” tambah ML Widyotantomardowo.
Raré Rumpaka – Yogyakarta Royal Orchestra digelar secara terbuka dan dapat dihadiri masyarakat umum dengan membeli 2 jenis tiket yaitu prajual dan reguler. Tiket prajual hanya dijual pada tanggal 9-14 Juni 2023, sementara tiket reguler mulai dijual pada 15 Juni 2023 hingga kuota habis. Masyarakat bisa mendapatkan tiket prajual seharga Rp57.000,00 dan Rp67.000 untuk harga tiket reguler dengan melakukan pembelian di pranala kratonjogja.id.
“Melihat gelaran konser-konser Yogyakarta Royal Orchestra terdahulu, terpantau banyak sekali yang reservasi di awal namun kemudian tidak hadir di hari pementasan. Banyak orang-orang yang benar-benar ingin menyaksikan konser, namun kalah cepat melakukan reservasi dengan orang-orang yang hanya asal reservasi dulu. Itulah alasan kami menerapkan ticketing berbayar untuk konser kali ini, agar dapat memfilter orang-orang yang benar-benar ingin menyaksikan Raré Rumpaka – Yogyakarta Royal Orchestra. Namun untuk besaran harga sekian, baik untuk prajual maupun reguler sudah dihitung oleh tim dan kami tidak mengambil untung,” tambah KPH Notonegoro.
Menurut ML Widyotantomardowo, pemesanan tiket untuk Raré Rumpaka – Yogyakarta Royal Orchestra memang tidak mengarah pada profit atau keuntungan, “Dhawuh dari KPH Notonegoro, semuanya harus kembali ke penonton meskipun dalam bentuk lain. Jadi tiket tersebut sudah termasuk paket merchandise berupa makanan ringan, minuman, dan produk dari UMKM di Nglanggeran serta biaya retribusi yang ditarik Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat berikut parkir wisata di Nglanggeran. Selain itu, kelebihannya akan kami sumbangkan untuk dana pendidikan Kelompok Bermain PAUD Ceria Nglanggeran, sesuai dengan tema konser kali ini,” tambahnya.
Tak hanya gelaran konser, bagi masyarakat yang hadir langsung di lokasi dapat menyaksikan dan mengabadikan momen di mini pameran mengenai Abdi Dalem Musikan dan linimasa eksistensi musik barat di Kesultanan Yogyakarta sejak era Sri Sultan Hamengku Buwono I hingga saat ini. Terdapat dua alat musik utama yang menjadi embrio keberadaan musik barat di Keraton Yogyakarta yaitu terompet dan tambur. Kedua alat musik tersebut menjadi koleksi dalam pameran yang digarap oleh tim pameran dari Kawedanan Radya Kartiyasa.
Konser Raré Rumpaka diawali dengan alunan Gendhing Surceli yang menandai hadirnya Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10. Turut hadir Putri Dalem GKR Mangkubumi, GKR Maduretno, GKR Hayu, dan GKR Bendara, Mantu Dalem KPH Notonegoro dan KPH Yudonegoro, serta Wayah Dalem RM Gustilantika Marrel Suryokusumo.
“Malam hari ini Saya ingin mengucapkan selamat ulang tahun yang kedua untuk orkestra Keraton Yogyakarta. Semoga dengan pementasan malam ini bisa lebih mengokohkan lagi objek wisata Nglanggeran dalam konteks pariwisata alam yang memang sudah mendapatkan pengakuan dunia (UNWTO). Harapan Saya demikian juga bagi Yogyakarta Royal Orchestra bisa tumbuh berkembang dan mendapatkan pengakuan dari publik,” ungkap Sri Sultan dalam sambutan pembuka.
Sebagai penanda Ulang Tahun ke-2 Yogyakarta Royal Orchestra, Ngarsa Dalem berkenan memotong jajan tumpeng yang dibuat langsung oleh tangan ibu-ibu Griya Coklat, salah satu UMKM unggulan yang ada di Desa Wisata Nglanggeran.
Selanjutnya, tiga repertoar yaitu Jamuran, Jaranan, dan Kidang Talun menjadi sajian pembuka kolaborasi antara Yogyakarta Royal Orchestra dengan kelompok vokal Icipilli Mitirimin Omah Cangkem dan Paduan Suara Anak Purba Laras Manunggal.
Usai menikmati nuansa ceria tiga lagu pertama, penonton diajak terhanyut dengan dua penampilan berikutnya yaitu Medley Suara Suling dan Menthok-Menthok, serta lagu Turi-Turi Putih yang digarap dalam bentuk fantasia. Lagu berikutnya yaitu Caping Gunung hadir dalam balutan orkestra dan cokekan dari Abdi Dalem Wiyaga Kawedanan Kridhamardawa. Lagu Caping Gunung juga menghadirkan vokal sindhen dari Nyi MB Larasati dan permainan apik dari Trio Violin – Cello – Flute.
Masih bersama dengan cokekan dari Abdi Dalem Wiyaga dan vokal sindhen, Yogyakarta Royal Orchestra menghadirkan lagu Lelo Ledhung yang menghadirkan suasana hangat di tengah dinginnya tiupan angin Gunung Api Purba Nglanggeran. MW Widyowiryomardowo selaku pengaba dalam Konser Raré Rumpaka mengubah suasana menjadi ceria kembali dengan keriuhan repertoar Gundul-Gundul Pacul, Medley Pitik Tukung dan Pitik Walik Jambul, Sluku-Sluku Bathok, serta Kupu Kuwi. Keempat lagu tersebut mengundang gelak tawa dan riuhnya tepuk tangan penonton karena menghadirkan vokal dari Icipilli Mitirimin Omah Cangkem serta penampilan gerak dan lagu dari Paduan Suara Anak Purba Laras Manunggal yang begitu menggemaskan.
Usai kolaborasi paduan suara anak dengan orkestra, giliran kelompok seni Gejog Lesung Mugyo Laras yang kemudian berkolaborasi dengan Yogyakarta Royal Orchestra dalam lagu Lumbung Desa karya Ki Nartosabdo. Sebagai repertoar terakhir, hadir kembali penampilan Trio Violin – Cello – Flute dengan Yogyakarta Royal Orchestra membawakan lagu Padhang Bulan.
Total 13 lagu yang diaransemen oleh ML Widyoyitnowaditro telah dibawakan dalam Raré Rumpaka – Yogyakarta Royal Orchestra. Semua repertoar yang disajikan mendapatkan apresiasi berupa standing ovation dari sebagian besar penonton yang hadir di Panggung Terbuka Gunung Api Purba Nglanggeran.
Seakan enggan berpisah, satu repertoar ekstra hadir mengajak seluruh penonton untuk berdiri dan bernyanyi bersama, menyanyikan lagu Gundul-Gundul Pacul. Keceriaan dari anak-anak Icipilli Mitirimin Omah Cangkem dan Purba Laras Manunggal seolah menular pada para penonton dan mencairkan suasana. Usai berakhirnya Gundul-Gundul Pacul, Gendhing Surceli kembali terdengar dan menandai Sri Sultan bersama keluarga bertolak ke Keraton Yogyakarta.
“Dengan menggelar konser di Panggung Terbuka Nglanggeran, kami juga ingin di usianya yang memasuki 2 tahun ini, Yogyakarta Royal Orchestra juga turut berkontribusi dalam pemajuan wisata dan kesenian Kalurahan Nglanggeran. Harapannya sajian dari kami bisa menghibur sekaligus mengenalkan kembali tembang dolanan anak pada masyarakat, khususnya anak-anak,” pungkas KPH Notonegoro.