Jalin Kolaborasi, Yogyakarta Royal Orchestra Meriahkan Dies Natalis ke-69 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Gendhing Surceli terdengar mengalun nyaring usai pekikan “Raus” menggema di Auditorium Driyarkara Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta, penanda Miyos Dalem (hadirnya) Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10. Ngarsa Dalem didampingi oleh KPH Notonegoro—Mantu Dalem yang juga merupakan Penghageng Kawedanan Kridhamardawa—tampak berjalan bersama dengan Rektor USD, Albertus Bagus Laksana, S.J., S.S., Ph. D memasuki auditorium. Berurutan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Himne Sanata Dharma pun dinyanyikan, penanda dimulainya Konser Kolaborasi Paduan Suara Mahasiswa Cantus Firmus dan Yogyakarta Royal Orchestra (YRO) yang digelar pada Sabtu malam (07/12) dalam rangka Dies Natalis ke-69 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Desain Postingan 20

“Kolaborasi menjadi salah satu roh semangat USD memasuki usia baru. Untuk bekerja bersama mencerdaskan kehidupan bangsa dan merawat semesta. Semoga konser kolaborasi malam ini membuat momen perayaan Dies Natalis lebih istimewa, dalam rangka memelihara kebudayaan, menciptakan harmoni, yang membuat kita terus bergerak menghidupi hati kita,” tutur Romo Bagus—sapaan akrab Rektor USD—dalam sambutannya.

Desain Postingan 6

Sambutan Rektor USD pun menjadi istimewa usai ditutup dengan tembang Pangkur karya dosen Sastra Indonesia USD, Dr. Fransisca Tjandrasih Adji. Tembang yang dipersembahkan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta untuk Ngarsa Dalem tersebut dilantunkan oleh sinden Nyi MB Larasati, dengan lirik yang bermakna doa dan harapan rakyat untuk kemuliaan raja, mengayomi tanpa membedakan dan mencintai budaya.

Desain Postingan 1

“Musik merupakan bahasa universal yang mampu melampaui batas dan waktu sehingga bisa dinikmati siapa pun. Kolaborasi seperti ini tidak terjadi secara instan, tapi memerlukan proses dan kedisiplinan. Dalam proses ini muncul makna penting bahwa usaha memelihara keberagaman dapat menciptakan sesuatu yang lebih besar. Kolaborasi tidak akan pernah terjadi tanpa keberagaman. Kita semua patut mengapresiasi kolaborasi malam ini,” ungkap Ngarsa Dalem saat memberikan sambutan.

Desain Postingan 5

Ngarsa Dalem kemudian berkenan menerima plakat penghargaan yang diserahkan langsung oleh Rektor Universitas Sanata Dharma dan Sekretaris Yayasan Sanata Dharma, Drs. A. Triwanggono, M.S. Plakat tersebut berisi relief yang menggambarkan sumbu filosofi Yogyakarta dan lirik dari tembang Pangkur yang telah dilantunkan sebelumnya.

Desain Postingan 4

Menjadi lagu pembuka dalam sesi pertama konser kolaborasi, Medley Suara Suling & Menthok-Menthok dan lagu Fantasia on Turi-Turi Putih begitu menghipnotis di bawah arahan pengaba Mas Jajar Manggalawaditro. Hadir berikutnya, lagu Lir Ilir yang menyajikan solo flute oleh Gadang Wahyu Arafah. Tampil memukau kemudian, lagu Indonesia Pusaka yang diwarnai oleh penampilan solo cello oleh Gian Nugra Adanta dengan menghadirkan latar visual potret kehidupan dan kekayaan alam di Indonesia. Disusul dua lagu berikutnya menjadikan kolaborasi Yogyakarta Royal Orchestra (YRO) dengan PSM Cantus Firmus yang membawakan lagu Gundul-Gundul Pacul dan Yen Ing Tawang Ana Lintang. Lebih istimewa lagi, karena lagu keenam dalam konser kolaborasi ini juga menghadirkan kolaborasi dengan cokekan dari Kawedanan Kridhamardawa.

Desain Postingan 12

Sesi kedua konser dibuka dengan penampilan memukau solo violin oleh MJ Cokrowaditro dalam lagu Concerto Nusantara yang dibawakan lengkap—tiga Movement—tanpa terlewat dengan latar visual keindahan alam Indonesia sesuai medley lagu daerah yang dibawakan.

Desain Postingan 11

Hadir berikutnya dua nomor yang menjadi kolaborasi YRO bersama cokekan, dua lagu yang menjadi primadona di konser-konser YRO yakni Jenang Gula dan Lela Ledhung. Lagu Padhang Bulan yang biasanya menghadirkan trio flute-violin-cello, kali ini berfokus pada kolaborasi harmoni suara PSM Cantus Firmus dan orkestra oleh YRO. Menyusul kemudian, lagu Sepasang Mata Bola menghadirkan solo vokal tenor dari salah satu pendamping UKM paduan suara yakni Ir. Budi Setyahandana, M.T., dan terakhir lagu Yogyakarta karya Anton Issoedibyo yang menampilkan solo vokal tenor dari salah satu anggota PSM Cantus Firmus, Silvestrelius Bryantara.

Desain Postingan 14

Menjadi penutup, lagu Tanah Airku pun dinyanyikan oleh semua penonton yang hadir di Auditorium Driyarkara sebelum Gendhing Surceli kembali menggema, penanda Ngarsa Dalem telah jengkar atau meninggalkan area konser.

Desain Postingan 10

“Bisa dibilang adalah konser all-hits YRO, karena hampir semua lagu-lagu aransemen MP Widyoyitnowaditro yang menjadi primadona masyarakat, dibawakan dalam Konser Kolaborasi ini. Jadi konser dengan lagu terbanyak yang pernah dibawakan, sehingga semoga para penikmat karya YRO bisa terpuaskan. Bagi yang ketinggalan konser kali ini, semoga bisa merapat di konser berikutnya yaitu Konser Warawaditra, esok Sabtu 14 Desember 2024 di Pagelaran Keraton Yogyakarta,” pungkas ML Widyotantomardowo—pimpinan produksi dalam konser kolaborasi YRO. Adapun informasi lengkap untuk konser Warawaditra sebagai Konser Akhir Tahun YRO 2024 bisa disimak melalui media sosial resmi @kratonjogja.event.