Pentas Musikan Mandalasana untuk Bhinneka: Keraton Maknai Peringatan Sumpah Pemuda 2023
- 28-10-2023
Keraton Yogyakarta selalu memiliki cara dalam memperingati berbagai peristiwa bersejarah di Indonesia. Pada peringatan Sumpah Pemuda tahun 2023, tim ensambel tiup Yogyakarta Royal Orchestra di bawah naungan Kawedanan Kridhamardawa Karaton Ngayogyakarta Hadininingrat kembali menggelar pementasan bertajuk Pentas Musikan Mandalasana untuk Bhinneka. Pergelaran kali ini diselenggarakan Sabtu (28/10) pukul 09.00 WIB di Kagungan Dalem Bangsal Mandhalasana.
Dalam peringatan Sumpah Pemuda tahun ini, Pentas Musikan Mandalasana untuk Bhinneka menghadirkan lagu-lagu bertema perjuangan, persatuan dan kebangsaan seperti: Indonesia Raya, Gati Bhinneka, Satu Nusa Satu Bangsa, Bhineka Tunggal Ika, Bangun Pemuda Pemudi, Garuda Pancasila, Tanah Airku, Dari Sabang Sampai Merauke, dan Bagimu Negeri. Sembilan repertoar tersebut dapat disaksikan secara langsung oleh masyarakat yang berkunjung di area Museum Kedhaton.
“Selama beberapa tahun terakhir kami menggelar Pentas Musikan Mandalasana secara daring dan hibrida, sehingga untuk peringatan 95 tahun Sumpah Pemuda ini kami coba digelar secara luring penuh, tanpa ada live streaming di kanal YouTube Kraton Jogja. Kami ingin menghadirkan kembali pengalaman menikmati Pentas Musikan Mandalasana secara langsung di lokasi seperti pada tahun-tahun sebelum pandemi,” ungkap KPH Notonegoro selaku Penghageng Kawedanan Kridhamardawa, departemen yang bertanggung jawab dalam pelestarian, pendidikan, dan pengembangan seni budaya di Keraton Yogyakarta.
Tajuk Pentas Musikan Mandalasana untuk Bhinneka sudah pernah digelar pada peringatan Sumpah Pemuda tahun 2019 silam. Empat tahun berselang, Pentas Musikan Mandalasana untuk Bhinneka kembali hadir dengan beberapa hal yang baru. Salah satunya adalah busana para pemain musik, di mana pada tahun 2019 lalu mengenakan busana peranakan jangkep, tahun ini tampak menggunakan kostum pementasan berwarna biru. Kostum ini terinspirasi dari busana Abdi Dalem korps musik era Sri Sultan Hamengku Buwono VIII dan busana pesiar yang disederhanakan.
Sama seperti pementasan sebelumnya, acara diawali dengan iring-iringan (kirab) prajurit keraton yang membawa Kanca Abdi Dalem Musikan dari dalam Kagungan Dalem Bangsal Kasatriyan menuju ke Bangsal Mandhalasana. Setelah itu barulah tim ensambel tiup Yogyakarta Royal Orchestra membawakan 9 repertoar dengan dipandu ML Widyoyitnowaditro selaku conductor (pengaba).
Usai menyanyikan bersama lagu kebangsaan Indonesia Raya, pengunjung disuguhkan sajian Gati Bhinneka yang berbeda dari biasanya. Gati Bhinneka yang merupakan Yasan (karya) Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 biasanya dimainkan bersamaan antara Abdi Dalem Wiyaga dengan Yogyakarta Royal Orchestra baik dalam format orkestra maupun ensambel tiup. Namun pada Pentas Musikan kali ini, Gati Bhinneka hadir dengan konsep kolaborasi ensambel tiup dengan Korps Musik Prajurit Keraton Yogyakarta yang menjadikannya istimewa.
Delapan repertoar lain pun menyusul dan berhasil membuat pengunjung turut bersenandung dalam balutan lagu-lagu bernuansa kebangsaan, hingga tiba pada repertoar terakhir yakni Bagimu Negeri. Seolah belum rela berpisah, Pentas Musikan Mandalasana untuk Bhinneka pun ditutup dengan repertoar ekstra yakni seluruh pengunjung yang hadir bersama-sama menyanyikan bersama lagu Bangun Pemudi Pemuda.
“Kami berharap liburan akhir pekan di keraton jadi makin bermakna karena sekaligus merayakan bersama momentum Sumpah Pemuda dengan lagu-lagu yang harapannya selalu mengingatkan kita bahwa berbeda itu biasa. Sesuai dengan tajuk acara, Pentas Musikan Mandalasana untuk Bhinneka, dari Bangsal Mandhalasana ini kami menyerukan bahwa perbedaan bukan alasan untuk terpecah belah. Perbedaan justru harus menjadi alasan untuk bersatu demi kemajuan negara kita tercinta, Republik Indonesia,” pungkas KPH Notonegoro yang turut hadir dalam acara tersebut.