Quintet Battle Waditra Pralaga: Warawaditra vs Narawaditra, Laga Musik Penuh Kegembiraan

Mendung yang menggantung tak menyurutkan antusiasme warga Yogyakarta dan sekitarnya untuk datang ke pelataran Kamagangan Keraton Yogyakarta. Sore itu, Jumat (14/02), Kawedanan Kridhamardhawa menggelar konser spesial bertajuk Waditra Pralaga: Warawaditra vs Narawaditra. Kepopuleran Yogyakarta Royal Orkestra (YRO) lagi-lagi terbukti dengan mengalirnya ribuan penonton sejak gerbang dibuka pukul 14.00 WIB.

Desain Postingan 1

Waditra Pralaga merupakan konser pertama YRO pada tahun 2025, sekaligus yang pertama mengangkat konsep “laga”. Tim quintet Warawaditra (putri) dan Narawaditra (putra) beradu kelihaian bermain musik dalam lima ronde. Di tiap ronde, penonton diminta memberikan suara untuk tim yang mereka anggap lebih baik lewat tautan yang sudah disediakan. Perolehan dukungan ditayangkan secara langsung hingga penonton turut berdebar. Kehadiran dua salaoto, Abdi Dalem komedian yang menggalang dukungan untuk masing-masing tim, memunculkan kelucuan dan tawa. Pertunjukan yang biasanya formal menjadi seru dan segar. 

Desain Postingan 3

Ide pralaga dicetuskan oleh KPH Notonegoro, Pengageng Kawedanan Kridhamardawa yang menaungi Yogyakarta Royal Orchestra, “Sebetulnya ide ini muncul setelah setelah di akhir tahun kemarin kami menghadirkan konser Warawaditra atau women orchestra. Kami kemudian berpikir, menarik untuk mencoba menghadirkan adu strings quintet antara Warawaditra atau pemain YRO putri versus Narawaditra atau pemain YRO putra. Quintet battle ini kami kemas dengan nama Waditra Pralaga yang artinya ajang tanding para (musikus) waditra.”

Desain Postingan 6

Dari Musik Klasik hingga Tembang Jawa

String quintet merupakan sebutan untuk kelompok pemusik gesek beranggotakan lima orang. Sore itu, masing-masing tim terdiri dari dua pemain violin, satu pemain viola, cello, dan contrabass. 

Sesuai jadwal, tepat pukul 15.30 WIB, kedua tim memasuki panggung pertunjukan dikawal oleh prajurit. Tim Narawaditra dikawal oleh prajurit laki-laki, dan tak kalah saing, tim Warawaditra juga dikawal oleh prajurit putri. Battle dibuka dengan mengalunnya Valentine yang diciptakan oleh pemusik asal Islandia, Laufey.

Desain Postingan 8

Ronde pertama mengadu kemampuan Warawaditra dan Narawaditra bermain musik klasik. Repertoar-repertoar terkenal seperti Overture from Barber of Seville (Gioachino Rossini), String Quintet in E (Luigi Boccherini), hingga Hungarian Dance No. 5 Quintet (Johannes Brahms), dimainkan secara gabungan dan bersahut-sahutan oleh kedua tim. Gerimis tipis-tipis yang mulai turun tak membuat para penonton beranjak. Semuanya terhanyut menikmati keindahan musik sajian para Waditra. Dengan pemungutan suara yang berlangsung sengit selama tiga menit, tim Narawaditra unggul dengan selisih tipis. 

Ronde kedua menyajikan musik klasik dan lagu Jawa. Nyi Mas Jajar Ratnawaditro, violis solo putri bertanding kepiawaian dengan violis solo putra Mas Jajar Cokrowaditro membawakan Invention No. 13 dan Invention No. 8 ciptaan Johann Sebastian Bach. Sementara Lir-Ilir (Sunan Kalijaga) dimainkan dalam format duet violin yang rumit dan memukau. Setelah polling yang berkejaran, tim quintet putri mendapatkan suara yang lebih tinggi. 

Desain Postingan 9

Adu soundtrack film membuat ronde ketiga berlangsung panas. Para penonton sontak ikut bernyanyi saat alunan musik tema dari film Pirates of Caribean, Frozen, Star Wars, Sailormoon, dan Naruto bergaung. Suasana makin meriah ketika para cosplayer muncul ke panggung. Dart Vader, Sailor Moon, Naruto dan karakter-karakter lain tampil memukau dengan kostum dan riasan detail. Penonton pun menyambut mereka dengan sorakan meriah. Setelah polling, tim quintet putra kembali dinyatakan lebih unggul. 

Ronde keempat bertemakan superhero. Tiga lagu dari film Wonderwoman, Superman, dan Avanger dibawakan dengan apik oleh masing-masing tim dan secara gabungan. Warawaditra mendapatkan dukungan yang lebih tinggi kali ini. 

