Pementasan Wayang Kulit Arjuna Kalajaya: Mangayubagya 80 Warsa Yuswa Dalem
- 19-11-2023
Dalam rangka Mangayubagya 80 Warsa Yuswa Dalem Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 sekaligus memperingati Hari Wayang Nasional dan Dunia tahun 2023 yang bertepatan pada 7 November, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat melalui Kawedanan Kridhamardawa mempersembahkan Pergelaran Ringgit Wacucal Sedalu Natas pada Minggu (19/11). Pementasan wayang kulit semalam suntuk ini mengambil lakon Lampahan Arjuna Kalajaya dengan dalang Mas Lurah Cermo Handoko dan digelar di Kagungan Dalem Gedhong Sasana Hinggil Dwi Abad yang berlokasi di sebelah utara Alun-Alun Selatan Yogyakarta.
“Alasan pemilihan cerita atau lakon Arjuna Kalajaya untuk pementasan wayang kulit tentu atas Dhawuh Dalem ya. Selain itu, tokoh pewayangan Harjuna merupakan satu tokoh yang begitu disukai Ngarsa Dalem. Hampir semua beksa (tari) Bedhaya Yasan Dalem beliau selalu terinspirasi dari tokoh Raden Harjuna,” ungkap KPH Notonegoro selaku Penghageng Kawedanan Kridhamardawa.
Arjuna Kalajaya menceritakan tentang kisah hidup tokoh Raden Harjuna sejak lahir hingga jumeneng nata (menjadi raja) di kayangan dengan gelar Prabu Kariti/Kalithi. Cerita berawal saat Prabu Pandu di Hastinapura mendapat anugerah dari dewata, istrinya melahirkan seorang putra yang tampan dan diberi nama Raden Harjuna (Permadi). Bersamaan dengan itu, di Kerajaan Mandura juga lahir bayi cantik bernama Dewi Wara Sembadra, dan dari bangsa Yadawa lahir bayi laki-laki bernama Raden Setyaki. Pada perjalanannya, Raden Harjuna tumbuh menjadi kesatria nan tampan dan sakti, hingga akhirnya Raden Harjuna memperistri Dewi Wara Sembadra.
Hingga suatu ketika di Kayangan Jonggring Saloka terjadi ontran-ontran (kekacauan) yang dipimpin oleh raja bangsa raksasa dari negara Manikmantaka yaitu Prabu Niwatakawaca yang ingin memperistri bidadari. Dewa-dewa kalang kabut menghadapi kesaktian Prabu Niwatakawaca, sehingga Batara Guru meminta Batara Narada untuk mencari bantuan. Batara Narada meminta bantuan kepada seorang pertapa yang tak lain adalah Raden Harjuna (berjuluk Begawan Ciptaning) yang tengah bertapa di Gua Indrakila Gunung Mahameru. Sang Begawan pun membantu dewa untuk memukul mundur Prabu Niwatakawaca. Setelah berhasil mengalahkan Prabu Niwatakawaca dengan panah Pasopati, akhirnya Raden Harjuna diangkat menjadi raja bergelar Prabu Kariti/Kalithi.
Pementasan wayang kulit semalam suntuk ini terbuka untuk umum dan berlangsung di Gedhong Sasana Hinggil. Para pecinta wayang yang tak sempat hadir di lokasi pun dapat menikmati pementasan yang dimulai pukul 20.00 WIB dan selesai Senin (20/11) pukul 03.00 dini hari secara daring melalui kanal YouTube Kraton Jogja. Tampak antusiasme penonton di lokasi begitu tinggi, meski penonton datang silih berganti.
Tak hanya secara luring, tayangan daring pementasan ini juga mendapat animo masyarakat yang tinggi. Pada hari pementasan tercatat lebih kurang 500 penonton menyaksikan melalui kanal YouTube Kraton Jogja dari berbagai daerah mulai dalam negeri seperti Pekalongan, Cirebon, Malang, Lampung, Pekanbaru, dan Riau, maupun dari luar negeri seperti Argentina dan California-Amerika Serikat. Tak hanya diaspora Indonesia di luar negeri, beberapa penonton dari mancanegara terpantau turut menyaksikan secara daring dan luring di Gedhong Sasana Hinggil.
“Senang sekali melihat antusiasme masyarakat menyaksikan Pergelaran Ringgit Wacucal Sedalu Natas Lampahan Arjuna Kalajaya ini, baik yang hadir langsung di Sasana Hinggil maupun yang menyaksikan secara daring. Semoga mengobati kerinduan atas sajian wayang kulit gagrag Ngayogyakarta, terlebih pementasan ini jadi pentas perdana wayang kulit di Sasana Hinggil pascarenovasi. Tentunya, kami juga berharap semua yang menyaksikan juga bisa mengambil nilai-nilai kebaikan dan ajaran luhur yang tergambar dalam rangkaian kisah Arjuna Kalajaya,” pungkas KPH Notonegoro.