Peringatan Ulang Tahun Kenaikan Takhta Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 ke-33
- 17-03-2021
Tingalan Jumenengan Dalem atau ulang tahun kenaikan takhta Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 tetap digelar meski dalam keterbatasan. Pasalnya, tahun ini Jimakir 1954/ 2021, Yogyakarta masih dalam kondisi pandemi. Berbagai agenda peringatan Tingalan Jumenengan Dalem digelar berdasarkan kalender Sultan Agungan, dimulai dengan Ngebluk (27 Rajab/ 11 Maret), Ngapem (28 Rajab/ 12 Maret), Sugengan (29 Rajab/ 13 Maret), dan Labuhan Parangkusuma (30 Rajab/ 14 Maret), serta Labuhan Lawu dan Merapi (1 Ruwah/ 15 Maret).
Ngebluk dan Ngapem
Prosesi Ngebluk menjadi awal dari rangkaian upacara adat Tingalan Jumenengan Dalem. Pada pukul 10.00 WIB, Prameswari Dalem GKR Hemas memimpin prosesi Ngebluk yang didahului dengan doa bersama oleh Abdi Dalem Kanca Kaji di Bangsal Pengapit. Ngebluk adalah upacara membuat adonan yang nantinya akan diolah menjadi apem. Dalam agenda tersebut, GKR Mangkubumi, GKR Maduretno, GBRAy Riyakusuma, serta para Sentana Dalem Putri tampak hadir di Bangsal Sekar Kedhaton. Agenda pertama ini tidak berlangsung lama dan usai sebelum tengah hari.
Keesokan harinya, prosesi Ngapem digelar di Bangsal Sekar Kedhaton. GKR Hemas beserta Putri Dalem hadir untuk memimpin jalannya prosesi Ngapem. Turut hadir beberapa Sentana Dalem Putri. Sejak pukul 07.00 WIB Abdi Dalem Keparak sudah sibuk mempersiapkan berbagai sarana untuk membuat apem, seperti tungku, bara arang, dan wajan kecil. Selanjutnya prosesi Ngapem dimulai pada pukul 09.00 WIB. Tidak hanya membuat apem alit (ukuran kecil), apem mustaka dengan ukuran lebih besar juga dipersiapkan. Lebih dari 600 apem dibuat setiap tahunnya sebagai bagian dari ubarampe Labuhan. Di samping itu, apem-apem ini juga akan dibagikan kepada Abdi Dalem di tepas dan kawedanan sebagai bentuk dari sedekah raja.
Sugengan Tingalan Jumenengan Dalem
Puncak acara dalam rangkaian peringatan ini sejatinya adalah Sugengan yang diselenggarakan di Kagungan Dalem Tratag Bangsal Kencana. Sugengan dimaksudkan untuk memohon usia panjang Sultan, kecemerlangan takhta Sultan, dan kesejahteraan bagi warga Yogyakarta.
Pagi sebelum pukul 06.00 WIB, Abdi Dalem Boja menyiapkan aneka hidangan dari Pawon Sekulanggen dan Gebulen. Pukul 08.00 WIB, Abdi Dalem Widyabudaya memeriksa semua kelengkapan upacara Sugengan. Kemudian pada pukul 10.00 WIB, Abdi Dalem Keparak dan Kanca Suranata mengambil seluruh apem untuk ditata berjajar di teras Bangsal Kencana. Sugengan dimulai pada pukul 11.00 WIB dan dipimpin oleh Putri Dalem serta diikuti oleh Abdi Dalem Kanca Kaji yang bertugas untuk mendoakan ubarampe.
Pada saat yang bersamaan, dilakukan pemindahan ubarampe Labuhan dari Gedhong Prabayeksa menuju Bangsal Kencana untuk kemudian diinapkan selama satu malam di Bangsal Srimanganti. Menutup rangkaian Tingalan Jumenengan Dalem, keesokan harinya digelar upacara Labuhan baik di gunung maupun tepi samudra sebagai bagian dari tugas Sultan dalam menjaga keselarasan alam, “Hamemayu Hayuning Bawono”.
Penghageng Kawedanan Hageng Punokawan Parwabudaya, GKR Mangkubumi menuturkan bahwa kondisi pandemi bukan menjadi penghalang dalam pelaksanaan rangkaian prosesi Tingalan Jumenengan Dalem. Meski terdapat penyesuaian di berbagai agenda, tetapi upacara adat ini tetap berjalan tanpa mengurangi makna dan esensinya. Di samping sebagai upacara yang telah berlangsung ratusan tahun silam, prosesi Tingalan Jumenengan Dalem merupakan bagian dari rasa syukur sekaligus upaya melestarikan budaya secara turun-temurun. Inilah wujud dari konsistensi Keraton Yogyakarta dalam merawat tradisi dalam berbagai situasi.
“Rangkaian Tingalan Jumenengan Dalem merupakan adat tradisi yang harus dijaga dan terus dilestarikan. Ini merupakan tanggung jawab bagi kami sekaligus Dhawuh Dalem. Meski terdapat penyesuaian di sana-sini, tetapi esensi dan makna dari upacara tetap dipertahankan. Upacara ini sebenarnya bukan hanya untuk Sultan atau keluarga, tetapi justru menjadi sarana memohon kesejahteraan bagi warga Yogyakarta secara luas,” tutur GKR Mangkubumi.
GKR Mangkubumi selanjutnya menambahkan bahwa peringatan Tingalan Jumenengan Dalem (Ulang Tahun Kenaikan Takhta) Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 meski digelar berturut-turut, tetapi tetap mengedepankan protokol kesehatan. Sentana Dalem dan Abdi Dalem yang bertugas dalam setiap prosesi wajib menerapkan protokol kesehatan. Sementara itu bagi Sentana Dalem atau Abdi Dalem yang kurang sehat diperkenankan untuk istirahat.