GKR Bendara dan KPH Yudanegara Menghadiri Tingalan Wiyosan Jumenengan Mangkoenagoro X

Dalam balutan busana Besiyaran, GKR Bendara didampingi KPH Yudanegara menghadiri Tingalan Wiyosan Jumenengan Dalem Adipati Mangkoenagoro X pada Jumat Kliwon (07/02) atau 8 Ruwah Je 1958 di Pendapa Ageng Pura Mangkunegaran Surakarta. Putri Dalem dan Mantu Dalem Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 tersebut menjadi wakil dari Karaton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. 

Desain Postingan 1

Upacara peringatan kenaikan takhta dimulai pada pukul 09.00 WIB ketika Sri Paduka Mangkoenagoro X keluar dari kediamannya menuju ke Ndalem Ageng. Selama berada di Ndalem Ageng, Abdi Dalem Yogiswara memimpin doa demi kepentingan bersama. Kemudian Sri Paduka Mangkoenagoro X Miyos menuju Paringgitan didampingi dua Pangeran dan diiringi 12 Ampilan Dalem. Setidaknya perwakilan dari Keraton Surakarta, Keraton Yogyakarta, dan Kadipaten Pakualaman yang turut duduk di Paringgitan disapa secara langsung oleh Sri Paduka Mangkoenagoro X sebelum akhirnya duduk di singgasana.

Desain Postingan 3

Dalam kedudukannya, Sri Paduka Mangkoenagoro tidak hanya hadir bersama Ampilan Dalem yang menyertai. Kawedanan Panti Budaya Kemantren Langenpraja menampilkan Bedhaya Anglir Mendung. Tarian ini menjadi pusaka yang dibawakan oleh 7 penari gadis dan menggambarkan suasana laga perang yang dihadapi oleh pendiri Kadipaten Mangkunegaran di Desa Kasatriyan, Ponorogo. Gumpalan awan yang bergelayut kala itu ditafsirkan sebagai awal mula penamaan Bedhaya Anglir Mendung. 

Tingalan Wiyosan Jumenengan Dalem ke-3 Sri Paduka Mangkoenagoro X diterjemahkan dalam sengkalan luhur ‘Dwipaka Yaksa Wiwaraning Jagad’ yang berarti 1985 dalam tahun Jawa. Penanda tahun tersebut digambarkan berwujud dua gajah besar yang saling bersatu menyunggi dunia hingga membentuk sebuah gapura. 

Desain Postingan 7

Tidak berhenti disitu saja, perwakilan dari keluarga Mangkunegaran hadir untuk membacakan doa dan pengharapan. Setidaknya dua perwakilan keluarga membacakannya dalam bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Dilanjutkan dengan pembacaan Sabda Kanjeng Gusti atas rasa terima kasih atas berkenannya kehadiran para tamu dan bagaimana pengharapan yang ingin dilangsungkan dalam tahun yang baru.

Gusti Kanjeng Ratu Bendara menggarisbawahi bagaimana peradaban Mataram perlu menapaki peranan dalam peradaban, bahwasanya “Momentum Tingalan Jumenengan Adipati Mangkoenagoro X menjadi ruang pertemuan logika dan rasa yang kontekstual, seperti yang disampaikan dalam sambutan Kanjeng Gusti. Peristiwa budaya ini memberi gambaran bahwa peradaban Mataram relevan untuk terus digali nilai budi pekertinya, serta diaplikasikan di tengah zaman yang terus berkembang.” Peringatan kenaikan takhta juga menjadi sebuah refleksi perjalanan dalam memimpin dan melestarikan budaya Jawa. 

Desain Postingan 9

Pendapa Ageng Pura Mangkunegaran hadir menjadi salah satu pendapa paling besar di Asia Tenggara. Berada di bawah hiasan singup bertajuk Kumudawati, setidaknya 500 orang berkumpul dengan khidmat. Perayaan ini selain dihadiri oleh perwakilan kerajaan juga didapati banyak kolega. Seperti Wali Kota Surakarta, Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, seniman, kalangan wirausaha, hingga aktris dan aktor tanah air.