Penutupan Pameran Temporer Lenggahing Harjuno Suguhkan Trilogi Bedhaya Sang Harjuno
- 07-02-2024
Sejak dibuka pada 20 Oktober 2023, Pameran Lenggahing Harjuno yang menampilkan kronik Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 sejak pangeran muda hingga naik takhta, kini sudah sampai pada penghujung ekshibisi. Serupa kala pembukaan tempo lalu, penutupan Pameran Lenggahing Harjuno juga digelar selama tiga malam berturut-turut di Kagungan Dalem Bangsal Pagelaran sejak Jumat (26/01) hingga Minggu (28/01).
“Pahargyan 80 Tahun Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 menjadi pisungsun sekaligus darma bakti dalam menghadirkan ruas-ruas cerita hidup sang pemimpin melalui pameran. Diilhami dari Sastra Wulang Serat Lenggahing Harjuno, pameran akhir tahun ini pun mengusung tajuk Lenggahing Harjuno, Sultan, Takhta, dan Kedaulatan,” ungkap GKR Bendara, Penghageng Kawedanan Hageng Nitya Budaya sekaligus Ketua Panitia Pameran.
Agenda penutupan pameran ini dihadiri oleh para undangan yang terdiri dari GKR Hemas, para Putra dan Mantu Dalem, Wayah Dalem, Sentana Dalem, Forkompimda DIY, Penghageng di lingkungan Keraton Yogyakarta, dan kolega dari Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10. Selain para undangan, masyarakat umum juga turut membanjiri selasar Bangsal Pagelaran setiap malamnya. Antusiasme masyarakat terhadap agenda penutupan ini serupa dengan antusiasme mereka terhadap pameran yang selama gelaran berhasil menyedot 183.657 pengunjung baik dari dalam maupun luar negeri. Euforia yang sama juga tampak pada berbagai agenda pendukung pameran, seperti Bedah Film Mengenal Lebih Dekat Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 (23/10/23), Napak Tilas Jejak 1998 Gubernur DIY (16/12/23), Napak Tilas Kediaman Madukismo (6/1/24), dan juga Tur Penutupan Pameran (28/1/24) dengan total 106 peserta.
Atas antusiasme ini, Keraton Yogyakarta yang diwakili oleh GKR Bendara memberikan suvenir eksklusif kepada 30 pengunjung beruntung yang diundi tiap malamnya. Sebuah apresiasi hangat atas minat masyarakat terhadap budaya Jawa, khususnya Keraton Yogyakarta.
Acara penutupan berlanjut dengan penampilan Bedhaya Sang Amurwabhumi pada malam pertama. Tarian Yasan (karya) Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 ini, merupakan tarian pertama yang diciptakan usai Ngarsa Dalem dinobatkan pada 7 Maret 1989/29 Rejeb Wawu 1921. Dasar cerita Bedhaya Sang Amurwabhumi diambil dari Serat Pararaton dengan mengusung konsep makna filosofis dari hastha karma pratama (delapan ajaran kebaikan) dan dasa paramitha (sepuluh kebajikan). Tarian ini menjadi simbolisasi dari ajaran-ajaran kebaikan bagi para pemimpin. Sebagaimana disampaikan Ngarsa Dalem,” Bedhaya adalah simbolisasi tarian, seperti dalam Bedhaya Sang Amurwabhumi yang mengisahkan tentang dasa paramitha, 10 ajaran kebaikan bagi para pemimpin. Ajaran yang disarikan dari kitab Pararaton.”
Sementara pada malam kedua penutupan, Yasan Dalem Bedhaya Tirtahayuningrat yang menjadi suguhan. Tarian ini disarikan dari Serat Lenggahing Harjuno yang ditulis sendiri oleh Sri Sultan dan untuk pertama kalinya dapat disaksikan oleh masyarakat umum. Sedangkan di malam terakhir penutupan, ditampilkan Bedhaya Harjuna Wijaya yang dibawakan dengan iringan slendro. Trilogi Bedhaya pada agenda penutupan ini juga disiarkan langsung melalui kanal YouTube Kraton Jogja.
Ketiga repertoar Yasan Dalem Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 diciptakan atas kontemplasi Ngarsa Dalem pada sosok Harjuno, salah satu pandawa. Sang Lelananging Jagad yang bertugas untuk memayu hayuning bawana. Ketokohan Harjuno menunjukkan bahwa hidup bukan sekadar kamulyan (mulia), melainkan kamukten. Sebuah teladan bahwa manusia harus selalu ingat, paham, dan mengkaji setiap kenyataan agar dia mampu menjadi terang dunia. “Tarian bedhaya dan latar belakang penciptaannya diharapkan mampu menjadi piwulang yang relevan dalam membentuk kematangan mental dan sosial. Harapannya tarian ini tidak sekadar menjadi tontonan namun juga tuntunan. Demikian halnya Pameran Lenggahing Harjuno yang menyajikan ritus hidup Sultan dengan berbagai piwulang adiluhung ini diharapkan juga mampu memberikan pembelajaran bagi masyarakat luas,” terang GKR Bendara dalam sambutan penutupan pameran.
Maka dalam temaram usai gerimis di malam itu, Pameran Lenggahing Harjuno: Sultan, Takhta, dan Kedaulatan resmi ditutup.