Uyon-Uyon Hadiluhung Senin Pon 15 Juli 2024
- 12-07-2024
Warsa Enggal atau Tahun Baru Je 1958 telah tiba. Mengawali tahun baru dalam penanggalan Jawa, Kawedanan Kridhamardawa Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar Uyon-Uyon Hadiluhung untuk memperingati hari kelahiran (Wiyosan Dalem) Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10. Hajad Dalem rutin setiap Senin Pon (malam Selasa Wage) kali ini bertepatan pada tanggal 8 Sura Je 1958.
Selain menyajikan serangkaian komposisi gendhing, Uyon-Uyon Hadiluhung yang dalam penanggalan Masehi digelar pada Senin, 15 Juli 2024 turut menampilkan Beksan Jiwa Taruna. Masyarakat dapat berpartisipasi secara luring dalam agenda ini dengan kuota terbatas melalui reservasi yang telah penuh hanya dalam waktu 2 jam setelah dibuka pada Senin (8/7) lalu. Seluruh pengunjung yang menyaksikan Uyon-Uyon Hadiluhung secara luring pun diwajibkan untuk menggunakan busana sesuai pranatan atau ketentuan yang berlaku di lingkungan keraton, yakni busana pranakan (untuk pria) dan kebaya tangkepan jangkep (untuk perempuan).
Meski begitu, bagi masyarakat yang tidak dapat hadir langsung di Kagungan Dalem Bangsal Kasatriyan tetap dapat menyaksikan gelaran Uyon-Uyon Hadiluhung secara daring melalui siaran langsung di kanal YouTube Kraton Jogja mulai pukul 19.00 WIB.
Komposisi Gendhing
- Pambuka: Ladrang Raja Manggala Laras Pelog Pathet Nem.
- Soran: Gendhing Merang Dawa Laras Slendro Pathet Manyuro, Kendhangan Candra.
- Lirihan I: Gendhing Rujit Laras Pelog Pathet Lima, Kendhangan Lahela.
- Gendhing Lampah Beksan Jiwa Taruna.
- Lirihan II: Gendhing Are – Are Laras Laras Pelog Pathet Barang, Kendhangan Sarayudha.
- Lirihan III: Gendhing Giwang Gunjing Laras Slendro Pathet Manyura, Kendhangan Candra.
- Panutup: Ladrang Sri Kondur Laras Slendro Pathet Manyura.
Sinopsis Beksan Jiwa Taruna
Beksan Jiwa Taruna merupakan beksan kakung Yasan (karya tari) Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10. Sebagaimana beksan sekawanan, tarian ini dibawakan oleh empat orang penari laki-laki dengan karakter gagah. Dasar cerita beksan ini mengambil dari manuskrip koleksi Kridhamardawa yang kini disimpan di Kawedanan Widyabudaya yang berjudul Lampah-Lampahing Lelangen Beksan Wiratamtama (Jaka Tingkir). Beksan Jiwa Taruna pun ditampilkan sebagai bentuk rekonstruksi dan interpretasi baru berdasarkan naskah Beksan Wiratamtama tersebut.
Beksan Jiwa Taruna mengisahkan perjalanan Jaka Tingkir untuk mengabdi ke Demak sebelum kemudian menjadi raja pertama Kerajaan Pajang dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Pengabdian Jaka Tingkir di Demak mengalami banyak lika liku, antara lain mengalahkan Dhadhungawuk, dikeluarkan dari keprajuritan, hingga akhirnya kembali mengabdi ke Demak. Dalam perjalanan, Jaka Tingkir juga mengalahkan siluman buaya Bajul Gilig serta kerbau Kebondanu, dan akhirnya menjadi lurah prajurit berjuluk Wira Tamtama.
Pendukung Tari
Paraga Patuh
- MB Danumatoyo
- Mg Caesar Jamal
- Mg Samiaji
- Mg Wira Ade
Paraga Bela: MB Sinangmatoyo
Pamucal Beksa
- KRT Condrowasesa
- RRy Brotoatmojo
- RRy Dwija Suharto
Panata Gendhing Beksan: MRy Susilomadya
Panata Gendhing Uyon-uyon: MJ Panyutra
Pemaos Kandha: RRy Brotoatmojo
Keprak: RW Widodomondro
Panata Busana: MB Kayunsumekto
Pimpinan Produksi: MJ Harismatoyo