Gelar Labuhan Patuh, Komitmen Keraton Menjaga Keselarasan Alam
- 12-02-2024
Hajad Dalem Labuhan menjadi puncak rangkaian Peringatan Ulang Tahun ke-36 Kenaikan Takhta (Tingalan Jumenengan Dalem) Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 menurut hitungan Masehi. Sekitar pukul 08.00 WIB, ubarampe-ubarampe Labuhan yang telah diinapkan selama satu malam di Kagungan Dalem Bangsal Srimanganti diberangkatkan dari Keraton Yogyakarta. Prosesi pemberangkatan dilepas oleh Mantu Dalem KPH Wironegoro, KPH Purbodiningrat, KPH Notonegoro, dan KPH Yudanegara.
Tepat pukul 11.00 WIB, ubarampe yang telah didoakan Abdi Dalem Juru Kunci Pantai Parangkusumo Mas Penewu Surakso Jaladri dilabuh di tepi Samudra Hindia melalui Pantai Parangkusumo, Bantul, pada Minggu (11/02) atau 30 Rajab Jimawal 1957. Pantai Parangkusumo menjadi lokasi pertama pelaksanaan Labuhan, sementara dua Labuhan lainnya yakni Labuhan Merapi dan Labuhan Lawu dilaksanakan keesokan harinya.
Ubarampe yang dilabuh di Pantai Parangkusumo antara lain yatra tindih, layon sekar, sela, ratus, lisah klonyoh, serta beberapa lembar Ageman Dalem. Terdapat pula ubarampe berupa kenaka (potongan kuku) dan potongan rikma (rambut) Sri Sultan yang ditanam di dalam Petilasan Cepuri Parangkusumo. Seluruh ubarampe tersebut telah didoakan di Pendapa Pantai Parangkusumo dan dicocokkan kembali kelengkapannya.
Sebelum dilakukan kedua prosesi tersebut, ubarampe terlebih dulu diserahterimakan Utusan Dalem KRT Wijoyo Pamungkas bersama KRT Wiraguna kepada Kepala Kundha Kabudayan Kabupaten Bantul Mas Riya Praja Setya mewakili Bupati Bantul di Kantor Kapanewon Kretek pukul 08.30 WIB.
Bersamaan dengan dilakukannya prosesi Labuhan Parangkusumo, dilakukan agenda serah terima ubarampe Labuhan Merapi dan Labuhan Lawu. Untuk Labuhan Merapi, Pendapa Kapanewon Depok, Sleman, menjadi tempat persinggahan pertama rombongan pembawa ubarampe. Di Kapanewon Cangkringan, Ubarampe kemudian diserahterimakan Utusan Dalem KRT Widya Bayupamungkas didampingi KRT Widya Winata kepada Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo yang diserahkan kepada Abdi Dalem Juru Kunci Merapi Mas Wedana Surakso Hargo Asihono. Untuk Labuhan Lawu, ubarampe diserahterimakan Utusan Dalem KRT Rintaiswara dan KRT Widyacandra Ismayaningrat secara langsung kepada Abdi Dalem Juru Kunci Gunung Lawu Mas Bekel Surakso Hargolawu di rumah sang juru kunci, Karanganyar, Jawa Tengah.
Senin (12/02) pagi atau 1 Ruwah Jimawal 1957 atau sehari setelah pelaksanaan Labuhan Parangkusumo, dilaksanakan Hajad Dalem Labuhan Merapi. Prosesi Labuhan dipimpin Abdi Dalem Juru Kunci Merapi Mas Penewu Surakso Hargo Asihono yang memulai pendakian dari Kinahrejo (Petilasan Mbah Maridjan) sekitar pukul 06.00 WIB menuju Petilasan Srimanganti, Alas Bedengan.
