Peringati Peristiwa 6 Jam di Jogja, Keraton Yogyakarta Gelar Pentas Musikan Mandalasana
- 01-03-2021
Serangan Oemoem (SO) 1 Maret 1949 merupakan salah satu peristiwa bersejarah di Yogyakarta tentang perjuangan dalam mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia. Setelah bertempur selama 6 jam, tentara bersama rakyat berhasil memukul mundur Belanda dan menduduki kembali Yogyakarta yang saat itu menjadi ibu kota Indonesia. Hal tersebut mendorong Abdi Dalem Musikan di bawah naungan KHP Kridhomardowo Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat untuk kembali menampilkan Pentas Musikan Mandalasana bertajuk “6 Jam di Jogja”. Pentas ini digelar pada hari Senin, 1 Maret 2021 di Kagungan Dalem Bangsal Mandhalasana, tepat pukul 08.00 WIB, bersamaan dengan bunyi sirene peringatan Serangan Oemoem 1 Maret di beberapa titik di Yogyakarta.
“Pentas Musikan Mandalasana untuk peringati 6 Jam di Jogja ini sebenarnya dibuat untuk mengajak masyarakat kembali mengingat perjuangan 6 jam di Jogja pada 1 Maret 1949. Serangan yang diinisiasi Sri Sultan Hamengku Buwono IX tersebut membuka mata dunia bahwa kedaulatan Republik Indonesia masih ada. Jadi, mari kita bersama-sama meneladani serta mengingat perjuangan beliau dan pejuang-pejuang lain yang telah gugur dalam mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia,” ungkap KPH Notonegoro.
Semangat perjuangan tersebut memantik Abdi Dalem Musikan untuk mewujudkan Pentas Musikan yang diawali dengan aransemen pembuka yaitu Gati Mardawa, kemudian dilanjutkan dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Beberapa repertoar lagu seperti Yogyakarta Berhati Nyaman, Yogyakarta Indah, Sepasang Mata Bola, Ilir Ilir, Sepanjang Malioboro, Mars Jogja Kembali, dan Bagimu Negeri juga diperdengarkan.
Pentas Musikan Mandalasana untuk peringati 6 Jam di Jogja diawali dengan iringan korps musik prajurit Keraton Yogyakarta. Iringan prajurit atau kirab ini menjemput para Abdi Dalem Musikan dari area Kasatriyan menuju Bangsal Mandhalasana yang terletak di plataran kedhaton.
Hal yang istimewa dari Pentas Musikan kali ini adalah hadirnya 3 konduktor atau pengabasecara bergantian. Yang pertama KRT Waditrowinoto, selaku pengajeng atau kepala golongan Abdi Dalem Musikan. Selanjutnya adalah MB Widyoyitnomardowo atau yang dikenal dengan Joko ‘Lemazh’ Suprayitno yang merupakan arranger dari lagu-lagu yang dibawakan pada Pentas Musikan. Terakhir pengaba untuk lagu Sepasang Mata Bola yakni Penghageng KHP Kridhomardowo, KPH Notonegoro.
Masih dalam masa pandemi Covid-19, Keraton Yogyakarta menggelar pementasan ini secara virtual melalui siaran langsung di kanal Youtube Kraton Jogja. Abdi Dalem yang bertugas juga menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Jumlah pemusik pun dibatasi agar tetap bisa menjaga jarak (physical distancing).
Pentas Musikan ini diharapkan bisa dimaknai sebagai ajakan kepada masyarakat untuk meneruskan perjuangan para pendahulu demi terciptanya Indonesia yang lebih baik. “Harapannya setelah menyaksikan Pentas Musikan tadi, masyarakat bisa terhibur sekaligus terpantik semangatnya untuk tetap berkarya dan berjuang di bidang masing-masing. Apalagi di masa pandemi seperti ini, kita harus berjuang lebih keras dari sebelumnya. Semoga sajian dari kanca-kanca Musikan bisa menyuntikkan semangat bagi semuanya,” tutup KPH Notonegoro.