Segenap Abdi Dalem Bahu Membahu Lancarkan Peringatan Tingalan Jumenengan Dalem
- 07-02-2025

Akhir bulan Rejeb (kalender Jawa) menjadi hari-hari yang padat bagi Keraton Yogyakarta. Segenap kerabat keraton dan Abdi Dalem bergotong royong, bersatu padu untuk menyiapkan Tingalan Jumenengan Dalem (peringatan kenaikan takhta Sri Sultan) sesuai dengan tugasnya masing-masing.
Bucalan
Senin (27/01) pagi, sekelompok Abdi Dalem Keparak berpencar di seputar keraton, hingga ke empat titik mata angin di luar benteng keraton, untuk menghaturkan bucalan. Prosesi ini merupakan penyajian sesaji ke tempat-tempat khusus sebagai simbol permohonan keselamatan dan kelancaran untuk seluruh rangkaian Hajad Dalem Tingalan Jumenengan.
Bucalan terdiri antara lain tumpeng kecil dengan lima warna, buah-buhan, serta bunga. Tugu Pal Putih, Panggung Krapyak, Kali Code, dan Kali Winongo adalah titik utama di luar tembok keraton yang menjadi tempat peletakan bucalan. Sedangkan di dalam keraton ada sekitar puluhan titik meliputi sudut-sudut, seperti sumber mata air, dapur, dan regol (pintu gerbang).
Ngebluk dan Ngapem
Masih pada hari yang sama, sekitar pukul 09.00 WIB, Putri Sulung Sri Sultan GKR Mangkubumi memimpin prosesi ngebluk di Bangsal Sekar Kedhaton. Praktiknya identik dengan suara bluk, bluk, yang berasal dari proses pembuatan adonan. Agenda ini dihadiri pula oleh seluruh Putri Dalem, Sentana Dalem Putri (kerabat perempuan Sultan) serta Abdi Dalem Keparak, semuanya bahu-membahu untuk menyiapkan dan memasak kue apem.
Inti prosesi ngebluk adalah membuat adonan (jladren) yang akan dibuat menjadi apem keesokan harinya. Adonan yang terdiri dari tepung beras, tapai singkong yang telah dilumat, gula pasir, gula jawa cair, dan air secukupnya tersebut dicampur merata di dalam pengaron. Setelah tercampur dengan baik, adonan dimasukkan ke dalam dua enceh untuk didiamkan selama satu malam agar mengembang.
Setelah prosesi ngebluk, keesokan harinya Selasa (28/01) pagi, rangkaian acara dilanjutkan dengan ngapem. Ngapem merupakan proses membuat apem, kue basah berbentuk bulat. Pembuatan apem dibedakan menjadi dua ukuran, apem alit yang berukuran kecil dibuat oleh Permaisuri Dalem dan Putri Dalem, sementara apem besar atau disebut apem mustaka hanya dapat dibuat oleh Sentana Dalem Putri yang telah berhenti haid. Apem Mustaka ini nantinya akan disusun di Gedhong Prabayeksa sesuai dengan tinggi badan Sultan dan apem lain selanjutnya menjadi salah satu kelengkapan ubarampe yang dilabuh saat dilaksanakannya upacara labuhan.
Bersamaan dengan ngapem, Kanca Widya Budaya melakukan pemindahan berbagai ubarampe yang akan dilabuh dari Kawedanan Widya Budaya menuju Bangsal Manis guna diteliti kembali kelengkapannya. Turut hadir pada saat prosesi pemindahan ubarampe, putri sulung GKR Mangkubumi, RAj Artie Ayya Fatimasari. Selanjutnya, ubarampe diinapkan satu malam di Gedhong Prabayeksa untuk keesokan harinya dipindahkan ke Bangsal Srimanganti sebelum dilabuh.
Sugengan
Sugengan dilaksanakan tepat pada hari peringatan penobatan Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 dalam penanggalan Jawa, yakni 29 Rejeb, tahun ini bertepatan pada Rebo Legi (29/01) atau 29 Rejeb Je 1958. Sugengan dijalankan sebagai upacara selamatan dan doa permohonan kepada Tuhan supaya Sri Sultan mendapatkan usia yang panjang, Keraton Yogyakarta senantiasa dalam keselamatan, dan masyarakat dalam naungan kemakmuran. Hal ini sejalan dengan yang dituturkan oleh KRT Widya Winata sebagai Penghageng II Kawedanan Widya Budaya bahwa, “Doa dalam prosesi sugengan akan dituturkan untuk Sultan sebagai Sampeyan Dalem (raja), kemudian untuk Keprabon Dalem (takhta) yang berarti takhta Sultan supaya lebih baik daripada pendahulunya, dan seluruh masyarakat karena Sultan adalah seorang pengayom.”
Persiapan sugengan dimulai sejak pukul 05.00 WIB, saat GKR Mangkubumi meletakkan 3 buah Apem Mirunggan di Gedhong Prabayeksa. Tepat pukul 07.00 WIB, seluruh sesaji dan hidangan sugengan dari Pawon Gebulen dan Pawon Sekullanggen telah siap disediakan oleh Abdi Dalem Boja di Tratag Bangsal Kencana sayap selatan. Selanjutnya GKR Condrokirono, GKR Hayu, GKR Bendara dan RAj Arti Ayya Fatimasari Wironegoro mulai menyiapkan apem serta uborampe labuhan di dalam Gedhong Prabayeksa. Kemudian, semuanya beriringan keluar menuju Bangsal Kencana, barisan paling depan oleh Abdi Dalem Keparak pembawa pedupaan. Diikuti Abdi Dalem Keparak yang membawa ± 600 biji apem alit dan 75 biji apem mustaka.
Dipimpin oleh GKR Mangkubumi, prosesi Sugengan dimulai pukul 11.00 WIB. Mas Bekel Amat Taufik S.Sos.I dari Abdi Dalem Urusan Pengulon memimpin doa dengan berdiri di tengah-tengah hadirin menghadap ke barat. Tidak hanya sekadar mendoakan kesehatan dan kecemerlangan takhta Sri Sultan, namun juga diungkapkan permohonan untuk keselamatan serta kemakmuran Kaluwarga Dalem, para Abdi Dalem, juga seluruh masyarakat Yogyakarta. Puncak upacara ini juga turut dihadiri oleh KPH Wiranegara, serta Abdi Dalem perwakilan dari seluruh kawedanan.
Setelah doa rampung dilantunkan, seluruh ubarampe labuhan dipindah menuju Bangsal Srimanganti dan diinapkan semalam sebelum keesokan harinya dilabuh di tiga tempat yang berbeda. Upacara ditutup dengan pembagian hidangan sugengan dan apem alit kepada seluruh Abdi Dalem yang turut serta. Biasanya Abdi Dalem juga akan berbagi besek berisi takir makanan dan apem alit yang didapatkan kepada Abdi Dalem lain di Tepas atau Kawedanannya masing-masing. Pembagian hidangan ini menjadi wujud rasa dermawan seorang Sultan kepada seluruh Abdi Dalem.