Wayang Wong ‘Sumantri Ngenger’ dalam Pementasan Catur Sagotra 2023
- 07-08-2023
Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat menjadi salah satu dari keempat Wangsa Mataram yang berpartisipasi dalam Pementasan Catur Sagotra 2023. Agenda ini digelar pada Sabtu malam (15/07). Pementasan Catur Sagotra tahun ini dikemas dalam bentuk Wayang Wong, yang kemudian ditampilkan secara bersamaan dari keempat istana, dibagi ke dalam beberapa segmen/scene. Setiap Praja dengan gaya tarian khas, gendhing, dan gamelan masing-masing, membentuk satu kesatuan kolaborasi sajian Wayang Wong lakon ‘Sumantri Ngenger’.
Hadir dalam pergelaran Catur Sagotra, KPH Notonegoro dari Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, KGPAA Paku Alam X, GKBRAy Adipati Paku Alam, BPH Kusumo Bimantoro dan GPH Wijoyo Harimurti dari Kadipaten Pakualaman selaku tuan rumah, KGPAA Hamangkunegoro Sudibya Rajaputra Narendra Mataram, GRAy Putri Purnaningrum, KRA Rizki Baruna Aji, GKR Alit, dan KGPH Dipokusumo dari Karaton Surakarta Hadiningrat, serta KGPAA Mangkunagoro X dan GRAj Ancillasura Marina Sudjiwo dari Kadipaten Mangkunegaran. Selain itu hadir pula Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Kepala Paniradya DIY, dan seluruh jajaran Forkompimda DIY.
Sebelum pementasan dimulai, seluruh tamu undangan menghadiri jamuan makan malam serta ramah tamah hingga pukul 19.41 WIB. Acara kemudian dibuka pada pukul 19.50 WIB bertempat di Bangsal Sewatama Pura Pakualaman.
Catur Sagotra merupakan ajang silaturahmi dan media ekspresi seni dari empat penerus Dinasti Mataram. Kepala Kundha Kabudayan DIY menyampaikan bahwa, “Catur Sagotra adalah konsep kosmologi Jawa yang bertumpu pada mikro dan makrokosmos. Masing-masing memiliki fungsi tersendiri, tetapi dalam satu keutuhan Gotra yang saling melengkapi. Pengertian ‘keutuhan’ mengandung pesan bahwa kini adalah saat yang tepat agar keempat Dinasti Mataram itu bangun kembali menjadi ‘Catur Sagotrah’ demi manunggalnya ikatan kekerabatan Trah Agung Mataram.”
Pementasan Catur Sagotra digelar bertujuan untuk menggali sejarah masa silam tentang betapa adiluhungnya peradaban Mataram sekaligus sebagai wahana berbagi estetika tari dan sebagai upaya meresapi ajaran etika serta kehidupan. Tari klasik Gaya Yogyakarta memiliki nilai adiluhung yakni sifat kesatriya ‘Sawiji, Greget, Sengguh, Ora mingkuh’ dan ‘Lungguh, Sengguh, Tangguh’ untuk Tari Gaya Surakarta.
Bentuk pementasan kolaborasi antar istana ini menjadi kali pertama diadaptasi dalam pementasan Catur Sagotra. Sebelumnya, Pergelaran Catur Sagotra menampilkan tarian lepas dari masing-masing istana, misalnya Bedhaya Bedhah Madiun yang ditarikan oleh masing-masing istana dengan ciri khasnya tersendiri, atau berbagai tarian lepas lainnya yang mengusung tema tertentu.
Adanya kolaborasi dengan bentuk pementasan Wayang Wong dalam pagelaran ini menjadi sarana berinteraksi antar istana yang turut bergabung menjadi penyaji pagelaran Catur Sagotra. “Jadi saya memohon untuk pergelaran (Catur Sagotra) dijadikan satu, dan sebetulnya sudah saya sampaikan sejak dua tahun lalu dengan format seperti ini. Namun karena pandemi dan lain sebagainya belum bisa, dan baru bisa terjadi di tahun ini. Ternyata memang bagus dan diapresiasi. Kanjeng Gusti (KGPAA Paku Alam X) juga ngendika bagus kalau seperti ini, jadi ada interaksi antara pelaku seninya, termasuk wiyaga-nya juga harus bermain (gamelan) bersama-sama,” ungkap KPH Notonegoro.
Rangkaian Catur Sagotra 2023 diawali dengan kegiatan ziarah Makam Sultan Agung di Imogiri, training camp (pemusatan latihan) dan puncak acara pergelaran Wayang Wong Sumantri Ngenger dengan melibatkan dua ratus pelaku seni gabungan. Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat melalui Kawedanan Kridhamardawa bertugas menyajikan segmen Jejeran Khayangan, Jejeran Maespati, dan Jejeran Gonjang Anom pada sesi terakhir.