Pementasan Wayang Kulit Bedhol Songsong Iringi Dicabutnya Payung Agung

Bagi Keraton Yogyakarta sudah menjadi tradisi untuk menghadirkan pementasan wayang kulit semalam suntuk saat bedhol songsong berlangsung. Hal tersebut dihadirkan kembali oleh Kawedanan Kridhamardawa dalam tajuk Bedhol Songsong: Pergelaran Ringgit Wacucal Sedalu Natas Lampahan Darmadewa - Darmadewi pada Senin (16/09) di Kagungan Dalem Bangsal Pagelaran, dan dimulai sejak pukul 20.00 WIB.

Bedhol Songsong ini sebenarnya kan rangkaian Hajad Dalem Garebeg ya, ada di (bulan) Mulud dan Sawal yang memang dulunya pada dua Hajad Dalem besar ini ada pisowanan. Sesuai namanya, inti dari Bedhol Songsong itu ya mbedhol atau mencabut songsong atau payung, sebagai penanda kepulangan pejabat administratif Sultan dari luar keraton. Lalu diberikan hiburan pementasan wayang kulit semalam suntuk. Nah itu yang coba kita rekonstruksi,” papar KPH Notonegoro, Penghageng Kawedanan Kridhamardawa.

Rangkaian Bedhol Songsong Mulud Je 1958 kali ini memang sedikit berbeda dari biasanya. Tak hanya menampilkan pertunjukan wayang kulit yang dibawakan oleh MB Cermo Suwondo selaku dalang, keraton juga menghadirkan esensi utama bedhol songsong yakni mencabut payung agung (songsong ageng) yang ada di Pagelaran sejak Hajad Dalem Garebeg Mulud berlangsung Senin (16/09) pagi.

Menira, Notonegoro, anglajengaken Dhawuh Dalem, Mas Cermo Suwondo sapuniki ingkang dados Kersa Dalem nindaake Hajad Dalem Bedhol Dongsong,” tutur KPH Notonegoro yang diartikan bahwa meneruskan Dhawuh Dalem (perintah Sultan) untuk mempersilakan Mas Bekel Cermo Suwondo menjalankan Hajad Dalem Bedhol Songsong sebagai dalang.

Usai meneruskan Dhawuh Dalem tersebut, KPH Notonegoro menyerahkan dua tokoh wayang yakni tokoh Darmadewa dan Darmadewi, kepada MB Cermo Suwondo sebagai penanda dimulainya Bedhol Songsong. Bersamaan dengan itu, songsong ageng dan beberapa songsong lain yang telah terpasang di sekitar Bangsal Pagelaran mulai dicabut dan disimpan lagi oleh Abdi Dalem yang bertugas. Meski tak sepenuhnya sama seperti bedhol songsong pada masa lampau, namun hal ini menjadi salah satu upaya revitalisasi dan rekonstruksi berbagai Hajad Dalem yang kini tengah digencarkan oleh Keraton Yogyakarta.

Desain Postingan 3

Penyerahan dua tokoh wayang tersebut juga menjadi penanda dimulainya pementasan wayang kulit. “Lakon ini merupakan carangan Yasan Dalem Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10. Cerita Darmadewa – Darmadewi mengisahkan tentang Batara Wisnu mengemban tugas berat sebagai Jagadsaksana, yaitu menjaga ketenteraman dan keseimbangan dunia,” jelas RJ Cermowacono selaku pimpinan produksi dalam rangkaian bedhol songsong.

Tugas Batara Wisnu sebagai Jagadsaksana ini mengakibatkan serangkaian peristiwa, yakni lahirnya tokoh Bomasura, Darmadewa, dan Darmadewi. Bomasura mampu memainkan perannya secara total sebagai pengumbar angkara murka. Sebaliknya, Darmadewa dan Darmadewi menjalankan tugas untuk menebar kedamaian dan cinta kasih di dunia. Selanjutnya, Batara Wisnu, Darmadewa, dan Darmadewi terus melakukan pengembaraan, untuk mencari manusia yang mampu menjaga keseimbangan dan kedamaian di dunia.

Desain Postingan 5

Dengan segala liku-liku hidup yang panjang, akhirnya mereka bertiga berhasil mencari cara, agar sifat angkara murka Bomasura dapat dikendalikan. Darmadewa dan Darmadewi juga berhasil menjelma ke dalam diri sosok pria dan wanita yang tepat, hingga keduanya memasuki jenjang pernikahan.

Pentas wayang kulit semalam suntuk dalam bedhol songsong kali ini juga sedikit berbeda dari biasanya. Pada bedhol songsong sebelumnya, kanal YouTube Kraton Jogja hanya menyiarkan satu live streaming yang menampilkan pertunjukan wayang kulit utuh. Namun kali ini penonton yang menyaksikan secara daring dapat menikmati dua siaran langsung sekaligus. “Yang kedua kami khususkan untuk yang membutuhkan alihbahasa ke bahasa Inggris, dialihbahasa secara spontan oleh Dr. Kathryn Kitsie Emerson,” tambah RJ Cermowacono.

Desain Postingan 8

Masyarakat tampak antusias menyambangi Kagungan Dalem Pagelaran secara silih berganti. Selama 8 jam sejak Senin (16/09) pukul 20.00 WIB, tak hanya penonton luring, namun penonton daring juga tampak aktif berinteraksi di kolom live chat dengan moderator dari Kawedanan Kridhamardawa. Selasa (17/09) pagi sekitar pukul 04.00 WIB, gunungan wayang pun ditancapkan di pelepah pisang yang merupakan bagian dari satu set kelir wayang, penanda tancep kayon atau berakhirnya pementasan wayang kulit semalam suntuk. Cerita Darmadewa - Darmadewi telah usai dibawakan, penanda Hajad Dalem Garebeg Mulud Je 1958 telah purna terlaksana.