Desain Postingan 10

Dengan kedudukan seri, ronde kelima menjadi putaran penentu. Ronde terakhir ini juga istimewa karena menyajikan kekhasan YRO, yaitu perpaduan antara musik barat dan gamelan. Tim cokekan laki-laki dan perempuan berkolaborasi dengan para Waditra. Masing-masing tim cokekan terdiri dari pemain gender, pemain siter, dan sinden (putri)/Lebdaswara (putra). 

Suara merdu Lebdaswara (vokalis pria) Mas Bekel Cermo Gupito yang melantunkan Yen Ing Tawang Ana Lintang menggiring penonton ikut berdendang. Namun, rupanya pesona tembang sinden Nyi Mas Bekel Larasati yang mengalunkan Lela-Lela Ledhung berhasil memenangkan hati hadirin. Di ronde kelima, polling berpihak kepada Warawaditra dengan selisih agak jauh dan menetapkan tim quintet putri sebagai pemenang. Namun, siapa yang memang tak lagi penting. Yang mengemuka justru kegembiraan dan semangat kolaborasi. 

Setelah masing-masing tim mendapatkan bingkisan hadiah, mereka mengajak penonton untuk menyanyi dan bergoyang lewat lagu Kaya Jogja Istimewa. 

Desain Postingan 11

Tantangan dan Harapan

Keindahan sajian Waditrapralaga merupakan buah kerja keras para paraga dan tim produksi. Mereka juga didukung oleh tim audio visual dan IT untuk menyajikan siaran langsung, potongan klip di layar, dan polling realtime. 

Pemimpin Produksi Nyi Mas Jajar Rasmiwaditro mengungkapkan pergelaran ini disiapkan dalam jangka waktu sekitar satu-dua bulan. Ia tak menampik adanya banyak tantangan yang dihadapi. “Karena yang terlibat banyak sekali. Ada cosplayer dari luar keraton, ada salaoto dan kebetulan saya juga merangkap jadi prajurit,” ungkapnya. 

Perhatiannya pun harus terbagi, tetapi secara umum, ia puas dengan capaian Quintet Battle.Speechless, beyond happy. Begitu masuk polling sampai ratusan, (saya bertanya-tanya) ini serius,” tuturnya terkait reaksi positif penonton. 

Desain Postingan 12

Sementara, concert master putri Nyi Mas Jajar Sariwaditra yang berperan sebagai pemain violin 1, mengungkapkan, “Tantangan terbesarnya (adalah) setiap instrumen dipegang oleh satu orang. Dalam orkestra besar, pemain biola satunya banyak, pemain biola duanya banyak. Banyak teman-teman untuk bersadar, sementara di sini kami dituntut untuk lebih mandiri.”

Menurutnya format ensambel kecil seperti quintet jauh lebih sulit karena setiap pemain harus benar-benar yakin dengan part masing-masing serta harus mendengarkan teman lain.

Konser berkonsep battle juga merupakan hal baru yang menghadirkan tantangan untuk perempuan muda yang bergabung dengan YRO sejak 2022 ini. “Bila dalam konser (standar) setiap pemain biasanya memainkan satu part utuh, dalam battle, para pemain harus bersahut-sahutan,” jelasnya. Salah satu hal yang membuatnya terkesan adalah pelibatan salaoto, “Saat membahas konsepnya dengan salaoto itu seru banget. Itu membikin kita semua cair. Banyak ide baru yang bagi kami paraga itu refreshing.”

Sementara concert master putra Mas Jajar Manggalawaditra yang juga pemain violin 1 merasakan tantangan terbesarnya adalah musik yang cukup sulit, “Tekniknya susah, interpretasinya susah, karena lagu populer itu malah bikin susah.” Namun, reaksi penonton ternyata melebihi ekspektasinya, “Ini kan konsepnya musik kamar, double quintet, musik yang biasa dimainkan untuk lingkup kecil, auditorium kecil. Heran saya, ternyata antusiasme penonton bagus banget.”

Desain Postingan 4

Total 24 lagu yang disajikan oleh dua tim quinter YRO menorehkan kesan mendalam dari hadirin. Salah satu penonton, Rizky (25) karyawan yang tinggal Bantul berkomentar, “Menurut saya sangat indah sekali, apalagi dengan balutan orkestra dan alunan indah dengan laku-lagu Jawa, dikemas dengan menarik, dengan tampilan yang menarik juga. Ini luar biasa dan menurut saya ini adalah salah satu upaya agar anak-anak gen Z bisa lebih tertarik lagi dengan budaya Jawa.”

Novan (24) karyawan asal Klaten juga mengungkapkan kekagumannya, “Keren banget sih, baru pertama kali nonton ini dan sudah lama juga ingin nonton ke sini karena di media sosial (YRO) itu keren banget. Setiap saat saya bisa mendengarkan di YouTube. Akhirnya bisa kesampaian ke sini.”

Nyi Mas Jajar Rasmiwaditro, Nyi Mas Jajar Sariwaditra, dan Mas Jajar Manggalawaditra memiliki harapan senada, yaitu agar pada masa mendatang konser YRO makin banyak dan berkualitas serta menghadirkan konsep di luar ekpektasi. Kiranya, demikian pula harapan masyarakat Yogyakarta.