Ubarampe Labuhan Merapi terdiri antara lain Sinjang Cangkring, Sinjang Kawung Kemplang, Semekan Gadhung Mlathi, Semekan Gadhung, Semekan Banguntulak, Terung Wuluk, Kampuh Paleng, Destar Daramuluk, Destar Udaraga, dan Artha Tindih.
“Labuhan Merapi tahun ini berjalan seperti biasa, tidak ada perubahan, jadi seperti tahun-tahun yang kemarin,” jelas Juru Kunci Merapi MW Surakso Hargo Asihono. Ia juga memastikan, meskipun Labuhan dilaksanakan di tahun politik, tidak ada pesan khusus dari Ngarsa Dalem. “Tidak ada pesan khusus. Inti dari Labuhan tetap sama yakni permohonan perlindungan kepada Yang Mahakuasa, menjauhkan dari segala keburukan. “Sehingga ada prosesi pemanjatan doa setibanya di Petilasan Srimanganti, tempat dilaksanakannya prosesi Labuhan Merapi,” jelasnya.
Adapun malam sebelum pelaksanaan Labuhan Merapi, digelar pementasan Wayang Kulit semalam suntuk di Desa Kinahrejo yang merupakan inisiasi masyarakat dan Dinas Kebudayaan DIY.
Secara hampir bersamaan dengan Labuhan Merapi, dilaksanakan Hajad Dalem Labuhan Lawu yang dipimpin Abdi Dalem Gunung Lawu Mas Bekel Surakso Hargo Lawu di Hargo Dalem, Gunung Lawu. Jenis ubarampe yang dilabuh di Gunung Lawu ini yakni Ubarampe Kasepuhan dan Kaneman.
Sebelum dilakukan prosesi Labuhan Lawu, malam sebelumnya diselenggarakan prosesi Sugengan di kediaman Abdi Dalem Juru Kunci Gunung Lawu. Tepat tengah malam, Juru Kunci Gunung Lawu bersama pengiring, membawa ubarampe menuju Hargo Dalem dengan jarak sekitar 7-8 jam pendakian. Prosesi Labuhan Lawu ditutup dengan upacara lorodan ubarampe keesokan harinya, Selasa (13/02) yaitu upacara penggantian ubarampe tahun lalu dengan ubarampe baru tahun ini.
Pada setiap pelaksanaan upacara Labuhan, akan diberikan pinungsun yang berupa hasil laut, tumbuhan gunung, ataupun hewan peliharaan kepada Keraton Yogyakarta sebagai pertanda bahwa upacara Labuhan telah selesai dilaksanakan. Prosesi ini juga menjadi simbol yang menjadi bukti bahwa seluruh rangkaian Hajad Dalem Tingalan Jumenengan Dalem telah berakhir.
Penghageng II Kawedanan Widya Budaya KRT Rintaiswara yang juga menjadi Utusan Dalem Labuhan Lawu menyampaikan bahwa Labuhan sejatinya merupakan upaya untuk memperindah keindahan dunia, Memayu Hayuning Bawono. Asal katanya berasal dari kata labuh yang artinya membuang, meletakkan, atau menghanyutkan. “Maksud dari labuhan ini adalah sebagai doa dan pengharapan untuk membuang segala macam sifat buruk,” ujar Kanjeng Rinto, Sabtu (10/02) di Keraton Yogyakarta.
Segala ubarampe yang dilabuh juga memiliki makna dan filosofi masing-masing. “Intinya adalah menyampaikan rasa syukur dan doa kepada Yang Mahakuasa untuk keselamatan dan kesejahteraan Ngarsa Dalem, keluarga serta para Abdi Dalem,” imbuh Kanjeng Rinto.
Lokasi yang dipilih sebagai tempat pelaksanaan Upacara Labuhan karena dinilai penting dan memiliki nilai historis terkait keberadaan keraton. Dipilihnya petilasan sebagai lokasi upacara Labuhan adalah sebagai wujud menghargai, menghormati, merenungi, perjuangan raja-raja pendahulu Keraton Yogyakarta.